Tuan Struve secara tepat dapat membuat landasan dari kritiknya Nik.-on itu menjadi tesis bahwa "doktrin Marx tentang perjuangan kelas dan negara itu sama sekali asing bagi ahli ekonomi politik Rusia." Saya memang tidak memiliki keberanian seperti Tuan Krivenko untuk membuat satu artikel (empat kolom) tulisan Tuan Struve ini sebagai basis untuk menilai sistem pandangannya (saya tidak kenal dengan artikel-artikelnya yang lain) dan saya harus mengatakan bahwa saya tidak setuju dengan semua pernyataan yang dilontarkannya, sehingga dengan demikian, saya hanya dapat mendukung beberapa dalil mendasar tertentu yang ia ajukan dan bukannya artikelnya secara keseluruhan. Meskipun demikian, keadaan yang disebutkan itu, bagaimana pun juga, secara sangat tepat telah dinilai: Sesungguhnya, kekeliruan dasar Tuan Nik.-on adalah merupakan kesalahannya dalam memahami perjuangan kelas yang melekat dalam masyarakat kapitalis. Koreksi terhadap yang satu ini akan cukup untuk memastikan bahwa kesimpulan Sosial Demokrat itu harus diambil bahkan dari penelitian dan dalil teoritisnya ini. Mengabaikan perjuangan kelas sesungguhnya sama saja dengan mengungkapkan kesalahpahaman yang besar terhadap Marxisme, kesalahpahaman yang mebuat Tuan Nik.-on dipersalahkan secara lebih besar lagi karena ia begitu sangat ingin berpura-pura menjadi penganut yang keras dari prinsip-prinsip Marx. Dapatkah seseorang yang tahu tentang Marx, walaupun sedikit, dapat menyangkal bahwa doktrin perjuangan kelas itu merupakan poros atau inti dari seluruh sistem pandangannya?
Tuan Nik.-on, tentu saja, dapat menerima teori Marx selain yang satu ini, berdasarkan alasan, katakan saja, karena hal itu tidak cocok dengan fakta-fakta realitas maupun sejarah Rusia. Tetapi kemudian, pertama-tama, ia tidak dapat mengatakan bahwa teori Marx itu menjelaskan sistem kita. Bahkan ia tidak dapat berbicara tentang teori ini maupun tentang kapitalisme, karena hal itu akan mengharuskannya untuk mencetak lagi teori itu dan menyusun kembali sebuah konsepsi tentang suatu kapitalisme yang berbeda, di mana hubungan antagonistis dan perjuangan kelas tidak menjadi wataknya. Bagaimana pun juga, ia harus punya cadangan khusus dan menjelaskan mengapa, setelah menerima A dari Marxisme maka ia tidak mau menerima B yang juga dari Marxisme itu pula. Sedangkan Tuan Nik.-on tidak melakukan upaya apa pun untuk melakukan sesuatu yang sejenis itu.
Dan Tuan Struve secara sangat tepat menyimpulkan bahwa kegagalan untuk memahami perjuangan kelas itu membuat Tuan Nik.-on menjadi seorang utopia, karena seseorang yang mengabaikan perjuangan kelas dalam masyarakat kapitalis 'eo ipso' mengabaikan semua kandungan yang nyata dalam kehidupan sosial dan politik dari masyarakat ini dan, dalam upaya untuk memenuhi 'desideratum'-nya, secara tak terelakkan pasti akan melayang-layang di dalam dunia keinginan orang-orang yang alim. (desideratum = sesuatu yang tidak ada tetapi sangat diperlukan atau sangat diinginkan) Kegagalan untuk memahami perjuangan kelas itu membuatnya reaksioner, karena seruan kepada "masyarakat" dan juga kepada "negara," yaitu, kepada para politisi dan para ahli ideologi borjuis itu, justru dapat membingungkan kaum sosialis, dan membuat mereka menerima musuh-musuh yang paling buruk dari proletariat sebagai sekutunya, sehingga justru akan menghalangi perjuangan para pekerja untuk mencapai emansipasi, dan bukannya untuk ikut memperkuat, menjelaskan, dan memajukan organisasi perjuangan itu.
Karena kita telah menyebutkan artikel Tuan Struve, maka kita tinggal membicarakan jawaban Tuan Nik.-on dalam majalah Russkoye Bogatstvo, No. 6, itu. [1]
"Tampaknya," kata Tuan Nik.-on, sambil mengutip data tentang lambatnya peningkatan jumlah buruh pabrik, yaitu, suatu kelambatan peningkatan yang terjadi di balik pertumbuhan penduduk yang cepat, "di negeri kita, kapitalisme, yang jauh dari memenuhi 'misi sejarah'-nya itu, sedang membatasi dirinya pada perkembangannya sendiri. Itulah sebabnya, secara kebetulan, mengapa mereka yang mencarikan 'untuk tanah airnya suatu jalan perkembangan yang jelas berbeda dari yang telah diikuti dan masih terus diikuti oleh Eropa Barat itu' ternyata seribu kali tetap benar." (Dan hal ini ditulis oleh seseorang yang mengakui bahwa Rusia itu sedang mengikuti jalan kapitalis itu sendiri!) "Misi sejarah" ini tidak terpenuhi, menurut Tuan Nik.-on, karena "kecenderungan ekonomi yang bermusuhan dengan masyarakat desa itu (yaitu, ekonomi kapitalisme) justru menghancurkan fondasi dari keberadaannya sendiri tanpa memberikan sedikit pun makna yang menyatukan dan yang begitu khas di Eropa Barat, dan yang mulai menampakkan dirinya dengan kekuatan yang istimewa di Amerika Utara."
Dengan kata lain, apa yang kita miliki di sini adalah merupakan argumen standar terhadap kaum sosial Demokrat yang direkayasa oleh Tuan V.V., yang menganggap kapitalisme dari sudut pandang seorang pejabat pemerintah yang sedang menyelesaikan masalah negara berupa "memperkenalkan kapitalisme ke dalam kehidupan rakyat" — yaitu, apabila hal itu dapat memenuhi "misi"-nya, maka biarkanlah masuk, tetapi apabila tidak dapat, maka "dilarang masuk!" Kecuali semua kebaikan lainnya dari argumen yang cerdik ini, "misi" kapitalisme itu sendiri telah dipahami oleh Tuan V.Y., dan tampaknya juga dipahami oleh Tuan Nik.-on, tetapi dengan cara yang sempit, dan secara mustahil serta gila-gilaan juga dengan cara yang palsu. Dan, lagi-lagi, tentu saja, Tuan-Tuan ini tanpa basa-basi lagi menganggap sempitnya pemahaman mereka itu sendiri berasal dari kaum Sosial Demokrat, yang dapat difitnah begitu saja seperti orang yang sudah mati, karena pers resmi telah tertutup bagi mereka!
Seperti yang dilihat oleh Marx, karya yang progresif dan revolusioner dari kapitalisme itu unsur utamanya terletak pada fakta bahwa, dalam mensosialisasikan tenaga kerja, kapitalisme, pada waktu yang sama, juga "mendisiplin, menyatukan, dan mengorganisir kelas pekerja" melalui mekanisme dari proses itu sendiri, di mana kapitalisme juga 'melatih' mereka untuk berjuang, mengorganisir "revolusi," menyatukan mereka untuk "mengambil alih para pengambil alih," merebut kekuasaan politik, dan juga merebut alat-alat produksi dari "para perampas yang sedikit jumlahnya" itu, dan mengembalikannya ke masyarakat (Das Kapital, hal. 650). [96]
Itulah rumusan yang dibuat oleh Marx.
Tentu saja, tidak ada apa pun yang dikatakan di sini tentang "jumlah buruh pabrik": Marx hanya berbicara tentang pemusatan alat-alat produksi dan tentang sosialisasi tenaga kerja. Sangat jelaslah bahwa kriteria ini sama sekali tidak sama dengan "jumlah buruh pabrik."
Meskipun demikian, para penafsir Marx dari kaum eksepsionalis kita itu menyalahtafsirkan hal ini untuk mengartikan bahwa sosialisasi tenaga kerja di bawah kapitalisme sama saja dengan banyaknya buruh pabrik yang bekerja di bawah satu atap, dan bahwa keprogresifan dari karya kapitalisme itu, oleh karenanya, harus diukur dari banyaknya jumlah buruh pabrik!!!
Apabila banyaknya jumlah buruh pabrik meningkat, maka kapitalisme pun juga mengerjakan pekerjaannya yang progresif pula. Akan tetapi, apabila banyaknya jumlah buruh pabrik berkurang, maka pekerjaannya untuk "memenuhi misi sejarahnya pun menjadi buruk pula" (hal. 103 dari artikel Tuan Nik.-on), dan hal itu membuat "kaum inteligensia" "mencari jalan yang berbeda untuk tanah airnya."
Dan, dengan demikian, kaum inteligensia Rusia pun mulai mencari "jalan yang berbeda." Begitulah mereka telah mencari dan menemukannya selama beberapa dasawarsa, dengan berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan [2] bahwa kapitalisme adalah jalan perkembangan yang "keliru," karena kapitalisme telah menciptakan pengangguran dan krisis. Kita juga telah menghadapi krisis, kata mereka, dalam tahun 1880, dan lagi dalam tahun 1893. Sehingga, tibalah saatnya sekarang untuk meninggalkan jalan ini, karena segalanya secara jelas telah menjadi semakin memburuk buat kita.
Meskipun demikian, kaum borjuis Rusia, seperti kucing dalam dongeng binatang, "sambil mendengarkan semuanya itu, tetapi terus saja memakannya," [97] tentu saja, segala sesuatu menjadi semakin "memburuk" apabila laba atau keuntungan yang luar biasa besarnya itu tidak lagi dapat diperoleh. Dengan demikian, mereka menggemakan lagu kaum liberal maupun kaum radikal dan, berkat tersedianya modal yang lebih murah, maka mereka pun secra bersemangat mulai membangun jalan kereta api baru. Segalanya telah menjadi semakin memburuk buat "kita" karena di tempat yang lama "kita" telah memeras rakyat sampai licin dan sekarang harus memasuki bidang modal industri, yang tidak dapat memperkaya kita sebanyak modal pedagang. Sehingga, dengan demikian, "kita" akan pergi ke daerah perbatasan timur dan utara dari Rusia Eropa, di mana "akumulasi primitif," yang menghasilkan laba atau keuntungan seratus persen masih memungkinkan, di mana diferensiasi borjuis dari kaum tani masih jauh dari sempurna. Kaum inteligensia dapat melihat semuanya ini dan secara tanpa henti mengancam bahwa "kita" lagi-lagi menuju ke suatu krisis. Dan, suatu krisis baru itu benar-benar ada di atas kita. Sangat banyak dari para kapitalis kecil yang dihancurkan oleh para kapitalis besar. Sangat banyak dari para petani yang diperas habis dari tanah pertaniannya, yang semakin meningkat saja pindahnya ke tangan kaum borjuasi. Sehingga lautan kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan pun, menjadi semakin meningkat secara luar biasa — dan "kaum inteligensia" pun, dengan kesadaran yang terang benderang, menunjuk ke ramalan mereka dan dengan tak henti-hentinya terus mengeluh tentang jalan yang salah, sambil menyebutkan tidak adanya pasar luar negeri sebagai bukti dari ketidakstabilan kapitalisme kita.
Meskipun demikian, kaum borjuasi Rusia "sambil mendengarkan semuanya itu, tetapi terus saja memakannya." Sementara "kaum inteligensia" terus mencari jalan baru, kaum borjuasi pun melaksanakan proyek-proyek raksasa untuk membangun jalan-jalan kereta api untuk koloni-koloni mereka, di mana mereka menciptakan pasar untuk diri mereka sendiri, sambil memperkenalkan daya pesona sistem borjuis itu ke daerah-daerah yang baru dan masih muda itu, dan di sana, juga, mereka menciptakan kelas borjuasi pertanian dan industri dengan kecepatan yang luar biasa, dan mencetak massa produsen ke dalam barisan penganggur yang secara kronis selalu kelaparan.
Apakah kaum sosialis benar-benar akan terus membatasi diri mereka hanya untuk mengeluh tentang jalan yang salah, dan berusaha untuk membuktikan . . . . karena lambatnya peningkatan dalam jumlah buruh pabrik, maka kapitalisme menjadi tidak stabil!!?
Sebelum mendiskusikan ide kekanak-kanakan ini, [3] saya hanya dapat menyebutkan bahwa Tuan Nik.-on itu secara sangat tidak akurat mengutip bagian tulisan dari artikel karangan Tuan Struve yang dikritiknya. Artikel ini secara harfiah berbunyi sbb.:
"Ketika pengarang (yaitu, Tuan Nik.-on) menunjukkan perbedaan dalam komposisi pekerjaan rakyat Rusia dan Amerika — untuk Rusia 80% dari seluruh penduduknya yang mendapatkan pekerjaan (erwerbsthätigen) dapat dianggap sebagai terlibat dalam kegiatan pertanian, sedangkan di Amerika Serikat hanya 44% — ia tidak melihat bahwa perkembangan kapitalis Rusia akan bekerja untuk menghilangkan perbedaan antara 80% dan 44% ini, sehingga, orang dapat mengatakan, itulah misi sejarahnya."
Mungkin orang dapat memegang pendapat yang menyatakan bahwa kata "misi" itu sangat tidak tepat di sini. Meskipun demikian, ide Tuan Struve itu sudah jelas benar: Tuan Nik.-on tidak melihat bahwa perkembangan kapitalis di Rusia itu (ia sendiri mengakui bahwa perkembangan itu benar-benar berwatak kapitalis) akan mengurangi jumlah penduduk pedesaan, karena sesungguhnya, hal itu memang merupakan hukum umum dari kapitalisme. Akibatnya, untuk menolak keberatan ini, Tuan Nik.-on harus menunjukkan apakah: 1) ia tidak mengabaikan kecenderungan dari kapitalisme ini, atau 2) kapitalisme tidak punya kecenderungan seperti itu.
Sebaliknya, Tuan Nik.-on justru mulai menganalisis data tentang jumlah buruh pabrik kita (yaitu, 1% dari penduduk, menurut taksirannya). Akan tetapi, apakah Tuan Struve benar-benar berbicara tentang buruh pabrik? Apakah 20% penduduk Rusia dan 56% penduduk Amerika itu benar-benar mewakili buruh pabrik? Apakah istilah "buruh pabrik" dan "penduduk yang tidak terlibat dalam bidang pertanian" itu identik? Apakah dapat disangkal bahwa perbandingan dari penduduk yang terlibat dalam bidang pertanian itu juga semakin berkurang di Rusia?
Setelah memberikan koreksi ini, yang saya anggap semakin penting lagi artinya karena Tuan Krivenko telah memutarbalikkan kutipan ini dari tulisan dalam majalah yang sama ini pula, maka marilah kita kupas ide Tuan Nik.-on itu sendiri — yaitu, "kapitalisme kita telah memenuhi misinya secara buruk."
Pertama-tama, memang mustahil atau tidak mungkin untuk menyamakan jumlah buruh pabrik dengan jumlah pekerja yang terlibat dalam produksi kapitalis, seperti yang telah dilakukan oleh pengarang Sketsa kita itu. [4] Karena, hal ini sama saja dengan mengulangi (dan bahkan memperburuk) kesalahan dari para ahli ekonomi borjuis kecil Rusia yang menggunakan industri mesin berskala besar sebagai awal yang sebenarnya dari kapitalisme. Bukankah jutaan perajin Rusia yang bekerja untuk para saudagar, dengan bahan dari saudagar ini pula, dan dengan upah rendah itu, sudah berarti terlibat dalam produksi kapitalis? Apakah buruh tani tetap dan buruh harian di bidang pertanian tidak menerima upah dari majikan mereka, dan bukankah nilai lebih itu tidak juga diserahkan kepada mereka? Bukankah para pekerja di bidang industri bangunan (yang telah berkembang dengan cepat di negeri kita sejak Reformasi) itu juga menjadi sasaran dari eksploitasi kapitalis? Dsb., dsb. [5]
Kedua, memang mustahil atau tidak mungkin untuk membandingkan jumlah buruh pabrik (1.400.000) dengan seluruh penduduk dan untuk menyatakan perbandingan itu sebagai suatu persentase. Yaitu, hanya membandingkan yang tidak dapat dibandingkan: seperti, penduduk yang sehat jasmani dan yang tidak sehat jasmani, yaitu, mereka yang terlibat dalam produksi nilai material dengan "para profesi liberal," dsb., dsb. Bukankah para buruh pabrik itu masing-masing telah mempertahankan sejumlah tertentu dari para anggota keluarganya yang tidak bekerja? Bukankah para buruh pabrik itu — selain dari para majikan mereka dan seluruh kelompok para pedagang — juga telah mempertahankan serombongan besar tentara, pegawai negeri, dan golongan yang serupa dari keturunan orang baik-baik, yang Anda tetapkan sebagai penduduk daerah pertanian, dengan memperbedakan yang campur-aduk ini dengan penduduk daerah perpabrikan? Dan, kemudian, bukankah di Rusia sudah ada industri-industri seperti perikanan, dsb., dsb., yang lagi-lagi menjadi mustahil atau tidak masuk akal untuk memperbedakannya dengan industri perpabrikan dan untuk menggabungkannya dengan bidang pertanian? Apabila Anda ingin mendapatkan gambaran tentang komposisi pekerjaan penduduk Rusia, maka, pertama-tama, Anda harus mengkhususkan diri pada sebuah kelompok yang khusus pula dari penduduk yang terlibat dalam produksi nilai-nilai material (tentu saja, dengan mengecualikan penduduk yang tidak bekerja, di satu pihak, dan tentara, pegawai negeri, pastur atau pendeta, dsb., dsb., di lain pihak), dan, kedua, Anda harus berusaha untuk membaginya menjadi beberapa cabang ketenagakerjaan nasional yang berbeda-beda. Tetapi, apabila data untuk ini tidak tersedia, maka Anda jangan mengerjakan hitungan seperti itu, [6] dan bukannya bicara omong kosong tentang 1% (??!!) dari jumlah penduduk yang terlibat dalam industri perpabrikan.
Ketiga — dan hal ini merupakan pemutabalikan utama yang paling menyakitkan hati terhadap teori Marx tentang karya kapitalisme yang progresif revolusioner itu — yaitu, di manakah Anda dapat memperoleh ide bahwa "makna yang bersifat menyatukan" dari kapitalisme itu dinyatakan hanya dalam menyatukan buruh pabrik? Dapatkah Anda meminjam ide Marxisme Anda dari artikel-artikel dalam majalah Otechestvenniye Zapiski tentang sosialisasi tenaga kerja? Dapatkah Anda mengenalnya juga dengan bekerja di bawah satu atap?
Tetapi, tidak. Tampaknya Tuan Nik.-on tidak dapat dituduh sedemikian ini, karena ia secara tepat telah melukiskan sosialisasi tenaga kerja oleh kapitalisme itu di halaman kedua dari artikelnya di majalah Russkoye Bogatstvo, No. 6, yang secara tepat pula telah menunjukkan watak sosialisasi ini, yaitu: baik 1) watak karyanya untuk seluruh masyarakat, maupun 2) watak yang menyatukan masing-masing tenaga kerja sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh produk tenaga kerja untuk umum. Akan tetapi, apabila memang demikian halnya, mengapa penilaian terhadap "misi" kapitalisme itu dilakukan dari jumlah buruh pabrik, ketika "misi" ini dapat dipenuhi oleh perkembangan kapitalisme dan sosialisasi tenaga kerja pada umumnya, oleh kreasi proletariat pada umumnya, yang dalam hubungan ini para buruh pabrik hanya memainkan peranannya di barisan depan, sebagai pelopor. Sehingga tidak disangsikan lagi, tentu saja, bahwa gerakan revolusioner proletariat itu tergantung pada jumlah para pekerja ini, pada konsentrasi mereka, pada tingkat perkembangan mereka, dsb. Meskipun demikian, semuanya ini tidak dapat memberikan kepada kita sedikit pun hak untuk menyamakan "makna menyatukan" dari kapitalisme dengan jumlah buruh pabrik. Melakukan yang sedemikian itu akan sama saja dengan menyempitkan ide Marx ke dalam kemustahilan.
Saya akan memberi Anda satu contoh. Dalam pamfletnya Zur Wohnungsfrage, [Masalah Perumahan — Ed.] Frederick Engels berbicara tentang industri Jerman dan menunjukkan bahwa tidak ada negara lain mana pun — dalam hal ini, ia hanya menunjuk ke Eropa Barat saja — yang ada buruh upahannya sampai begitu banyaknya dan yang juga memiliki sebuah kebun atau sepetak tanah. "Industri domestik daerah pedesaan yang dilakukan bersama-sama dengan berkebun untuk keperluan dapur atau . . . . kegiatan bertani lainnya itu," katanya, "telah membentuk basis yang luas dari industri berskala raksasa yang baru di Jerman." Industri domestik ini tumbuh secara meningkat bersama-sama dengan semakin menderitanya petani kecil Jerman (biarlah kita tambahkan: seperti yang terjadi di Rusia). Hanya saja, KOMBINASI industri dengan pertanian ini bukanlah basis untuk KESEJAHTERAAN produsen domestiknya, yaitu, para perajin, tetapi sebaliknya, hal itu justru semakin menambah PENINDASAN yang dialaminya. Karena terikat pada daerah setempat, maka mereka terpaksa menerima harga berapa pun, sehingga, oleh karenanya, terpaksa menyerahkan kepada kaum kapitalis, tidak hanya nilai lebihnya, tetapi juga bagian terbesar dari upahnya juga (seperti ini juga yang terjadi di Rusia, dengan perkembangan sistem domestiknya yang sangat luas dalam produknya yang berskala raksasa itu). "Itulah salah satu sisi dari persoalan ini," kata Engels melanjutkan, "tetapi, ada pula sisi yang sebaliknya . . . . Dengan meluasnya industri domestik, satu areal petani demi satu areal petani lainnya pun terseret masuk ke dalam gerakan industri dewasa ini. Sehingga hal ini pulalah yang merevolusionerkan daerah-daerah pedesaan berkat industri domestik yang menyebarluaskan revolusi industri di Jerman ke seluruh wilayah yang jauh lebih luas daripada yang terjadi di Inggris dan Prancis . . . . Inilah yang dapat menjelaskan mengapa di Jerman, yang berlawanan dengan Inggris dan Prancis, gerakan kelas pekerjanya yang revolusioner dapat tersebar luas begitu hebatnya di sebagian terbesar dari negeri ini, dan bukannya terbatas di pusat-pusat kota. Dan hal ini, pada gilirannya, akan menjelaskan kemajuan dari gerakan itu yang tenang dan pasti tetapi tidak dapat dilawan. Sangat jelaslah sekarang bahwa di Jerman, kemenangan yang muncul di ibu kota dan di kota-kota besar lainnya itu hanya akan mungkin terjadi apabila mayoritas kota-kota yang lebih kecil dan bagian terbesar dari daerah-daerah pedesaan itu telah menjadi matang untuk melancarkan perubahan yang revolusioner." [98]
Dengan demikian, Anda dapat melihat bahwa tampaknya tidak hanya "makna yang berwatak menyatukan dari kapitalisme" itu saja, tetapi sukses gerakan kelas pekerja itu, juga tergantung tidak hanya pada jumlah buruh pabriknya, tetapi juga jumlah . . . . para perajinnya! Meskipun demikian, kaum eksepsionalis kita, dengan mengabaikan organisasi yang murni kapitalis dari mayoritas terbesar dari industri kerajinan Rusia itu, justru mengkontraskannya, sebagai sejenis industri "rakyat," dengan kapitalisme, dan menilai "persentase penduduk yang digunakan secara langsung oleh kapitalisme" berdasarkan jumlah buruh pabriknya! Hal ini mengingatkan kita pada argumen Tuan Krivenko, sbb.: Kaum Marxis ingin agar semua perhatian ditujukan ke buruh pabrik. Tetapi, karena jumlahnya hanya ada satu juta dari 100 juta penduduk, maka jumlah mereka itu baru merupakan satu sudut kecil dari kehidupan di negeri ini. Sehingga, untuk mengabdikan diri hanya kepada mereka ini sama saja dengan membatasi diri untuk bekerja di lembaga hak milik atau di lembaga amal (Russkoye Bogatstvo, No. 12). Pabrik kecil dan besar yang masih merupakan satu sudut kecil dari kehidupan di negeri ini, seperti halnya di lembaga hak milik atau di lembaga amal! Alangkah jeniusnya, Anda ini, Tuan Krivenko! Tidak disangsikan lagi apabila lembaga hak milik itulah yang memproduksi barang-barang untuk seluruh masyarakat? Tidak disangsikan lagi apabila keadaan dalam lembaga-lembaga hak milik itulah yang dapat menjelaskan eksploitasi dan pengambilalihan rakyat pekerja. Tidak disangsikan lagi apabila dalam lembaga-lembaga hak milik itulah orang harus mencari wakil-wakil termaju dari proletariat yang mampu mengibarkan panji-panji emansipasi kelas pekerja.
Dengan demikian,tidaklah mengejutkan apabila mendengar hal-hal seperti itu dari bibir para ahli filsafat borjuis kecil. Hanya saja, rasanya sayang sekali karena telah membaca hal semacam itu di dalam tulisan Tuan Nik.-on.
Di halaman 393 dari buku Das Kapital, [99] Marx mengutip komposisi penduduk Inggris. Dalam tahun 1861, total ada 20 juta orang di England dan Wales. Dari jumlah ini, 1.605.440 orang dipekerjakan di cabang-cabang utama dari industri perpabrikan. [7] Selanjutnya, ada 1.208.648 orang anggota kelas pelayan, dan di dalam sebuah catatan kaki untuk edisi keduanya, Marx menunjuk pada sangat cepatnya pertumbuhan kelas ini. Nah, sekarang bayangkan saja bahwa ada "orang-orang Marxis" di England yang membagi 1.600.000 dengan 20.000.000 untuk menilai "makna pemersatu dari kapitalisme ini"!! Hasilnya pasti akan menjadi 8% — yaitu, kurang dari seper dua belas!!! Bagaimana orang dapat berbicara tentang "misi" kapitalisme apabila misi itu bahkan belum juga dapat menyatukan seper dua belas penduduk, dan, lagi pula, ketika ada peningkatan yang lebih cepat di dalam kelas "budak domestik" — yaitu, yang mewakili kerugian sama sekali dari "tenaga kerja nasional," yang menunjukkan bahwa "kita," orang Inggris, sedang mengikuti "jalan yang salah" itu! Nah, sekarang, masih belum jelaskah bahwa "kita" harus "mencari jalan perkembangan yang berbeda untuk tanah air kita," yaitu, jalan yang bukan kapitalis?!
Masih ada persoalan lainnya dalam argumen Tuan Nik.-on ketika ia mengatakan bahwa kapitalisme di sini tidaklah menghasilkan makna pemersatu yang "begitu khas dari Eropa Barat dan sedang mulai menyatakan dirinya dengan kekuatan yang istimewa di Amerika Utara," katanya yang tampaknya menunjuk pada gerakan kelas pekerja itu. Dan, dengan demikian, kita harus mencari jalan yang berbeda karena kapitalisme di sini tidak membangkitkan gerakan kelas pekerja. Argumen ini, tampaknya bagi saya, telah diantisipasi oleh Tuan Mikhailovsky. Marx bekerja dengan proletariat yang sudah siap pakai — demikianlah, ia telah memperingatkan orang-orang Marxis. Dan ketika ada seorang Marxis memberi tahu Tuan Mikhailovsky bahwa semua yang ia lihat dalam kemiskinan itu hanyalah kemiskinan, maka jawabannya adalah: Pernyataan ini juga, seperti biasa, diambil secara mentah-mentah begitu saja dari Marx. Tetapi, apabila kita kembali pada kutipan ini dalam buku Kemiskinan Filsafat, maka kita pun akan tahu bahwa hal itu tidak dapat diterapkan dalam kasus kita, dan bahwa kemiskinan itu hanyalah kemiskinan belaka. Karena, sesungguhnya, Anda masih akan tidak menemukan apa pun untuk membenarkan Anda dengan buku Kemiskinan Filsafat itu. Di sana, Marx mengatakan tentang kaum komunis dari aliran lama bahwa mereka itu tidak melihat apa-apa di dalam kemiskinan itu selain kemiskinan itu sendiri tanpa melihat sisi revolusioner penghancurnya yang akan menggulingkan masyarakat lama itu. [100] Jelaslah bahwa Tuan Mikhailovsky mengambil "tidak adanya pernyataan apa pun" tentang gerakan kelas pekerja sebagai landasan untuk menilai bahwa hal itu tidak dapat diterapkan ke dalam kasus kita. Untuk menunjuk ke argumen ini, marilah kita, pertama-tama, menyatakan bahwa hanya perkenalan yang paling superfisial dengan fakta-fakta itu pun sudah dapat membangkitkan orang ke ide bahwa Marx telah bekerja dengan proletariat yang sudah siap pakai. Program komunis Marx itu telah disusun sebelum tahun 1948. Apakah gerakan kelas pekerja [8] sudah ada di Jerman pada waktu itu? Bahkan kebebasan berpolitik pun tidak ada pada waktu itu, sehingga kegiatan kaum komunis terbatas pada lingkaran-lingkaran rahasia (seperti di negeri kita sekarang ini). Gerakan buruh Sosial Demokratik, yang membuat peranan pemersatu dan revolusioner dari kapitalisme itu menjadi jelas untuk semua orang, telah dimulai dua dasawarsa yang lalu, ketika doktrin sosialisme ilmiah secara pasti telah mendapatkan bentuknya, yaitu, ketika industri berskala raksasa telah menjadi lebih tersebar luas, sehingga muncullah banyak sekali para penabur doktrin ini yang berbakat dan bersemangat di kalangan rakyat pekerja. Selain untuk menunjukkan fakta-fakta historis dengan sorotan yang tidak benar dan juga untuk melupakan melimpahnya pekerjaan yang telah dilakukan oleh kaum sosialis, maka para ahli filsafat kita itu pun menipu Marx dengan pandangan yang paling fatalistis dan tidak masuk akal. Menurut pendapatnya, mereka berusaha meyakinkan kita, organisasi dan sosialisasi para pekerja itu terjadi secara spontan, dan, sebagai akibatnya, apabila kita memandang kapitalisme tetapi kita tidak melihat gerakan kelas pekerja, maka hal itu karena kapitalisme belum memenuhi misinya, dan bukannya karena kita masih terlalu sedikit bekerja dalam masalah organisasi dan propaganda di kalangan kaum pekerja. Kelicikan kaum borjuasi kecil yang pengecut dari para ahli filsafat eksepsionalis kita ini memang tidak bermanfaat untuk disangkal maupun dibuktikan kesalahannya: Karena, hal itu telah disangkal dan dibuktikan kesalahannya oleh seluruh kegiatan kaum sosial Demokrat di seluruh negeri. Hal itu juga telah disangkal dan dibuktikan kesalahannya oleh seluruh pidato di muka umum dari setiap orang Marxis. Sosial Demokrasi — seperti yang dinyatakan secara sangat tepat oleh Kautsky — adalah merupakan perpaduan antara gerakan kelas pekerja dan sosialisme. Dan, agar supaya karya progresif dari kapitalisme itu dapat "menyatakan" dirinya di negeri ini juga, maka kaum sosialis kita ini harus mulai bekerja dengan sepenuh tenaga, dan mereka pun secara sangat rinci harus menyusun konsepsi Marxis tentang sejarah beserta posisi Rusia sekarang ini, dan melakukan penelitian secara lebih konkret lagi tentang semua bentuk eksploitasi dan perjuangan kelas, yang istimewa kompleknya dan yang tersembunyi di Rusia sekarang ini. Selanjutnya, mereka harus mempopulerkan teori ini dan membuatnya dapat dimengerti oleh kelas pekerja. Mereka harus membantu kaum pekerja untuk membaurkannya dan memikirkan bentuk organisasi yang paling COCOK dengan kondisi kita untuk menyebarkan ide-ide Sosial Demokrat dan menyatukan kaum pekerja dalam suatu kekuatan politik. Dan, kaum Sosial Demokrat Rusia, yang jauh dari perbuatan yang telah mengatakan bahwa mereka telah selesai memenuhi pekerjaan ideologis kelas pekerja ini (karena pekerjaan ini memang tidak pernah akan ada selesainya), telah selalu menekankan fakta bahwa mereka baru saja memulainya, dan bahwa banyak usaha oleh banyak, banyak orang, akan diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang juga kekal abadi itu.
Selain konsepsinya yang sempit, tidak memuaskan, dan tidak masuk akal tentang teori Marxis ini, maka, keberatan umum tentang tidak adanya karya yang progresif di dalam kapitalisme kita itu tampaknya didasarkan pada ide yang mustahil dari mitos "sistem rakyat" itu sendiri.
Ketika "para petani" di "masyarakat desa" yang terkenal jahatnya itu terbelah menjadi yang kaya dan yang miskin, menjadi wakil proletariat dan wakil modal (terutama modal pedagang), maka mereka pun tidak mau melihat bahwa semuanya ini merupakan kapitalisme dari jaman pertengahan yang masih berupa embrio, sehingga, dengan menghindari struktur ekonomi-politik di daerah pedesaan, mereka pun mulai mengoceh, dalam pencariannya untuk mendapatkan "jalan yang berbeda untuk tanah air" kita, tentang perubahan-perubahan dalam bentuk kepemilikan petani, yang dengan demikian, secara tak termaafkan mereka telah mengacaukan bentuk organisasi ekonomi itu, yang seolah-olah, diferensiasi borjuis murni dari kaum tani itu tidak dalam keadaan yang seramai-ramainya di dalam "masyarakat desa yang egalitarian" itu sendiri. Dan, pada waktu, ketika kapitalisme ini sedang berkembang dan melampaui bentuk-bentuk yang sempit dari kapitalisme jaman pertengan di desa itu, sehingga menghancurkan kekuasaan feodal atas tanah dan memaksa kaum tani, yang sudah lama dikupas habis dan kelaparan itu, untuk meninggalkan tanahnya ke masyarakat demi pembagian yang egalitarian di kalangan para kulak yang penuh kemenangan itu, dan juga untuk meninggalkan rumahnya, untuk bergelandangan ke seluruh Rusia, menjadi pengangguran selama hari-hari yang panjang itu, dan untuk membiarkan dirinya sendiri sekarang menjadi orang sewaan tuan tanah, dan besok menjadi orang sewaan kontraktor jalan kereta api, kemudian sebagai buruh upahan di kota, atau sebagai buruh tani untuk seorang petani kaya, dsb., dsb. (kulak = lintah darat, petani kaya, atau petani yang bekerja untuk keuntungan pribadi) Ketika "petani" ini, yang berganti-ganti majikan di seluruh Rusia, melihat bahwa ke mana pun ia pergi, maka ia pun secara paling memalukan dijarah orang. Sehingga, tidak harus "tuan tanah" yang merampoknya, tetapi juga "saudaranya sendiri yang juga petani Rusia" itu pun merampoknya pula, apabila yang belakangan ini kebetulan punya uang untuk membeli tenaga kerjanya. Ketika itu, mereka melihat bagaimana pemerintah selalu melayani para majikan mereka, dengan membatasi hak-hak para pekerja dan menindasnya sebagai kurusuhan setiap upaya untuk melindungi hak-hak mereka yang paling mendasar. Ketika itu pula, mereka melihat tenaga kerja buruh Rusia yang menjadi semakin lama semakin sulit, padahal pemusatan kekayaan dan kemewahan justru semakin lama semakin bertambah cepat melimpahnya, sementara kondisi kaum pekerja secara mantap menjadi semakin memburuk, karena pengambilalihan juga menjadi semakin hebat, dan pengangguran pun menjadi persoalan yang biasa. Sehingga, pada waktu seperti inilah, para pengkritik kita terhadap Marxisme itu mencari jalan yang berbeda untuk tanah air. Pada waktu seperti inilah, mereka sibuk dengan memikirkan persoalan yang mendalam tentang apakah kita dapat mengakui bahwa karya kapitalisme itu progresif dengan melihat betapa lambatnya pertumbuhan jumlah buruh pabrik, dan apakah kita harus tidak menolak kapitalisme kita dan menganggapnya sebagai jalan yang salah karena "kapitalisme itu memenuhi misi sejarahnya secara buruk, dan bahkan sangat, sangat buruk sekali."
Suatu kesibukan manusiawi yang tinggi dan luas, bukan?
Dan, betapa sempitnya doktrin kaum Marxis yang jahat ini ketika mereka mengatakan bahwa mencari jalan yang berbeda untuk tanah air kita ketika ada eksploitasi kapitalis terhadap rakyat pekerja di seluruh Rusia itu sama saja artinya dengan melarikan diri dari realitas untuk masuk ke dunia utopia. Ketika mereka menyatakan bahwa sebenarnya bukan kapitalisme kita tetapi justru kaum sosialis Rusia itulah yang memenuhi misinya secara buruk, yaitu, kaum sosialis yang tidak mau memahami bahwa memimpikan perjuangan ekonomi yang dilakukan sejak dulu kala dari kelas-kelas yang antagonistis di dalam masyarakat Rusia yang sedang mereda itu sama saja dengan tenggelam ke dalam Manilovisme, [102] dan sekaligus tidak mau menyadari bahwa kita harus berusaha keras untuk menanamkan organisasi dan memahami perjuangan ini, serta memulai pekerjaan Sosial Demokratik untuk mencapai tujuan ini.
Sebagai kesimpulannya, kita harus memperhatikan serangan lainnya yang dilakukan oleh Tuan Nik.-on terhadap Tuan Struve dalam majalah Russkoye Bogatstvo yang sama ini pula, pada terbitannya No. 6.
"Kita tidak dapat tidak pasti akan tertarik perhatian kita," kata Tuan Nik.-on, "pada kekhususan tertentu dalam metode-metode kontroversial yang digunakan oleh Tuan Struve itu. Ia memang menulis untuk publik Jerman, dalam majalah berbahasa Jerman pula yang serius, tetapi metode-metode yang digunakan tampaknya justru tidak layak sama sekali. Kita mungkin dapat mengatakan bahwa tidak hanya Jerman tetapi bahkan publik Rusia pun telah tumbuh menjadi 'hak milik manusia,' dan tidak akan terkesan oleh semua 'hantu-hantu' yang ada secara melimpah di dalam artikel itu. 'Utopia,' 'program yang reaksioner,' dan ungkapan-ungkapan yang serupa dapat dijumpai di setiap kolomnya. Tetapi sekarang ini, aduh, 'kata-kata yang mengerikan' ini hanya tidak menghasilkan pengaruh pada apa yang telah diperhitungkan oleh Tuan Struve" (hal. 128).
Marilah kita mencoba untuk meneliti apakah ada dari "metode-metode yang tidak layak" itu yang telah digunakan dalam kontroversi di antara Tuan-Tuan Nik.-on dan Struve ini, dan, apabila ada, siapakah yang telah menggunakannya itu. Tuan Struve telah dituduh menggunakan "metode-metode yang tidak layak" itu dengan alasan bahwa dalam sebuah artikel yang serius, ia telah mencoba untuk memberikan kesan kepada publik dengan 'hantu-hantu' dan 'kata-kata yang mengerikan' seperti itu.
Menggunakan 'hantu-hantu' dan 'kata-kata yang mengerikan' seperti itu sebenarnya sama saja artinya dengan melukiskan seorang lawan dengan istilah-istilah (pen)celaan yang sangat keras dan yang pada waktu yang sama tidak memiliki motivasi yang jelas dan keras, sehingga secara tak terelakkan menjadi tidak sesuai dengan sudut pandang penulis kita itu (yaitu, sudut pandang yang secara pasti telah dinyatakan), tetapi, yang hanya menyatakan suatu keinginan untuk mencai-maki, dan membentak-bentak.
Jelaslah bahwa hanya sifat terakhir ini sajalah yang dapat mengubah julukan (pen)celaan yang sangat keras menjadi "hantu-hantu" itu. Tuan Slonimsky memang berbicara secara sangat keras tentang Tuan Nik.-on. Tetapi, karena ia secara jelas dan pasti telah merumuskan sudut pandangannya, yaitu, pandangan seorang liberal biasa yang secara mutlak tidak mampu memahami watak borjuis dari tatanan yang sekarang, dan yang secara sangat tegas telah merumuskan argumen-argumennya yang luar biasa, maka ia dapat dituduh apa pun yang Anda suka, tetapi bukan karena "metode-metode yang tidak layak." Sedangkan di pihaknya sendiri, Tuan Nik.-on juga berbicara secara sangat keras tentang Tuan Slonimsky, yang secara kebetulan, dengan mengutip, untuk kepentingan pendidikan dan kemajuannya sendiri, kata-kata Marx — yang telah "dibenarkan di negeri kita juga" (seperti yang telah diakui oleh Tuan Nik.-on sendiri) — tentang watak utopia dan reaksioner dari upaya membela industri kerajinan kecil dan kepemilikan tanah para petani kecil yang diinginkan oleh Tuan Slonimsky, dan menuduhnya "berwawasan sempit," "naif," dan semacamnya. Lihat, artikel Tuan Nik.-on ini yang "melimpah" dengan julukan yang sama (yang ditegaskan) seperti artikel Tuan Struve. Hanya saja, kita tidak dapat berbicara tentang "metode-metode yang tidak layak" itu dalam hal ini. Karena, semuanya itu ada motivasinya. Karena, semuanya itu berasal dari sistem pandangan dan sudut pandangan yang pasti dari pengarangnya, yang mungkin memang tidak benar, tetapi yang, apabila diterima, pasti akan membawa orang untuk menganggap lawannya itu sebagai seorang utopia yang naif, berwawasan sempit, dan reaksioner.
Marilah kita melihat bagaimana persoalan itu ditempatkan di dalam artikel Tuan Struve. Menuduh Tuan Nik.-on sebagai penganut utopianisme yang secara tak terelakkan membawa orang ke suatu program yang reaksioner, dan sebagai naif itu, tentunya, secara sangat jelas ia pasti telah menunjukkan alasan-alasannya yang membawanya ke suatu pandangan seperti itu. Pertama-tama: Karena menginginkan "sosialisasi produksi," maka Tuan Nik.-on "menghimbau kepada masyarakat" (Begitukah!) "dan negara" untuk keperluan itu. Hal ini "membuktikan bahwa doktrin Marx tentang negara dan perjuangan kelas itu asing sama sekali bagi ahli ekonomi politik Rusia." Negara kita adalah "wakil dari kelas-kelas yang berkuasa."
Kedua: "Apabila kapitalisme yang nyata itu kita bandingkan dengan suatu khayalan tentang sistem ekonomi yang harus terjadi begitu saja hanya karena kita menginginkannya, atau dengan kata lain, apabila kita menginginkan sosialisasi produksi tanpa kapitalisme, maka hal ini hanyalah menjadi bukti dari suatu konsepsi naif, yang tidak cocok dengan sejarah." Dengan adanya perkembangan kapitalisme, penghapusan ekonomi alami, dan pengurangan penduduk daerah pedesaan, maka "negara modern pun akan muncul dari senjakalanya atau masa tuanya, di mana, di jaman patriarkal kita, benih dari negara modern itu masih tertutup (dalam hal ini, kita berbicara tentang Rusia), dan melangkah keluar ke tempat yang terang benderang berupa perjuangan kelas secara terbuka, sehingga faktor-faktor dan kekuatan-kekuatan lainnya pun akan harus dicari untuk mensosialisasikan produksi."
Ya, bukankah hal ini sudah merupakan motivasi yang tepat dan cukup jelas? Dapatkah orang membantah kebenaran rujukan yang khusus dari Tuan Struve pada ide-ide dari pengarang kita itu? Apakah Tuan Nik.-on benar-benar telah memperhitungkan perjuangan kelas yang selalu melekat di dalam masyarakat kapitalis itu? Tidak. Ia hanya berbicara tentang masyarakat dan negara, serta melupakan perjuangan ini, dan bahkan meniadakannya. Ia mengatakan, misalnya, bahwa negara telah mendukung kapitalisme dan bukannya mensosialisasikan tenaga kerja melalui masyarakat desa, dsb., dsb. Ia jelas percaya bahwa negara dapat berjalan begini atau begitu, dan, sebagai akibatnya, negara berdiri di atas semua kelas. Belum jelaskah bahwa menuduh Tuan Struve menggunakan "hantu-hantu" itu merupakan suatu tuntutan ketidakadilan? Belum jelaskah bahwa seseorang yang percaya akan negara kita yang telah menjadi negara kelas itu tidak dapat menganggap orang yang menghimbau kepada negara itu untuk mensosialisasikan tenaga kerja, yaitu, dengan menghilangkan kelas-kelas yang berkuasa itu hanyalah seorang penganut utopia yang naif dan reaksioner? Lagi pula, apabila orang menuduh lawannya sebagai menggunakan "hantu-hantu," dan tidak mengatakan apa pun tentang pandangan-pandangan yang diikutinya, meskipun dalam kenyataannya ia secara jelas telah merumuskan pandangan-pandangan ini, dan apabila, lebih-lebih lagi, orang telah menuduhnya di sebuah majalah yang disensor, di mana pandangan-pandangannya tidak dapat dimunculkan — apakah kita tidak lebih baik menganggap hal ini sebagai "metode yang mutlak tidak layak"?
Marilah kita lanjutkan lagi.argumen Tuan Struve kedua yang juga telah dirumuskan secara tidak kurang jelasnya. Bahwa sosialisasi tenaga kerja yang terpisah dari kapitalisme, tetapi melalui masyarakat desa, merupakan sistem yang hanya ada dalam khayalan itu memang tidak dapat disangsikan lagi, karena hal itu memang tidak ada dalam realitasnya. Realitas ini dilukiskan oleh Tuan Nik.-on sendiri sbb.: Sebelum tahun 1861, unit-unit produktif itu merupakan kegiatan "keluarga" dan msyarakat desa" (Sketsa, hal. 106-107).
"Produksi kecil, yang tercerai-berai, dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri ini tidak dapat berkembang menjadi besar, sehingga wataknya yang sangat rutin dengan produktivitasnya yang rendah, oleh karenanya, menjadi sangat khas." Perubahannya sesudah itu berarti bahwa "pembagian sosial dari tenaga kerja itu menjadi semakin dalam dan semakin dalam lagi." Dengan kata lain, kapitalisme telah berhasil menerobos keluar dari batas-batasnya yang sempit berupa unit-unit produktif sebelumnya sehingga dapat mensosialisasikan tenaga kerja itu ke seluruh masyarakat. Tuan Nik.-on, juga, telah mengakui sosialisasi tenaga kerja ini oleh kapitalisme kita. Dengan demikian, oleh karena ia ingin mendasarkan sosialisasi tenaga kerja itu tidak pada kapitalisme, yang sudah mensosialisasikan tenaga kerja itu, tetapi pada masyarakat desa, yang terobosannya untuk pertama kalinya telah menimbulkan sosialisasi tenaga kerja ke seluruh masyarakat itu, maka ia pun dapat disebut seorang penganut utopia yang reaksioner. Itulah ide Tuan Struve. Orang dapat saja menganggapnya sebagai benar atau salah. Tetapi, tidak dapat disangkal bahwa komentarnya yang sangat keras terhadap Tuan Nik.-on itu diikuti dengan ketakterelakkannya secara logis dari pendapat ini, sehingga, oleh karenanya, berbicara tentang "hantu-hantu" itu jelas tidak pada tempatnya."
Lagi pula, ketika Tuan Nik.-on mengakhiri kontroversinya dengan Tuan Struve dengan mengaitkan lawannya dengan keinginan untuk mencabut kaum tani dari tanahnya ("apabila dengan program yang progresif itu dimaksudkan untuk mencabut kaum tani dari tanahnya . . . . maka pengarang Sketsa itu dapat disebut sebagai orang yang konservatif"), meskipun pernyataan tegas Tuan Struve bahwa ia menginginkan sosialisasi tenaga kerja, yaitu, menginginkannya melalui kapitalisme, yang dengan demikian, ia ingin mendasarkan dirinya pada kekuatan-kekuatan yang akan tampak dalam "cahaya terang dari perjuangan kelas secara terbuka itu" — maka hal itu dapat disebut sebuah versi yang berlawanan sama sekali dengan kebenaran. Dan, apabila, kita ingat bahwa Tuan Struve itu di dalam pers yang disensor tidak dapat berbicara tentang kekuatan-kekuatan yang akan muncul di dalam terangnya cahaya perjuangan kelas secara terbuka, dan bahwa, sebagai akibatnya, lawan Tuan Nik.-on itu menjadi tersumbat mulutnya — maka, nyaris tidak dapat disangkal sama sekali bahwa metode Tuan Nik.-on itu memang "tidak layak" sama sekali.
[1] Pada umumnya, dengan artikel-artikelnya di majalah Russkoye Bogatstvo itu, Tuan Nik.-on tampaknya berusaha keras untuk membuktikan bahwa ia sama sekali tidak jauh dari radikalisme borjuis kecil seperti yang mungkin diperkirakan orang, bahwa ia juga mampu melihat dalam pertumbuhan borjuasi petani (No. 6, hal. 118 — yaitu, tersebarnya di kalangan "para petani" mulai dari perbaikan alat-alat, pupuk fosfat, dsb.) gejala-gejala yang menunjukkan bahwa kaum tani itu sendiri" (yaitu, kaum tani yang terambil alih secara borongan?) "menyadari perlunya menemukan jalan keluar dari posisi yang mengungkungnya."
[2] Semua bukti ini disia-siakan, bukan karena salah — karena kehancuran, pemiskinan, dan kelaparan rakyat itu tidak disangsikan lagi dan secara tak terelakkan merupakan sesuatu yang terjadi secara bersamaan dengan kapitalisme — tetapi karena dialamatkan ke udara yang tipis. "Masyarakat" apa pun, bahkan dengan kedok demokrasi sekali pun, pasti akan melanjutkan berbagai kepentingan kaum plutokrasi, dan, tentu saja, kaum plutokrasi tidak akan mengangkat tongkat pemukulnya untuk menyerang kapitalisme. (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya) "Pemerintah" . . . . saya akan mengutip komentar seorang lawan, yaitu, Tuan N. K. Mikhailovsky: Betapa pun sedikit yang kita tahu tentang program dari pemerintah kita yang pernah ditulis, tetapi kita cukup mengetahuinya dengan pasti bahwa "sosialisasi tenaga kerja" itu tidak merupakan bagian dari program itu.
[3] Bagaimana ide ini dapat disebut kekanak-kanakan, apabila karya yang progresif dari kapitalisme itu tidak dinilai dari tingkat sosialisasi tenaga kerjanya, tetapi dari indeks perkembangan yang berfluktuasi hanya pada satu cabang tenaga kerja secara nasional itu! Semua orang juga tahu bahwa jumlah buruh selalu sangat tidak konstan di bawah cara produksi kapitalis, dan bahwa hal itu tergantung pada sekelompok faktor-faktor sekunder, seperti terjadinya krisis, besarnya bala tentara cadangan, derajat eksploitasi tenaga kerja, derajat intensitasnya, dsb., dsb.
[4] N. F. Danielson, Sketsa tentang keadaan Sosial Ekonomi kita Pasca-Reformasi, St. Petersburg, 1893. — Ed.
[5] Saya berusaha membatasi diri saya sendiri di sini hanya untuk mengkritik cara Tuan Nik.-on dalam menilai "arti yang bersifat menyatukan dari kapitalisme" dari jumlah buruh pabriknya. Saya tidak dapat melakukan analisis terhadap angka-angkanya karena saya tidak dapat memperoleh sumber yang siap pakai dari Tuan Nik.-on. Meskipun demikian, orang tidak dapat tidak akan tahu bahwa ia nyaris tidak menyeleksi semua sumber ini dengan senang hati. Ia pertama-tama mengambil data untuk tahun 1865 dari Ringkasan Statistik Militer dan untuk tahun 1890 dari Direktori Pabrik dan Bengkel 1894. Jumlah buruh yang ia peroleh (di luar buruh tambang), secara berturut-turut adalah 829.573 dan 875.764. Peningkatan 5,5% itu jauh lebih sedikit daripada peningkatan penduduk (dari 61.420.000 menjadi 91.000.000 atau 48.1%). Tetapi, di halaman berikutnya, berbagai angka yang berbeda telah diambil baik untuk tahun 1865 maupun 1890 dari Direktori 1893. Menurut data ini, jumlah buruh itu secara beruturut-turut adalah 392.718 dan 716.792. Tetapi, semuanya ini tidak mencakup industri-industri yang membayar pajak jual-beli, di mana jumlah buruhnya (hal. 104) adalah 186.053 dalam tahun 1865 dan 144.332 dalam tahun 1890. Dengan menambahkan angka-angka ini ke angka-angka sebelumnya akan membuat kita dapat memperoleh total jumlah buruh (kecuali buruh tambang) sbb.: 578.771 dalam tahun 1865 dan 861.124 dalam tahun 1890. Suatu kenaikan jumlah buruh 48,7% yang terjadi pada kenaikan jumlah penduduk 48.7%. Dengan demikian, dalam ruangan sebanyak lima halaman itu, pengarang kita ini menggunakan data yang menunjukkan suatu kenaikan 5% dan yang lain-lainnya menunjukkan suatu kenaikan 48%! Dan, berdasarkan angka-angka yang sangat berlawanan itu, ia menyimpulkan bahwa kapitalisme kita ini tidak stabil!!
Dan, kemudian, mengapa pengarang kita itu tidak mengambil data tentang jumlah buruh seperti yang dikutip dalam Sketsa (Tabel Xl dan XII), padahal dari sanalah kita dapat melihat kenaikannya sebesar 12-13% selama tiga tahun (1886-1889), yaitu suatu kenaikan yang melampaui pertumbuhan penduduk itu? Pengarang kita itu mungkin dapat mengatakan bahwa selang waktunya terlalu singkat. Tetapi, kemudian, pertama-tama, data ini homogen, dan sebanding, sehingga lebih dapat diandalkan, dan kedua, bukankah pengarang kita itu sendiri telah menggunakan data yang sama ini, meskipun selang waktunya singkat, untuk membentuk penilaian tentang pertumbuhan industri pabrik itu?
Jelaslah bahwa apabila indeks berfluktuasi seperti itu, seperti jumlah buruh yang digunakan untuk menunjukkan keadaan hanya satu cabang tenaga kerja nasional, maka data seperti itu hanya akan tampak sangat lemah. Dan orang harus menjadi seorang pemimpi yang benar-benar naif untuk mendasarkan harapannya pada data seperti itu — suatu harapan bahwa kapitalisme kita akan runtuh, dan hancur menjadi debu secara spontan, tanpa perjuangan yang keras dan mati-matian — dan untuk menggunakan data ini untuk mempersoalkan tak dapat dibantahnya lagi dominasi dan perkembangan kapitalisme di semua cabang ketenagakerjaan secara nasional itu!
[6] Tuan Nik.-on telah berusaha untuk mengerjakan hitungan seperti itu dalam tulisannya 'Sketsa,' tetapi sangat tidak berhasil. Di hal. 302, kita dapat membaca:
"Sebuah upaya, baru-baru ini, telah dilakukan untuk menentukan total jumlah buruh bebas di 50 gubernia dari Rusia Eropa (S. A. Korolenko, Tenaga Upahan, St. Petersburg 1892). Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pertanian itu memperkirakan penduduk pedesaan yang sehat jasmani di 50 gubernia dari Rusia Eropa mencapai 35.712.000, sedangkan total jumlah buruh yang diperlukan di daerah pertanian dan di daerah perpabrikan, pertambangan, pengangkutan, dan industri-industri lainnya diperkirakan hanya mencapai 30.124.000. Dengan demikian, jumlah buruh yang secara mutlak melebihi kebutuhan dapat mencapai angka raksasa 5.588.000, yang, bersama-sama dengan keluarganya, menurut standar yang dapat diterima, akan berjumlah tidak kurang dari 15.000.000 orang." (Diulangi di hal. 341.)
Apabila kita kembali ke "penelitian" ini, maka kita akan tahu bahwa hanya tenaga kerja upahan yang dipekerjakan oleh para tuan tanah saja yang "diteliti." Tuan S. Korolenko menambahkan penelitian itu dengan "survei di bidang industri dan pertanian" di Rusia Eropa. Survei ini berusaha (tidak berdasarkan suatu "penelitian," tetapi berdasarkan data lama yang tersedia) untuk menggolongkan penduduk yang bekerja di Rusia Eropa menurut pekerjaannya. Hasilnya sampai di tangan Tuan S. A. Korolenko sbb.: Total jumlah buruh di 50 gubernia dari Rusia Eropa adalah 35.712.000, yang terlibat dalam:
pertanian | 27,435,400 |
budidaya tanaman tertentu | 1,466,400 |
industri tambang dan pabrik | 1,222,700 |
Yahudi | 1,400,400 |
perkayuan | kira-kira 2,000,000 |
pemeliharaan ternak | 1,000,000 |
kereta api | 200,000 |
perikanan | 200,000 |
pekerjaan di daerah setempat atau di luar, berburu, memasang perangkap, dan macam-macam pekerjaan lain | 787,200 |
TOTAL | 35,712,100 |
Dengan demikian, Tuan Korolenko (secara benar atau salah) telah menggolongkan semua pekerja itu menurut pekerjaannya, tetapi Tuan Nik.-on secara acak telah telah mengambil tiga judul yang pertama dan berbicara tentang 5.588.000 pekerja yang "secara mutlak telah melebihi kebutuhan" (??) itu!
Selain dari cacat ini, orang akan melihat bahwa perkiraan Tuan Korolenko itu luar biasa kasarnya sehingga tidak akurat sama sekali: Jumlah pekerja pertanian itu dihitung menurut satu standar umum untuk seluruh Rusia. Sedangkan penduduk yang tidak ikut dalam produksi tidak digolongkan secara terpisah (di bawah judul ini Tuan Korolenko, tidak peduli pada sikap resmi yang anti Yahudi, menggolongkan . . . . Yahudi! Jumlahnya pasti lebih dari 1.400.000 untuk pekerja yang tidak ikut dalam produksi: yaitu, pedagang, orang miskin, gelandangan, penjahat, dsb.). Jumlah perajin (judul yang terakhir — pekerjaan di tempat dan di luar) secara gila-gilaan rendah, dsb. Hal itu akan lebih baik apabila tidak dikutip sama sekali perkiraan-perkiraan seperti itu.
[7] Ada 642.607 orang yang dipekerjakan di industri tekstil, kaus kaki, dan kain renda (di negeri kita, sepuluh ribu wanita yang terlibat dalam pembuatan kaus kaki dan kain renda itu secara luar biasa telah dieksploitasi oleh "para wanita pedagang" tempat mereka bekerja. Upahnya kadang-kadang begitu rendah sampai hanya tiga kopek sehari! [Begitukah?] Apakah Anda bermaksud untuk mengatakan, Tuan Nik.-on, bahwa mereka ini tidak "menjadi pelayan lagnsung dari kapitalisme"?), dan, sebagai tambahan, 565.835 orang dipekerjakan di tambang bijih besi dan batu bara, dan 396.998 orang lagi di semua pabrik dan bengkel logam lainnya.
[8] Sedikitnya kelas pada waktu itu dapat dinilai dari fakta bahwa 27 tahun kemudian, yaitu, dalam 1875, Marx menulis bahwa "mayoritas rakyat yang bekerja keras membanting tulang di Jerman itu terdiri atas para petani, dan bukannya kaum proletar." [101]Itulah yang disebut "bekerja (??) dengan proletariat yang sudah siap pakai"!
[96] Lihat K. Marx, Das Kapital, Jilid I, Moskow, 1959, hal. 763.
[97] Lenin mengutip dari dongeng tulisan I. A. Krylov "Kucing dan Koki."
[98] Di sini, dan selanjutnya, Lenin mengutip dari Kata pengantar untuk edisi kedua dari karya F. Engels, Masalah Perumahan. (Lihat K. Marx dan F. Engels, Pilihan Tulisan, Jilid I, Moskow, 1958, hal. 550, 554-55)
[99] Lihat K. Marx, Das Kapital, Jilid I, Moskow, 1959, hal. 446.
[100] Lenin menunjuk pada prinsip-prinsip yang diungkapkan oleh Marx dalam bab kedua dari karyanya Kemiskinan Filsafat, yaitu, sebuah esai yang ditujukan kepada Proudhon. (Lihat K. Marx, Kemiskinan Filsafat, Moskow, hal. 140-41.)
[101] Lenin mengutip dari karya Marx, Kritik terhadap Program Gotha. (Lihat K. Marx dan F. Engels, Pilihan Tulisan, Jilid II, Moskow, 1958, hal. 31.)
[102] Manilovisme — kata ini berasal dari nama Manilov, yaitu, salah seorang tokoh dalam karya N. V. Gogol, Jiwa-Jiwa Mati. Manilov adalah tuan tanah yang sentimental, "berjiwa-tinggi," yang oleh Gogol dilukiskan sebagai tokoh pemimpi yang khas, lemah kemauannya, kosong khayalannya, dan pengadu yang malas. Lenin menggunakan nama Manilov ini sebagai julukan untuk melukiskan kaum Narodnik liberal.