"Reorganisasi Bank Petani," kata Tuan Yuzhakov dalam artikelnya yang berjudul "Kementerian pertanian" (Russkoye Bogatstvo, No. 10), "pembentukan Departemen Kolonisasi, peraturan tentang penyewaan tanah negara demi kepentingan kegiatan pertanian rakyat . . . . studi dan regulasi penyewaan tanah — seperti itulah program untuk pemulihan kegiatan pertanian rakyat beserta perlindungannya dari kekerasan ekonomi" (Begitukah!) "dari plurokrasi atau kekuasaan orang-orang kaya yang mulai muncul." Dan, dalam artikel "Masalah Perkembangan Ekonomi," program untuk "pemulihan kegiatan pertanian rakyat" ini ditambahkan dengan yang berikut: "langkah-langkah yang pertama, tetapi penting." "Penghapusan semua larangan yang sekarang membebani masyarakat desa; beserta pembebasannya dari pengawasan, pemakaian cara mengolah tanah yang umum (sosialisasi pertanian) dan pengembangan pengolahan bahan mentah secara komunal (secara bersama-sama), yang diperoleh dari tanah." Dan, Tuan Krivenko dan Karyshev pun menambahkan: "Kredit murah, kegiatan pertanian berbentuk 'artel,' pasar yang dijamin kepastiannya, kemungkinan melepaskan laba atau keuntungan para majikan" (Hal ini akan dibahas secara terpisah nanti di bawah!), "penemuan mesin yang lebih murah dan berbagai perbaikan teknik lainnya," dan, akhirnya, "museum, gudang, agen-agen komisi," dsb. (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia)
Telitilah program ini dan Anda akan mengetahui bahwa Tuan-Tuan ini sepenuhnya dan seutuhnya mengambil posisi dari masyarakat modern (yaitu, dari sistem kapitalis, tanpa menyadarinya), dan ingin menyelesaikan persoalan-persoalan itu dengan melakukan tambal-sulam, karena tidak mampu memahami bahwa langkah-langkah progresif mereka itu semuanya — seperti, kredit murah, perbaikan mesin, pengadaan bank, dsb. — hanya dapat dipakai untuk memperkuat dan mengembangkan borjuasi.
Nik.-on memang benar sekali, tentu saja, ketika ia mengatakan — dan ini merupakan salah satu dari tesisnya yang paling berharga, dan yang membuat "para sahabat rakyat" tidak dapat menahan diri lagi untuk memprotesnya — bahwa tidak ada sedikit pun pembaruan di bawah sistem yang ada sekarang ini yang bermanfaat, dan bahwa kredit, migrasi, reformasi pajak, pemindahan semua tanah kepada para petani, dsb., itu semuanya tidak akan mengubah apa pun secara berarti, tetapi, sebaliknya, justru hanya akan memperkuat dan mengembangkan ekonomi kapitalis, yang sekarang ini mengalami keterbelakangan akibat "pengawasan" yang berlebihan, sisa-sisa pajak feodal, pengikatan kaum tani pada tanahnya, dsb. Para ahli ekonomi, katanya, yang, seperti Pangeran Vasilchikov (yang tidak diragukan lagi merupakan seorang "sahabat rakyat" dalam ide-idenya), menginginkan perkembangan kredit yang luas, menginginkan hal yang sama seperti para ahli ekonomi "liberal," yaitu, para ahli ekonomi borjuis, dan "berjuang untuk perkembangan konsolidasi hubungan-hubungan kapitalis." Mereka ini tidak memahami watak antagonistis dari hubungan-hubungan produksi kita (di dalam kaum tani, seperti halnya dalam pembentukan kelas-kelas sosial lainnya), dan yang semestinya membawa antagonisme ini keluar ke tempat yang terbuka, dan yang semestinya cukup dengan bergabung dengan mereka yang diperbudak sebagai akibat dari antagonisme ini dan berupaya untuk menolong mereka agar dapat bangkit untuk berjuang, tetapi mereka justru bermimpi untuk menghentikan perjuangan itu dengan langkah-langkah yang akan memuaskan semua orang, untuk mencapai rekonsiliasi serta persatuan dan kesatuan. Sebagai akibat dari semua langkah ini, tentu saja, akan berupa kesimpulan yang tak terelakkan: Orang harus ingat contoh-contoh diferensiasi yang diberikan di atas agar yakin bahwa semua kredit, [1] perbaikan, bank, dan langkah-langkah "progresif" yang serupa ini akan tersedia hanya untuk orang yang, dengan tanah pertaniannya yang mantap dan dijalankan secara semestinya, juga memiliki "tabungan" tertentu, yaitu, wakil minoritas yang tidak berarti, atau kaum borjuasi kecil. Dan, seberapa banyak pun Anda dapat mereorganisasi Bank Tani maupun institusi-institusi yang serupa, tetapi Anda sedikit pun tidak akan dapat mengubah fakta yang utama dan mendasar bahwa massa penduduk telah dan terus diambil alih, sehingga tidak ada alat produksi bahkan untuk penghidupannya sekali pun, apalagi untuk kegiatan pertanian sebagai usaha yang layak.
Hal yang sama harus disebutkan juga tentang "artel" dan "cara mengolah tanah yang umum." (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia) Tuan Yuzhakov menyebut yang belakangan ini sebagai "sosialisasi pertanian." Hal ini, tentu saja, merupakan lelucon belaka, karena sosialisasi memerlukan organisasi produksi dengan skala yang lebih luas daripada batas-batas satu desa, dan, karena, hal itu memerlukan pengambilalihan "para pengisap darah" yang telah memonopoli alat-alat produksi dan sekarang telah mengarahkan sosial ekonomi Rusia. Dan, ini memerlukan perjuangan, perjuangan, dan perjuangan, dan bukan hanya khotbah yang tidak ada artinya dari kaum Farisi atau para ahli kitab itu.
Dan, itulah sebabnya mengapa langkah-langkah mereka seperti itu hanya akan berubah menjadi langkah-langkah yang liberal, lunak, dan setengah hati, yang nyaris tidak dapat hidup dari kemurahan hati kaum borjuis yang dermawan, sehingga jauh lebih banyak menimbulkan kerugian akibat membelokkan kaum yang terisap dari perjuangan mereka daripada mendatangkan kebaikan dari kemungkinan perbaikan terhadap kedudukan dari beberapa orang individu, suatu perbaikan yang tidak dapat tercapai kecuali yang sangat sedikit dan berbahaya berdasarkan basis umum hubungan-hubungan kapitalis. Tingkat yang tidak masuk akal dan yang dilakukan oleh Tuan-Tuan ini dalam usahanya untuk menyembunyikan antagonisme dalam kehidupan Rusia itu — dan, yang sedemikian, tentu saja, dengan maksud yang paling baik agar supaya dapat mengakhiri perjuangan yang sekarang, yaitu, dengan sejenis maksud yang jalannya ke neraka telah dirintis — ditunjukan oleh argumen Tuan Krivenko berikut ini:
"Kaum inteligensia telah memimpin berbagai perusahaan perpabrikan, sehingga mereka pun dapat memimpin industri rakyat."
Seluruh filosofi mereka pun menjadi rengekan atau keluhan bahwa perjuangan dan eksploitasi itu memang ada tetapi "mungkin" juga menjadi tidak ada kalau . . . . kalau saja tidak ada pengisap. Sesungguhnya, apa yang dimaksud oleh pengarang kita itu dengan ungkapan yang tidak ada artinya ini? Dapatkah disangkal bahwa setelah bertahun-tahun universitas-universitas Rusia dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya ternyata hanya menjadi cap inteligensia" (??) yang perhatiannya hanya untuk mendapatkan seseorang yang dapat memberi makan mereka? Dapatkah disangkal bahwa sekarang ini, di Rusia, alat untuk mempertahankan "inteligensia" ini hanya dimiliki oleh kaum borjuis yang minoritas?
Apakah kaum inteligensia borjuis di Rusia itu dapat diharapkan untuk menghilang begitu saja hanya karena "para sahabat rakyat" itu mengatakan bahwa mereka itu "mungkin" saja melayani seseorang selain dari kaum borjuasi? Ya, mereka "mungkin" saja, "apabila" mereka bukan seorang inteligensia borjuis. Mereka "mungkin" bukan seorang inteligensia borjuis, "apabila" di Rusia tidak ada borjuasi dan tidak ada kapitalisme! Dan, mereka puas untuk menghabiskan seluruh hidup mereka hanya untuk mengulang-ulang "apabila" dan "dan" ini. Apalagi, Tuan-Tuan ini tidak hanya mengalami kemerosotan dengan melekatkan arti penting yang menentukan itu pada kapitalisme, tetapi sama sekali juga tidak mau melihat apa pun yang salah pada kapitalisme itu. Apabila "cacat-cacat" tertentu itu dihilangkan, maka mereka mungkin tidak akan berkelakuan sebegitu buruknya di bawah kapitalisme itu. Cobalah, seberapa jauh Anda menyukai pernyataan Tuan Krivenko berikut ini:
"Produksi kapitalis dan kapitalisasi industri ini sama sekali bukan merupakan pintu gerbang yang oleh industri perpabrikan hanya dapat dipakai untuk meninggalkan rakyat. Memang benar, itu dapat dipakai untuk meninggalkannya, tentu saja, tetapi sebenarnya dapat juga dipakai untuk memasuki kehidupan rakyat dan masuk secara lebih dekat lagi ke dalam bidang pertanian dan bidang industri bahan mentah. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan pintu-pintu gerbang ini, seperti halnya dengan pintu-pintu lainnya, dapat dipakai untuk maksud ini" (hal. 161). Tuan Krivenko memang memiliki sejumlah kualitas yang sngat baik — apabila dibandingkan dengan Tuan Mikhailovsky, misalnya, dalam hal kejujuran dan keterusterangan. Di mana Tuan Mikhailovsky mengisi ber-rim-rim kertas dengan kalimat-kalimat yang halus dan fasih, sambil menggeliat-geliat dan mengitari pokok persoalannya tanpa pernah menyentuhnya, maka Tuan Krivenko yang cekatan dan praktis itu pun memukul secara terus terang dan bahkan, tanpa kesadaran rasa nyeri di depan pembacanya, menyebarkan semua kemustahilan dari pandangan-pandangannya tanpa cadangan. "Kapitalisme dapat memasuki kehidupan rakyat" — apabila Anda menyukainya! Tegasnya, kapitalisme itu mungkin saja ada tanpa harus menceraikan rakyat pekerja itu dari alat-alat produksinya! Hal ini jelas-jelas secara positif menyenangkan! Sekurang-kurangnya, kita sekarang sepenuhnya menjadi jelas tentang apa yang diinginkan oleh "para sahabat rakyat" kita itu. Mereka ini sebenarnya menginginkan ekonomi komoditi tanpa kapitalisme — yaitu, kapitalisme tanpa pengambilalihan dan tanpa eksploitasi, sehingga borjuasi kecil dapat hidup dengan tenteram di bawah sayap perlindungan para tuan tanah yang manusiawi dan para pejabat pemerintahan yang liberal. Dan, dengan orang-orang serius dari para pejabat di berbagai departemen yang bermaksud untuk memberikan anugerah kepada Rusia itu, mereka pun mulai membuat rencana sehingga serigala pun dapat memiliki isinya sedangkan biri-biri juga dapat memiliki kulitnya (Kaum borjuasi dapat makan sekenyang-kenyangnya, sedangkan kaum proletar masih boleh dibiarkan hidup, meskipun kurus kering!). Untuk mendapatkan ide tertentu tentang watak dari rencana-rencana ini, maka kita pun harus membuka artikel yang ditulis oleh pengarang yang sama dalam No. 12 ("Pekerja Lepas Kebudayaan Kita"): "Bentuk industri negara dan 'artel' itu," kata Tuan Krivenko — tampaknya ada kesan bahwa ia telah "dipanggil" untuk "memecahkan persoalan-persoalan ekonomi praktis" — "sama sekali tidak dapat dibayangkan dalam keadaan sekarang. (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia) Misalnya, rencana yang berikut ini memang memungkinkan . . . ." Dan, ia melanjutkannya dengan menceritakan bagaimana seorang insinyur mengunjungi kantor majalah Russkoye Bogatstvo dengan sebuah rencana untuk melakukan eksploitasi teknis terhadap Daerah Aliran sungai Don dengan sebuah perusahaan saham bersama-sama dengan saham-saham yang kecil satuannya (sehingga tidak lebih dari 100 rubel). Pengarang kita ini kemudian dianjurkan untuk mengubah rencananya yang secara kasarnya adalah sbb.: "Saham-saham itu tidak boleh dimiliki oleh orang-orang swasta, tetapi oleh masyarakat desa. Sebagian dari penduduk desa itu yang dipekerjakan dalam bebagai usaha dari perusahaan itu akan menerima upah biasa, sedangkan masyarakat desa akan memberikan jaminan agar hubungan mereka dengan tanahnya dapat terus dipertahankan."
Alangkah jeniusnya pemerintah ini, bukan? Dengan cara yang mengagumkan mudahnya dan sederhananya, kapitalisme itu diperkenalkan dalam kehidupan rakyat dan semua sifatnya yang jahat pun lenyaplah! Sehingga yang diperlukan sekarang tinggal mengerahkan orang-orang desa yang kaya itu untuk membeli saham [2] melalui masyarakat dan menerima dividen atau keuntungan saham dari perusahaan, di mana "sebagian dari penduduk" akan dipekerjakan, sementara ikatan mereka dengan tanahnya tetap terjamin — "ikatan" yang tidak cukup untuk menjamin kehidupan dari tanahnya (jika tidak demikian, siapa yang akan mau bekerja dengan "upah biasa"?), tetapi sudah cukup untuk mengikat orang ke tempat tinggalnya, untuk diperbudak oleh perusahaan kapitalis setempat dan mencabutnya dari kemungkinan untuk berpindah majikan. Saya katakan majikan, kapitalis, yang sangat sah, karena orang yang membayarkan upah buruh tidak dapat disebut apa pun lainnya, kecuali majikan.
Pembaca mungkin jengkel pada saya karena sudah begitu lama membicarakan omong kosong seperti itu, omong kosong yang tampaknya tidak pantas untuk mendapatkan perhatian sedikit pun. Meskipun demikian, saya harus mengatakan bahwa walaupun semuanya itu hanya omong kosong, tetapi justru jenis omong kosong seperti itulah yang bermanfaat dan perlu untuk dipelajari, karena onong kosong itu mencerminkan hubungan-hubungan sosial dan ekonomi yang benar-benar ada di Rusia sehingga, sebagai konsekuensinya, omong kosong itu sekaligus merupakan salah satu dari ide-ide sosial, yang sangat tersebar luas di negeri kita, bahwa kaum Sosial Demokrat akan harus berhadapan dengan masa yang jauh di masa depan. Masalahnya adalah bahwa transisi dari cara produksi feodal ke kapitalis di Rusia itu telah membangkitkan, dan sampai taraf tertentu masih terus membangkitkan, situasi bagi rakyat pekerja di mana para petani, yang tidak mampu memperoleh nafkahnya dari tanahnya, dan harus membayar sewanya kepada tuan tanah (dan ia membayarnya sampai hari ini juga), terpaksa harus pergi ke "pasar tenaga kerja di luar," yang pada mulanya, dalam hari-hari baik yang telah lewat, mengambil bentuk pekerjaan bebas (misalnya, angkutan gerobak), atau pekerjaan tidak bebas tetapi, karena perkembangan yang buruk dari berbagai jenis pekerjaan itu sendiri, upahnya relatif bagus. Di bawah kondisi seperti ini, kaum tani menjadi terjamin kesejahteraannya sampai taraf tertentu jika dibandingkan dengan segala sesuatunya sekarang ini — kesejahteraan para budak, yang dengan damai hidup merana di bawah pengawasan seratus ribu kepala polisi dari kaum bangsawan dan para pengumpul tanah Rusia yang baru lahir — yaitu, kaum borjuasi.
Dan, "para sahabat rakyat" kita itu mengidealiskan sistem ini, sambil mengabaikan sisi-sisi gelapnya begitu saja, memimpikannya — "impian," karena hal itu sudah lama tidak muncul lagi, sudah lama dihancurkan oleh kapitalisme, yang telah membangkitkan pengambilalihan secara besar-besaran terhadap para petani dan mengubah "pekerjaan" yang sebelumnya menjadi eksploitasi yang tak terkendali dari "tangan-tangan" yang ditawarkan secara melimpah. Para ksatria borjuis kecil kita ingin melestarikan "ikatan" petani itu ke tanahnya, tetapi mereka tidak menginginkan perbudakan yang secara sendirian saja dapat menjamin ikatan ini, dan yang dapat dihancurkan hanya oleh produksi komoditi dan kapitalisme, sehingga membuat semua ini menjadi tidak mungkin. Mereka menginginkan pekerjaan di luar yang tidak mengambil petani menjadi jauh dari tanahnya, yang — sambil pekerjaan itu dikerjakan untuk pasar — tetapi tidak membangkitkan persaingan, tidak menciptakan modal, dan tidak membuat massa penduduk diperbudak olehnya. Karena setia pada metode subjektifnya dalam sosiologi, maka mereka pun ingin "mengambil" apa yang baik dari sini dan dari sana, meskipun sebenarnya, tentu saja, keinginan yang kekanak-kanakan ini hanya membawanya ke mimpi reaksioner yang mengabaikan realitas, ke suatu ketidakmampuan dalam memahami dan menggunakan aspek-aspek yang progresif dan revolusioner dari sistem baru ini, dan ke rasa simpati terhadap langkah-langkah yang melestarikan sistem lama yang baik dari setengah perbudakan, setengah buruh bebas — suatu sistem yang penuh dengan segala eksploitasi dan penindasan yang mengerikan, dan tidak menawarkan kemungkinan apa pun untuk melepaskan diri.
Untuk membuktikan kebenaran dari penjelasan ini, yang menggolongkan "para sahabat rakyat" kita itu ke dalam kaum reaksioner, maka saya akan mengutip dua contoh.
Menurut statistik Zemstvo dari Moskow, kita dapat membaca deskripsi tentang tanah pertanian milik seseorang yang bernama Nyonya K. (di Uyezd Podolsk), yang (maksudnya, tanah pertanian itu, bukan deskripsinya) membuat kagum, baik para ahli statistik Moskow maupun Tuan V. V., kalau ingatanku tidak menipuku (ia menulis tentang hal itu, saya kira, dalam sebuah artikel di majalah).
Tanah pertanian yang terkenal buruknya milik Nyonya K. ini oleh Tuan V. Orlov dianggap sebagai "penegasan praktis yang meyakinkan" dari tesis favoritnya bahwa "di mana kegiatan pertanian petani ada dalam kondisi yang sehat, maka tanah-tanah pertanian kepunyaan para pemilik tanah swasta (perorangan) juga dapat dijalankan secara lebih baik." Dari laporan Tuan Orlov tentang tanah hak milik wanita ini, tampaknya ia menjalankan usaha tanah pertaniannya dengan tenaga kerja dari para petani setempat, yang mengerjakan tanahnya dengan imbalan pinjaman tepung gandum untuk musim dingin, dsb. Wanita ini luar biasa baik hatinya kepada para petani ini dan membantu mereka, sehingga mereka sekarang menjadi yang paling makmur di volost itu dan memiliki cukup biji-bijian "nyaris sampai panen berikutnya (sebelumnya, biji-bijian itu bahkan sudah habis tidak sampai hari perayaan St. Nicholas)."
Pertanyaan yang muncul adalah, apakah "penataan semacam itu" dapat menghindarkan "antagonisme kepentingan antara petani dan pemilik tanah," seperti yang ada dalam benak Tuan-Tuan N. Kablukov (Jilid V, hal. 175) dan V. Orlov (Jilid II, hal. 55-59 dan di mana pun lainnya)? Jelas tidak, karena Nyonya K. hidup dari tenaga kerja para petani lainnya. Oleh karena itu, eksploitasi tidak akan dihilangkan sama sekali. Nyonya K. mungkin akan memaafkan Tuan Orlov karena tidak melihat eksploitasi yang ada di balik kebaikan hatinya kepada yang tereksploitasi, tetapi tidak demikian halnya dengan seorang ahli ekonomi dan statistik yang, dalam kegembiraannya yang luar biasa atas kasus yang diperbincangkan ini, juga mengambil posisi yang tepat sama dengan Menschenfreunde [Filantropis (dermawan). — Ed.] di Barat yang menjadi luar biasa gembiranya akan kebaikan hati seorang kapitalis kepada seorang buruhnya, dan yang dengan terpesona menghubungkan berbagai kasus di mana seorang pemilik pabrik menunjukkan perhatiannya kepada para pekerjanya, dan memberi mereka perbekalan umum, tempat tinggal, dsb. Untuk menarik kesimpulan dari keberadaan "fakta-fakta" (dan dengan demikian juga "kemungkinan" dari "fakta-fakta") seperti itu bahwa di sana tidak ada antagonisme kepentingan itu, sebenarnya sama saja dengan tidak melihat hutan karena mencari pohon (tidak mampu memahami masalah pokoknya karena terlalu banyak tercurah perhatiannya pada yang kecil-kecil). Itulah persoalan yang pertama.
Persoalan yang kedua adalah: Kita tahu dari laporan Tuan Orlov bahwa para petani Nyonya K., "berkat hasil panen yang sangat bagus (wanita itu telah memberi mereka benih yang baik), telah mendapatkan ternak" dan memiliki tanah pertanian yang "makmur." Marilah kita anggap bahwa "para petani yang telah makmur" itu telah menjadi bukan "nyaris," tetapi sepenuhnya makmur, bahwa bukan "mayoritas," tetapi semuanya telah memiliki cukup biji-bijian, bukan "nyaris" sampai, tetapi tepat sampai panen yang baru. Marilah kita anggap bahwa para petani ini sekarang telah memiliki cukup tanah, dan bahwa mereka telah memiliki "kawanan ternak dan padang rumput" — yang belum mereka dapatkan saat ini (Sungguh-sungguh kemakmuran yang bagus!), dan yang mereka sewa dari Nyonya K., dengan pembayaran berupa tenaga kerja. Apakah Tuan Orlov benar-benar percaya bahwa dalam hal itu — yaitu, apabila kegiatan pertanian para petani itu benar-benar makmur — maka para petani itu akan setuju untuk "melaksanakan semua pekerjaan di tanah milik Nyonya K. secara sempurna, tepat waktu dan tepat," seperti yang mereka lakukan sekarang ini? Atau, mungkin, rasa bersyukur kepada wanita baik hati yang telah dan terus memeras darah hidup para petani makmur dengan rasa keibuan seperti itu akan merupakan perangsang yang tidak kalah potensialnya jika dibandingkan dengan keadaan tanpa harapan dari kondisi para petani sekarang ini, yang, bagaimana pun juga, tidak dapat lepas dari kawanan ternak dan padang rumput itu?
Jelaslah bahwa ide-ide "para sahabat rakyat" itu, pada hakekatnya, sama: Sebagai ahli ideologi borjuis yang sejati, mereka tidak ingin menghapuskan eksploitasi, tetapi hanya ingin sekedar menguranginya saja. Mereka tidak ingin memukul, tetapi mendamaikan. Ideal-ideal mereka yang luas, dan yang dari sudut pandang ini, mereka dengan sangat keras mengecam kaum Sosial Demokrat yang berwawasan sempit itu, ternyata tidak melangkah lebih jauh lagi dari petani "makmur" yang melaksanakan "kewajiban" mereka untuk para tuan tanah dan para kapitalis, asalkan para tuan tanah dan para kapitalis itu memperlakukan mereka secara adil.
Ambillah contoh lainnya. Tuan Yuzhakov, dalam artikelnya yang sangat terkenal, "Kuota untuk Kepemilikan Tanah oleh Rakyat di Rusia" (Russkaya Mysl, 1885, No. 9), menjelaskan pandangannya tentang bagaimana seharusnya dimensi kepemilikan "Rakyat" atas tanah itu, yaitu, dalam terminologi kaum liberal kita, sejenis kepemilikan atas tanah yang tidak memasukkan kapitalisme dan eksploitasi. Nah, sekarang, setelah penjelasan yang bagus sekali dari Tuan Krivenko tadi, maka kita pun menjadi tahu bahwa ia pun telah menganggap segala sesuatu itu dari sudut pandang "memperkenalkan kapitalisme ke dalam kehidupan rakyat." Sebagai yang minimum untuk "rakyat." Sebagai kepemilikan atas tanah, ia mengambil jatah tanah semacam itu sebagai penutup kebutuhan "makanan dan pembayaran lainnya," [3] sedangkan sisanya, katanya, dapat diperoleh dari "kerja" . . . . Dengan kata lain, ia hanya pasrah pada keadaan di mana petani, yang mempertahankan hubungannya dengan tanahnya, justru akan menjadi sasaran dari eksploitasi ganda — sebagian dari tuan tanah, karena "jatah tanahnya," dan sebagian lainnya dari kapitalis, karena "pekerjaannya." Keadaan para produsen kecil, yang menjadi sasaran dari dua eksploitasi, dan yang kondisi kehidupannya, lagi pula, secara tak terelakkan seperti memelihara semangat yang hancur dan ketakutan, sehingga membunuh semua harapan bahwa kelas yang tertindas akan berjuang, apalagi menang — kondisi setengah jaman pertengahan ini merupakan 'nec plus ultra' dari pandangan dan semua yang ideal dari "para sahabat rakyat." Ya, kalau begitu, ketika kapitalisme, yang berkembang dengan kecepatan yang dahsyat sekali ke seluruh sejarah Rusia pasca-Reformasi itu, mulai mencabut akar pilar lama Rusia ini — yaitu, kaum tani setengah budak yang bersifat patriarkal — untuk menyeret keluar dari kondisi jaman pertengahan dan setengah feodal ini dan menempatkannya ke dalam lingkungan modern yang berwatak kapitalis murni, dengan memaksanya untuk meninggalkan rumah lamanya dan mengembara ke seluruh wajah Rusia untuk mencari pekerjaan, mematahkan rantai perbudakan pada "pemberi kerja" setempat dan menutup basis eksploitasi pada umumnya, basis eksploitasi yang berbeda dari pemusnahan akibat orang jahat tertentu — ketika kapitalisme mulai menarik semua penduduk petani yang tersisa, dan mengancam serta memaksa tunduk sampai serendah binatang ternak, membuat mereka semuanya masuk ke dalam pusaran kehidupan sosial dan politik yang senantiasa meningkat, semakin kompleks, sehingga para ksatria kita itu pun kemudian mulai meraung dan meratap tentang jatuh dan hancurnya pilar-pilar lama. Dan, mereka pun melanjutkannya sampai hari ini untuk meraung dan meratap tentang masa lalu yang baik, meskipun sekarang, tampaknya, hanya orang buta yang tidak melihat sisi revolusioner dari cara hidup yang baru ini, yang tidak melihat bagaimana kapitalisme telah dan terus menciptakan kekuatan sosial yang baru, yang tidak punya ikatan dengan rezim eksploitasi yang lama, dan yang ada dalam posisi untuk memeranginya.
Meskipun demikian, "para sahabat rakyat" kita itu tidak menunjukkan sedikit pun jejak dari keinginan akan perubahan apa pun yang radikal dalam sistem yang sekarang ini. Mereka justru sepenuhnya puas dengan langkah-langkah liberal berdasarkan basis yang ada, dan dalam penemuan langkah-langkah semacam itu, Tuan Krivenko benar-benar telah memainkan kemampuan administrasinya seperti pejabat kecil pribumi yang berlagak penting. "Pada umumnya" — katanya, tentang perlunya "studi secara rinci dan transformasi secara radikal" dari "industri rakyat kita" — "persoalan ini memerlukan penelitian khusus, dan juga memerlukan pembagian industri-industri itu ke dalam bagian-bagian yang dapat diterapkan ke kehidupan rakyat" (Begitukah!) "dan ke dalam bagian-bagian yang penerapannya dapat menemukan rintangan-rintangan yang serius."
Tuan Krivenko sendiri telah memberi kita sebuah contoh tentang pembagian seperti itu keteika ia membagi berbagai industri ke dalam bagian-bagian yang tidak dikapitalisasikan, atau bagian-bagian yang telah mengalami kapitalisasi, dan bagian-bagian yang dapat "menghadapi industri berskala raksasa untuk keberadaannya."
"Pertama-tama," kata administrator kita ini memutuskan, "produksi kecil dapat hidup bebas' — tetapi apakah industri itu dapat bebas dari pasar, yang fluktuasinya telah membelah para produsen kecil menjadi borjuasi dan proletariat? Apakah industri itu dapat bebas dari ekspansi pasar lokal beserta penggabungannya menjadi pasar raksasa? Apakah industri itu dapat bebas dari kemajuan teknik? Atau mungkin, kemajuan teknik — di bawah produksi komoditi — tidak harus menjadi kapitalistis? Yang terakhir, pengarang kita ini menuntut "organisasi produksi yang berskala raksasa juga," sbb.: "Jelaslah," katanya, "yang diperlukan di sini ini adalah organisasi produksi yang berskala raksasa juga, dan yang diperlukan adalah modal yang pasti dan terus berputar, termasuk mesin, dsb., atau sesuatu apa pun lainnya yang akan dapat mengimbangi kondisi-kondisi ini: Kredit murah, penghapusan para perantara yang berlebihan, bentuk artel untuk bidang pertanian, dan kemungkinan untuk melepaskan keuntungan atau laba dari para majikan, pasar yang dijamin, penemuan mesin-mesin yang lebih murah, dan berbagai perbaikan teknik lainnya, atau, akhirnya, pengurangan tertentu dalam upah, asalkan diberi kompensasi dengan keuntungan-keuntungan lainnya." (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia)
Penalaran semacam ini memang sangat khas di kalangan "para sahabat rakyat," dengan segala yang ideal dan berwawasan luas dalam kata-kata mereka dan sekaligus juga merupakan liberalisme klise dalam perbuatan mereka. Seperti yang Anda lihat, para ahli filsafat kita memulai tidak lebih dan tidak kurang dari kemungkinan melepaskan keuntungan atau laba para majikan dan dari organisasi pertanian berskala raksasa. Bagus sekali: Inilah yang SECARA TEPAT diinginkan oleh kaum Sosial Demokrat juga. Tetapi, bagaimana cara "para sahabat rakyat" itu ingin mencapainya? Untuk mengorganisir produksi berskala raksasa tanpa majikan, perlulah, pertama-tama, dihapuskan dulu organisasi komoditi dari ekonomi sosial dan menggantinya dengan organisasi komunal komunis, sehingga produksi tidak diatur oleh pasar, seperti yang terjadi sekarang, tetapi oleh para produsen itu sendiri, oleh masyarakat pekerja itu sendiri, dan alat-alat produksi pun dimiliki tidak oleh individu-individu swasta (perorangan), tetapi oleh seluruh masyarakat. Perubahan dari bentuk swasta (perorangan) ke bentuk komunal (bersama) dari peruntukan seperti itu tampaknya harus lebih dulu mengubah bentuk produksinya, kemudian menggabungkan proses produksi yang terpisah, terpencil dan kecil-kecil dari para produsen kecil itu menjadi satu proses produktif sosial tunggal. Singkatnya, hal itu memerlukan kondisi materi itu sendiri seperti yang diciptakan oleh kapitalisme. Hanya saja, "para sahabat rakyat" tidak punya niat sedikit pun untuk mendasarkan dirinya sendiri pada kapitalisme. Lalu, apa yang mereka usulkan untuk dilakukan? Mereka tidak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan mereka juga tidak menyebutkan sedikit pun tentang penghapusan ekonomi komoditi: Jelaslah bahwa yang ideal dan berwawasan luas dari mereka ini ternyata menjadi sangat tidak mampu untuk melampaui ikatan-ikatan sistem produksi sosial ini. Lagi pula, untuk menghapus keuntungan atau laba dari para majikan itu perlu pula mengambil para majikan, yang secara tepat memperoleh "keuntungan atau laba" mereka itu karena mereka telah memonopoli alat-alat produksi. Dan, untuk mengtambil alih pilar-pilar dari ibu pertiwi kita itu, gerakan revolusioner rakyat melawan rezim borjuis memang diperlukan adanya, yaitu, suatu gerakan yang hanya mampu digerakkan oleh proletariat kelas pekerja, yang tidak punya ikatan dengan rezim ini. Sayangnya, "para sahabat rakyat" tidak punya perjuangan sama sekali dalam pikirannya, dan bahkan tidak curiga bahwa jenis-jenis lainnya dari para tokoh masyarakat, selain dari organ-organ administrasi dari para majikan itu sendiri, memang memungkinkan dan diperlukan.
Jelaslah bahwa mereka tidak berniat sedikit pun untuk mengambil langkah-langkah serius terhadap "keuntungan atau laba para majikan." Tuan Krivenko hanya membiarkan lidahnya lari bersamanya. Dan, ia dengan segera mengoreksi dirinya sendiri: Mengapa, hal seperti itu, seperti "kemungkinan untuk melepaskan laba atau keuntungan para majikan itu dapat "diimbangi" — "dengan sesuatu yang lain," yaitu, kredit murah, pemasaran yang diorganisir, perbaikan teknik, dsb. Dengan demikian, segala sesuatu itu direncanakan secara sangat memuaskan: Sebagai ganti dari menghapus hak yang suci untuk mengambil "keuntungan atau laba," yang berupa prosedur yang begitu ofensif terhadap Tuan-Tuan para majikan itu, maka muncullah langkah-langkah liberal yang lunak seperti itu, yang hanya akan memasok kapitalisme dengan senjata-senjata yang lebih baik untuk melakukan perjuangan, dan yang hanya akan memperkuat, mengkonsolidasi, dan mengembangkan borjuasi kecil "rakyat" kita. Dan, dengan demikian, agar supaya tidak meninggalkan keragu-raguan bahwa "para sahabat rakyat" itu hanya memperjuangkan kepentingan kaum borjuasi saja, maka Tuan Krivenko menambahkan penjelasan yang luar biasa seperti berikut ini. Tampaknya, penghapusan keuntungan atau laba para majikan itu dapat "diimbangi" . . . . "dengan pengurangan upah"!!! Sekilas, hal ini tampaknya seperti omong kosong belaka. Tetapi, ternyata tidak. Karena hal ini telah merupakan penerapan dari ide-ide borjuis yang sesungguhnya. Pengarang kita ini telah mengamati adanya kenyataan seperti perjuangan antara modal besar dan modal kecil, sehingga, sebagai seorang "sahabat rakyat" yang sejati, ia, tentu saja, memihak . . . . modal kecil. Selanjutnya, ia juga telah mendengar bahwa salah satu senjata yang paling ampuh dari kapitalis kecil adalah pengurangan upah — yaitu, suatu kenyataan yang secara sangat tepat telah diamati dan ditegaskan dalam sejumlah besar industri di Rusia, juga, yang paralel dengan perpanjangan hari kerja. Dan, dengan demikian, karena, bagaimana pun juga, ingin menyelamatkan . . . . para kapitalis kecil ini, maka ia pun mengusulkan "suatu pengurangan upah, asalkan diberi kompensasi dengan keuntungan-keuntungan lainnya"! Tuan-Tuan para majikan, yang "keuntungan atau laba" mereka merupakan sesuatu yang aneh, tampaknya telah dikatakan lebih dulu, tidak perlu cemas. Karena, saya kira, mereka akan sangat bersedia untuk menempatkan administrator yang cemerlang ini, yang berencana untuk memerangi para majikan dengan pengurangan upah, yang dimasukkan ke pos Menteri Keuangan.
Orang juga harus mengutip contoh lainnya tentang bagaimana kaum borjuis berdarah murni ini memunculkan para administrator yang liberal dan manusiawi dari Russkoye Bogatstvo itu segera setelah mereka harus menangani persoalan praktis apa pun. "Catatan Dalam Negeri" dalam majalah Russkoye Bogatstvo, No. 12 itu, membahas tentang masalah monopoli. "Monopoli dan sindikat," kata pengarang kita itu, "yang seperti itulah yang ideal dari industri yang maju." Dan, ia melanjutkannya dengan menyatakan keheranannya karena institusi-institusi ini telah bermunculan di Rusia, juga, meskipun, tidak ada "persaingan yang tajam di kalangan kaum kapitalis" di sini. "Belum ada industri gula maupun industri minyak yang telah maju sampai tingkat raksasa. Konsumsi gula dan minyak tanah di sini praktis masih dalam tingkat embrio, jika mengingat konsumsi per kapita yang tidak berarti terhadap bahan-bahan ini apabila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tampaknya masih akan ada banyak sekali bidang lainnya untuk mengembangkan cabang-cabang industri ini, sehingga masih akan mampu menyerap modal yang sangat besar."
Dalam hal ini, yang sangat khas adalah bahwa segera setelah sampai pada persoalan yang praktis, maka pengarang kita pun lupa akan ide yang favorit dari Russkoye Bogatstvo tentang menyusutnya pasar dalam negeri. Meskipun demikian, yang terpaksa ia akui adalah bahwa pasar ini masih mempunyai prospek perkembangan yang besar sekali, dan bukan terjadinya penyusutan itu. Ia sampai pada kesimpulan ini dari suatu perbandingan dengan Barat, di mana konsumsinya lebih besar. Mengapa? Karena, kebudayaan itu ada di tingkat yang lebih tinggi. Tetapi, apakah basis materi dari kebudayaan itu, apabila bukan perkembangan dari teknik kapitalis, yaitu, pertumbuhan ekonomi komoditi dan tukar-menukar, yang membawa rakyat menjadi saling berhubungan satu sama lain secara lebih sering dan sekaligus mematahkan isolasi distrik-distrik setempat yang terpisah dan yang berasal dari jaman pertengahan itu? Karena, bukankah kebudayaan di Prancis, misalnya, ada di tingkat yang lebih tinggi dari kebudayaan kita sebelum Revolusi Besar, ketika kaum tani dari jaman semi pertengahan masih belum terbelah sampai ke tingkat final menjadi proletariat dan borjuasi pedesaan? Dan, apabila pengarang kita itu telah meneliti kehidupan Rusia secara lebih dekat lagi, maka ia pun tidak dapat tidak pasti akan melihat, misalnya, bahwa distrik-distrik setempat di mana kapitalisme itu berkembang, maka tuntutan penduduk petani pun pasti akan jauh lebih tinggi daripada distrik-distrik yang hidup dari pertanian saja. Hal ini juga telah diketahui dengan suara bulat oleh semua peneliti terhadap industri-industri kerajinan kita dalam segala kasusnya di mana perkembangannya sudah sedemikian jauh sehingga dapat memberikan kesan adanya industri pada seluruh kehidupan rakyat. [4] "Para sahabat rakyat" tidak memberikan perhatian sedikit pun pada "hal-hal kecil" seperti itu, karena, sejauh yang menyangkut mereka, penjelasannya "hanyalah" berupa kebudayaan atau kompleksitas kehidupan yang pada umumnya semakin rumit, sehingga mereka bahkan tidak merasa perlu untuk meneliti basis material dari kebudayaan ini maupun kompleksitas ini. Tetapi apabila mereka terpaksa meneliti, sekurang-kurangnya, kondisi ekonomi daerah pedesaan kita, maka mereka pasti akan mengakui bahwa terbelahnya kaum tani menjadi borjuasi dan proletariat itulah yang telah menciptakan pasar dalam negeri. Mereka harus berpikir bahwa pertumbuhan pasar itu sama sekali tidak menyiratkan pertumbuhan borjuasi. "Mengingat rendahnya tingkat perkembangan produksi pada umumnya," kata penulis catatan dalam negeri yang dikutip di atas itu melanjutkan, "dan kurangnya usaha dan inisiatif, maka monopoli pun akan masih sangat memperlambat perkembangan kekuatan-kekuatan di negeri ini." Ketika berbicara mengenai monopoli tembakau, pengarang kita itu memperhitungkan bahwa untuk itu "akan diperlukan 154.000.000 rubel dari sirkulasi uang rakyat." Di sini, penglihatannya juga tidak melihat adanya fakta bahwa basis sistem ekonomi kita itu adalah ekonomi komoditi, yang pemimpinnya, baik di sini maupun di mana pun juga lainnya, adalah borjuasi. Dan, ia bukannya berbicara tentang borjuasi yang terhambat oleh monopoli, tetapi ia justru berbicara tentang "daerah pedesaan." Ia juga bukannya berbicara tentang sirkulasi komoditi yang bersifat borjuis, tetapi ia justru berbicara tentang "sirkulasi uang rakyat." [Pengarang kita ini seharusnya dipersalahkan terutama karena telah menggunakan istilah ini, dan karena Russkoye Bogatstvo sangat menyukai kata "rakyat" ini sebagai lawan dari borjuis.] Seorang borjuis memang tidak akan pernah mampu mendeteksi perbedaan antara kedua istilah ini, seberapa pun besarnya perbedaan itu. Untuk menunjukkan betapa jelasnya perbedaan ini sesungguhnya, maka saya akan mengutip sebuah majalah yang otoritasnya ada di bawah mata "para sahabat rakyat," yaitu, Otechestvenniye Zapiski. Dalam No. 2 tahun 1872 dari majalah itu, dalam judul "Plutokrasi dan Basisnya," kita dapat membaca sbb.: "Menurut Marlo, watak yang paling penting dari plutokrasi adalah kecintaannya pada bentuk pemerintahan liberal, atau, dalam keadaan apa pun, pada prinsip kebebasan untuk memperoleh atau mengambil alih. (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya) Apabila kita mengambil watak ini dan mengingat-ingat posisi apa yang terjadi delapan atau sepuluh tahun yang lalu, maka kita akan tahu bahwa dalam hal liberalisme, kita telah mengayunkan langkah yang sangat besar . . . . Apa pun koran maupun majalah yang Anda ambil, semuanya itu sedikit banyak akan tampak mewakili prinsip-prinsip demokratis, yang seluruhnya mati-matian untuk kepentingan rakyat. Tetapi, seiring dengan pandangan yang demokratis ini, dan bahkan dengan baju ini" (Tandailah hal ini!), "lagi-lagi, dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja, aspirasi plutokrasi itu memang dicari." (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya)
Pengarang kita itu juga mengutip sebagai sebuah contoh, yaitu, sambutan yang disampaikan oleh para pedagang St. Petersburg dan Moscow kepada Menteri Keuangan, yang menyatakan rasa terima kasihnya kepada badan yang paling terhormat dari borjuasi Rusia ini karena telah "mendasarkan posisi keuangan Rusianya itu pada ekspansi yang seluas mungkin bagi perusahaan swasta, yang kegiatan itu saja sudah medatangkan hasil." Sehingga pengarang artikel kita itu pun menyimpulkan: "Kecenderungan-kecenderungan dan unsur-unsur plutokrasi ternyata tidak dapat disangsikan lagi telah ada dan banyak terdapat di masyarakat kita." (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya)
Seperti Anda lihat, para pendahulu kita di masa lalu yang jauh, ketika kesan tentang Reformasi yang merupakan gerakan emansipasi besar (dan yang, seperti diungkapkan oleh Tuan Yuzhakov, seharusnya telah membuka jalan yang layak dan damai untuk mengembangkan produksi rakyat, tetapi dalam kenyataannya hanya membuka jalan untuk plutokrasi) itu ternyata masih jelas dan segar, karena mereka sendiri terpaksa mengakui watak perusahaan swasta Rusia yang memang bersifat plutokratis, yaitu, watak borjuis yang khas itu. (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya)
Mengapa Anda telah melupakan ini? Mengapa, ketika Anda berbicara tentang sirkulasi uang "rakyat" dan perkembangan "kekuatan-kekuatan di negeri ini" berkat adanya perkembangan "usaha dan inisiatif" itu, Anda tidak menyebutkan adanya watak yang antagonistis dari perkembangan ini, yaitu, watak yang selalu melakukan eksploitasi dari usaha dan inisiatif ini? Oposisi terhadap monopoli dan lembaga-lembaga yang serupa itu, tentu saja, dapat diungkapkan, karena semuanya itu tidak dapat disangsikan lagi telah memperburuk kondisi rakyat pekerja, hanya saja, yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa selain semua belenggu dari jaman pertengahan ini, rakyat pekerja juga terus dibelenggu oleh belenggu lain yang masih lebih kuat lagi, yaitu, belenggu borjuis yang modern. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa penghapusan monopoli itu akan bermanfaat bagi seluruh "rakyat," karena, ekonomi borjuis yang telah menjadi basis dari kehidupan ekonomi di negeri ini, sehingga hidupnya kembali sistem dari jaman pertengahan itu hanya akan menambah kesengsaraan kapitalis yang jauh lebih pahit daripada kesengsaraan jaman pertengahan. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa semuanya itu harus dihapuskan sama sekali — dan, semakin cepat serta semakin radikal, akan menjadi semakin lebih baik — agar supaya, dengan bebasnya masyarakat borjuis dari belenggu setengah feodal yang diwarisinya, dapat membebaskan pula belenggu yang mengikat tangan kelas pekerja, untuk memudahkannya dalam perjuangannya melawan borjuasi.
Itulah yang seharusnya dibicarakan orang, dengan menyebut kartu sekop itu juga kartu sekop — dengan mengatakan bahwa penghapusan monopoli dan segala jenis rintangan lainnya dari jaman pertengahan (dan yang di Rusia namanya 'legion') itu mutlak perlu bagi kelas pekerja untuk memudahkannya dalam perjuangannya melawan sistem borjuasi. Itu saja! Karena memang hanya seorang borjuis yang dapat melihat solidaritas kepentingan dari seluruh "rakyat" dalam melawan lembaga-lembaga feodal dari jaman pertengahan dan melupakan antagonisme yang mendalam dan tak terdamaikan di antara borjuasi dan proletariat di dalam "rakyat" ini sendiri.
Secara kebetulan, rasanya mustahil untuk membuat malu "para sahabat rakyat" itu tentang hal ini, misalnya, ketika mereka mengatakan hal-hal seperti berikut ini tentang berbagai kebutuhan di daerah pedesaan:
"Ketika, beberapa tahun yang lalu," kata Tuan Krivenko untuk memberikan informasi kepada kita, "beberapa koran tertentu mendiskusikan tentang profesi apa dan jenis kaum intelektual apa yang dibutuhkan di daerah pedesaan, tetapi ternyata daftar itu menjadi sangat panjang dan bervariasi, sehingga mencakup hampir semua segi kehidupan: Dokter laki-laki maupun wanita, yang diikuti oleh 'feldsher', kemudian muncul para pengacara, yang selanjutnya diikuti oleh para guru, ahli perpustakaan dan penjual buku, ahli agronomi, ahli kehutanan dan ahli pertanian pada umumnya, ahli teknik dari cabang-cabang yang paling bervariasi (dengan bidang yang sangat luas, dan yang nyaris belum tersentuh sama sekali), para organisator dan manajer dari berbagai lembaga kredit, gudang, dsb."
Marilah kita berhenti untuk mempertimbangkan, katakan saja, "para intelektual" (??) yang aktivitasnya secara langsung berkenaan dengan bidang ekonomi itu, yaitu, semua ahli kehutanan, ahli pertanian, ahli teknik, dsb. Dan, betapa sangat diperlukannya orang-orang ini di daerah pedesaan! Tetapi, daerah pedesaan YANG MANA? Sudah barang tentu, di daerah pedesaan yang dikuasai oleh para tuan tanah, di daerah pedesaan yang dikuasai oleh para petani Rusia yang juga menjadi pengusaha, yang mempunyai "tabungan" dan mampu membayar pelayanan dari semua "ahli teknik" yang oleh Tuan Krivenko dengan senang hati disebut "kaum intelektual." Sesungguhnyalah, daerah pedesaan ini telah lama merasa haus akan para teknisi, akan kredit, akan gudang, sehingga semua literatur ekonomi kita telah memberikan kesaksiannya mengenai hal ini. Padahal, ada pula daerah pedesaan lainnya, yang jauh lebih besar, dan tidak akan merugikan "para sahabat rakyat" kita itu untuk memikirkannya secara lebih sering lagi, yaitu, daerah pedesaan yang para petaninya telah hancur, compang-camping, dan terampas segalanya, yang tidak hanya tidak memiliki "tabungan" untuk membayar buruh "intelektual," tetapi bahkan juga tidak memiliki cukup roti untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dari kelaparan. Sehingga daerah pedesaan seperti inilah yang ingin Anda bantu dengan gudang!! Lalu apa yang akan dimasukkan ke dalam gudang itu oleh para petani yang hanya memiliki satu ekor kuda atau bahkan jauh lebih banyak lagi yang tidak memilikinya sama sekali?
Pakaian mereka? Mereka telah menggadaikannya sejak tahun 1891 ke para kulak kota maupun kulak desa yang pada waktu itu, untuk memenuhi resep liberal dan manusiawi Anda, mulai mendirikan "gudang" tetap di rumah, di kedai minum, dan di toko-toko. (kulak = lintah darat, petani kaya, atau petani yang bekerja untuk keuntungan pribadi) Sehingga yang masih mereka miliki hanyalah tinggal "tangan" mereka. Dan, bahkan, kaum birokrat Rusia sejauh ini masih belum mampu membuat "gudang" untuk jenis komoditi ini.
Memang sulit untuk membayangkan bukti yang lebih menakjubkan lagi dalam mengucapkan kedangkalan "para demokrat" itu daripada sentimentalitas tentang kemajuan teknik di kalangan "kaum tani" ini sambil menutup mata terhadap pengambilalihan secara menyeluruh terhadap "kaum tani" ini sendiri. Misalnya, dalam majalah Russkoye Bogatstvo, No. 2 ("Sketsa," §XII), dengan semangat kaum liberal yang bodoh itu, Mr. Karyshev menceritakan tentang berbagai kasus yang "sempurna dan maju" dalam kegiatan pertanian dari para petani — tentang "tersebarnya berbagai jenis bibit unggul di tanah-tanah pertanian para petani," seperti gandum Amerika, gandum Vasa, gandum Clydesdale, dsb. "Di berbagai tempat, para petani menyiapkan bidang-bidang tanah khusus yang terpisah untuk bibit, dan setelah dikerjakan secara baik, maka mereka pun menyerahkan tanaman contoh biji-bijian yang telah terpilih itu kepada mereka." "Banyak inovasi yang sangat bervariasi" telah dicatat "di bidang mesin dan alat-alat yang telah diperbaiki," [5] seperti mesin penanam, mesin pembajak ringan, mesin perontok, mesin penampi, mesin pemilih bibit, dsb. Juga disebutkan mengenai "berbagai variasi yang sangat besar dari pupuk" — seperti pupuk fosfat, pupuk dari sampah perekat, pupuk dari kotoran burung merpati, dsb. "Sejumlah korespondensi telah mendesak perlunya didirikan toko-toko Zemstvo setempat di desa-desa untuk menjual pupuk fosfat — dan Tuan Karyshev, yang mengutip buku Tuan V. V., Kecenderungan Progresif dalam Kegiatan Pertanian para Petani (Tuan Krivenko juga menyebut-nyebut buku ini), ternyata juga terpengaruh oleh semua kemajuan yang menyentuh ini dan yang hampir sampai pada titik semangatnya ini:
"Laporan-laporan, yang telah mampu kita berikan meskipun hanya secara singkat ini, ternyata telah mampu memberikan kesan yang membesarkan hati dan sekaligus menyedihkan . . . . Membesarkan hati, karena orang-orang ini, yang jatuh miskin, dililit utang, dan bahkan banyak sekali di antara mereka yang tidak punya kuda, sehingga harus bekerja hanya dengan tangan dan tenaga saja, meskipun demikian, mereka tidak juga berputus asa, tidak pindah pekerjaan, tetapi tetap setia kepada tanahnya, karena menyadari bahwa di dalam tanah itu, apabila diperlakukan dengan layak, terletak masa depan mereka, kekuatan mereka, kesejahteraan mereka." (Tentu saja! Karena sudah pasti bahwa para petani yang tidak punya kuda dan jatuh miskin ini sajalah yang akan membeli pupuk fosfat, mesin pemilih benih, mesin perontok gandum, dan bibit gandum Clydesdale! 0, sancta simplicitas! Dan, semuanya ini tidak ditulis oleh seorang gadis dari sekolah tinggi khusus wanita, tetapi oleh seorang profesor, seorang Doktor Ekonomi Politik! Tidak, katakan apa pun yang Anda sukai, tidak mungkin semuanya itu karena kesederhanaan yang keramat!) "Mereka bergegas-gegas mencari cara untuk mempengaruhi perlakuan yang layak, mencari cara baru, metode penanaman, benih, alat-alat, pupuk, dan segala sesuatu yang akan memberikan kesuburan pada tanah yang memberi makan mereka, dan yang akan cepat atau lambat akan memberi imbalan kepada mereka sampai seratus kali lipat . . . . [6] Menyedihkan, karena" (mungkin Anda mengira bahwa bahwa di sini sekurang-kurangnya "sahabat rakyat" kita ini menyebutkan pengambilalihan secara menyeluruh terhadap kaum tani yang menyertai dan menyebabkan terpusatnya tanah ke tangan petani Rusia yang juga pengusaha, yang kemudian berubah menjadi modal, sehingga menjadi basis dari tanah pertanian yang telah diperbaiki ini — pengambilalihan yang mampu melemparkan ke pasar, "tangan-tangan" dari tenaga "buruh lepas" dan "murah" yang dapat membuat suksesnya "pengusaha" pribumi yang menggunakan semua mesin perontok, mesin pemilih bibit, dan mesin penampi ini? — Tidak ada yang seperti ini!) "karena . . . . diri kita sendirilah yang harus dibangkitkan. Di manakah bantuan kita untuk para petani Rusia yang berusaha keras untuk memperbaiki pertaniannya? Kita mempunyai segalanya yang siap untuk dipakai, baik ilmu pengetahuan, museum, gudang, agen komisi, dsb." (Ya, Tuan-Tuan, memang begitulah ia menempatkannya, saling berdampingan: "Ilmu pengetahuan" dan "agen-agen komisi" . . . .Waktu untuk mempelajari "para sahabat rakyat" ini bukanlah ketika mereka memerangi kaum sosial Demokrat, karena pada saat-saat seperti itu, mereka justru sedang mengenakan pakaian seragam yang dijahitkan dari kain compang-camping yang ideal sebagai warisan "ayah-ayah" mereka, tetapi dalam pakaian sehari-hari mereka, ketika mereka sedang mendiskusikan secara rinci tentang urusan kehidupan sehari-harinya. Pada waktu itulah, Anda akan dapat memperoleh warna yang lengkap beserta bumbu penyedap dari semua ahli ideologi borjuis kecil ini.) "Apakah ada, apa pun dari jenis itu, yang tersedia untuk dipakai oleh para petani Rusia? Tentu saja, ada, yaitu, (alat-alat kerja primitif) yang masih pada tahap awal, hanya saja, bagaimana pun juga, perkembangannya sangat lambat. Para petani Rusia itu juga menginginkan contoh — di manakah ladang percobaan kita dan tanah pertanian kita yang dijadikan model itu? Para petani Rusia itu juga mencari kata yang telah tercetak — di manakah literatur agronomi rakyat kita? . . . . Para petani Rusia itu juga mencari pupuk, alat-alat pertanian, bibit, dsb. — di manakah toko Zemstvo kita untuk semuanya ini, seperti pembelian secara borongan, pencarian dan pendistribusian alat bantu kerja itu? . . . . Di manakah Anda, para pengurus, yang mengurus kegiatan swasta dan Zemstvo? Majulah terus dan bekerjalah, waktu untuk itu telah lama matang, dan
Terima kasih yang tulus sebagai imbalan untukmu
Dari rakyat Rusia!" [73]
N. Karyshev (Russkoye Bogotstvo, No. 2, hal. 19.)
Ini dia, para sahabat "rakyat" dari kaum borjuasi kecil ini, yang suka pada kemajuan dari kaum borjuasi kecil mereka ini!
Orang akan mengira, bahkan secara terpisah dari suatu analisis tentang ekonomi dari daerah pedesaan kita, bahwa cukuplah untuk mengamati fakta yang menakjubkan ini dalam sejarah ekonomi modern kita — yaitu, kemajuan yang pada umumnya terkemuka dalam kegiatan pertanian para petani, yang sejajar dengan pengambilalihan secara dahsyat terhadap "kaum tani" — agar dapat menjadi yakin akan kemustahilan dari gambaran "kaum tani" sebagai satu kesatuan yang tunggal, homogen, dan harmonis, dan juga agar dapat menjadi yakin akan watak borjuis dari semua kemajuan ini! Meskipun demikian, "para sahabat rakyat" kita itu masih saja tetap tuli terhadap semuanya ini. Setelah kehilangan sifat-sifat yang baik dari paham Narodisme Rusia kuno yang sosial revolusioner ini, maka mereka pun mulai berpegang erat pada salah satu dari kesalahan-kesalahannya yang fatal — yaitu, ketidakmampuannya untuk memahami adanya antagonisme kelas di dalam kaum tani sendiri.
"Kaum peasantist [kaum Narodnik] dalam tahun '1870-an'," kata Hourwich secara tepat, "tidak punya pikiran tentang adanya antagonisme di jajaran kaum tani itu sendiri, karena menganggapnya sebagai terbatas sepenuhnya pada 'pengisap' itu sendiri — yaitu, khusus para kulak dan miroyed — dan korbannya, adalah petani yang penuh dengan semangat komunistis. [7] Dalam hal ini, Gleb Uspensky berdiri sendirian saja dalam skeptisisme-nya, sehingga membuat senyumnya yang bersifat mengejek itu menentang semua ilusi yang bersifat universal itu. Dengan pengetahuannya yang sempurna tentang kaum tani, dan bakat seninya yang luar biasa dan yang menembus ke jantung fenomena atau gejala itu sendiri, maka ia pun mampu melihat bahwa individualisme itu telah menjadi basis hubungan ekonomi, tidak hanya di antara lintah darat dan pengutang, tetapi juga di kalangan petani pada umumnya. Bandingkan dengan artikelnya "Mencetak dalam Satu Cetakan" (Ravneniye pod odno), Russkaya Mysl, 1882, No. 1." (Op. cit., p. 106.)
Memang dapat dimaafkan, dan bahkan alami, untuk mengalah pada ilusi ini dalam tahun 1860-an dan 1870-an, ketika informasi yang relatif akurat tentang ekonomi di daerah pedesaan itu begitu langka, dan ketika diferensiasi kaum tani berlum menjadi begitu nyata, tetapi sekarang orang harus dengan sengaja menutup mata agar tidak melihat diferensiasi ini. Yang sangat khas adalah kehancuran kaum tani yang tampaknya telah mencapai puncaknya pada saat yang sangat terlambat, sehingga orang begitu banyak mendengar dari segala pihak tentang kecenderungan yang progresif dalam kegiatan pertanian dari para petani. Tuan V. V. (yang juga merupakan salah seorang "sahabat rakyat" yang paling pasti) telah menulis sebuah buku yang utuh mengenai masalah ini. Dan Anda tidak dapat menuduhnya dengan ketidakakuratan faktual. Sebaliknya, kemajuan agronomi dan teknik dari kaum tani tidak disangsikan lagi telah merupakan fakta. Demikian pula halnya dengan fakta tentang pengambilalihan secara menyeluruh terhadap kaum tani. Dan lihatlah — "para sahabat rakyat" memusatkan semua perhatiannya pada fakta bahwa "muzhik" atau petani Rusia itu secara tergesa-gesa mencari metode-metode baru di bidang pertanian untuk membantunya menyuburkan tanah yang memberikan makan kepada dirinya — sehingga tidak mampu melihat sisi sebaliknya dari sebuah medali, yaitu, terpisahnya secara tergesa-gesa "muzhik" atau petani Rusia ini sendiri dari tanahnya. Mereka memasukkan kepalanya ke dalam pasir seperti burung unta agar tidak melihat fakta-fakta yang ada di mukanya, sehingga tidak tahu bahwa mereka sedang menyaksikan proses transformasi ke dalam modal tanah yang diceraikan dari para petani, yaitu proses penciptaan pasar dalam negeri. [8] Cobalah untuk tidak menyetujui keberadaan dua proses yang berlawanan di kalangan kaum tani masyarakat kita. Cobalah untuk menjelaskannya dengan cara apa pun lainnya selain dari yang berwatak borjuis dalam masyarakat kita! Ini jelas berlebihan! Menyanyikan haleluya (Alhamdulillah) dan mencurahkan ungkapan-ungkapan kemanusian dan kebajikan sudah merupakan alfa dan omega (awal dan akhir) dari "ilmu pengetahuan" mereka, dan juga dari "kegiatan" politik mereka secara keseluruhannya.
Dan, mereka bahkan meningkatkan kegiatan tambal-menambal yang bersifat liberal dan sederhana dari aturan yang sekarang ini menjadi filsafat yang biasa. "Sedikit aktif tetapi sungguh-sungguh," kata Tuan Krivenko, dengan lagak sok tahu, "jauh lebih baik daripada banyak tidak aktif." Betapa baru dan cerdiknya kata-katanya ini! lagi pula, katanya melanjutkan, "sedikit aktif sama sekali tidak sama dengan sedikit tujuan. Dan sebagai contoh dari "menambah aktif" seperti itu, yakni, ketika sedikit bekerja menjadi "layak dan baik," maka ia pun mengutip kerja seorang wanita tertentu yang mengorganisir sekolah, kegiatan para pengacara di kalangan para petani dalam menghapuskan para pokrol, rencana para pengacara untuk mengikuti pengadilan keliling ke propinsi-propinsi untuk bertindak sebagai penasihat terdakwa, dan, akhirnya, apa yang telah kita dengar tentang hal itu adalah, organisasi gudang dari para perajin: Dalam hal ini, yang dimaksud dengan menambah aktif (dengan ukuran berupa banyak tujuan) itu adalah termasuk membuka gudang "dengan berbagai usaha yang dikombinasikan berupa Zemstvo di pusat-pusat keramaian yang paling sibuk."
Semuanya ini, tentu saja, sangat mulia, manusiawi, dan liberal — ya, "liberal," karena akan membebaskan sistem ekonomi borjuasi dari semua rintangan jaman pertengahannya, sehingga, dengan demikian, membuatnya mudah bagi pekerja untuk memerangi sistem itu sendiri, yang, tentu saja, akan diperkuat, dan bukannya dirusak oleh langkah-langkah seperti itu, dan kita sudah lama membaca tentang semuanya ini dalam semua publikasi liberal Rusia. Tentu saja, tidak akan ada gunanya untuk menentangnya apabila Tuan-Tuan di majalah Russhoye Bogatstvo itu tidak memaksa kita untuk melakukannya yang sedemikian, setelah mereka mulai mengajukan "awal liberalisme sederhana" ini untuk MELAWAN kaum Sosial Demokrat dan, sebagai pelajaran bagi mereka, yang secara sekaligus memarahi mereka karena telah meninggalkan "yang ideal dari ayah-ayah mereka." Karena seperti itu masalahnya, maka kita pun tidak dapat tidak akan mengatakan bahwa, sekurang-kurang, memang lucu untuk menentang dengan usul dan saran guna mengadakan kegiatan yang liberal, moderat, dan cermat seperti itu (yaitu, untuk mengabdi kepada kaum borjuis). Mengenai ayah mereka beserta ideal mereka itu, haruslah dikatakan bahwa, bagaimana pun salah dan utopia-nya teori-teori kuno dari kaum Narodnik Rusia itu, tetapi, bagaimana pun juga, mereka itu SECARA MUTLAK menentang "awal yang sederhana dari liberalisme" seperti itu. (utopia = khayalan) Saya telah meminjam ungkapan yang belakangan ini dari artikel karangan Tuan N. K. Mikhailovsky "Tentang Buku Marx Edisi Rusia" (Otechestvenniye Zapiski, 1872, No. 4) — yaitu, artikel yang ditulis dengan gaya yang tajam tetapi sangat hidup (apabila dibandingkan dengan tulisan-tulisannya yang sekarang), dan yang dengan keras memprotes usulan yang tidak boleh menyinggung perasaan kaum liberal muda kita itu.
Tetapi, itu sudah lama sekali, sudah begitu lamanya sehingga "para sahabat rakyat" kita itu telah berhasil melupakan itu semua, dan telah mendemonstrasikan secara mencolok, dengan taktik-taktik mereka, bahwa, ketika tidak ada kritik materialis dari lembaga-lembaga politik, dan ketika watak kelas dari negara modern itu tidak dipahami, maka tinggal satu langkah lagi jarak antara radikalisme politik ke oportunisme politik itu.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari oportunisme seperti itu:
"Transformasi Kementerian Hak Milik Negara menjadi Kementerian Pertanian," kata Tuan Yuzhakov, "mungkin secara mendalam dapat mempengaruhi arus perkembangan ekonomi kita, tetapi, mungkin juga justru tidak membuktikan apa pun kecuali hanya reshuffle para pejabat saja" (Russkoye Bogatstvo, No. 10.)
Sebagai akibatnya, segalanya itu tergantung pada siapa yang akan "dipersilakan" — para sahabat rakyat atau para wakil dari berbagai kepentingan para tuan tanah dan para kapitalis. Sementara, berbagai kepentingan itu sendiri tidak harus disentuh.
"Perlindungan terhadap mereka yang secara ekonomi lemah dari mereka yang secara ekonomi kuat itu merupakan tugas alami pertama dari campur tangan negara," kata Tuan Yuzhakov yang sama ini melanjutkan dalam artikel yang sama juga, dan ia juga didukung dengan istilah yang sama oleh pembuat catatan dalam negeri dalam majalah Russkoye Bogatstvo, No. 2. Dan, dengan demikian, agar supaya tidak meninggalkan keragu-raguan bahwa penafsirannya terhadap omong kosong yang berlagak dermawan ini [9] sama dengan penafsiran dari teman-teman sejawatnya yang berharga, yaitu para ahli ideologi borjuasi kecil yang radikal dan liberal di Eropa Barat itu, maka ia pun segera menambahkan:
"Undang-Undang Pertanahan dari Gladstone, [74] asuransi buruh dari Bismarck, pengawasan terhadap pabrik, ide tentang Bank Tani, organisasi migrasi, langkah-langkah terhadap kulak — semuanya ini merupakan usaha untuk menerapkan prinsip campur tangan negara yang sama ini untuk melindungi mereka yang secara ekonomi lemah." (kulak = lintah darat, petani kaya, atau petani yang bekerja untuk keuntungan pribadi). Hal ini, setidak-tidaknya, memiliki kebaikan berupa kejujuran. Pengarang kita ini secara terus terang menyatakan bahwa, seperti Gladstones dan Bismarcks, ia ingin setia kepada hubungan-hubungan sosial yang sekarang ini, seperti mereka pula, ia ingin melakukan tambal-sulam terhadap masyarakat yang ada sekarang ini (yaitu, masyarakat borjuis — yakni, sesuatu yang tidak ia pahami lagi seperti yang terjadi pada para pengikut Gladstones dan Bismarcks di Eropa Barat), dan tidak memeranginya. Yang sepenuhnya harmonis dengan pendapat teoritis mereka yang fundamental ini adalah fakta bahwa mereka menganggap, sebagai alat reformasi, sebuah organ yang memiliki basisnya di dalam masyarakat yang ada sekarang ini dan yang melindungi berbagai kepentingan dari kelas-kelasnya yang berkuasa — yaitu, negara. Mereka secara positif percaya bahwa negara itu mahakuasa dan ada di atas semua kelas, dan berharap agar supaya tidak hanya akan "membantu" rakyat pekerja, tetapi juga menciptakan sistem yang layak dan nyata seperti yang telah kita dengar dari Tuan Krivenko). Tetapi, kemudian, tentu saja, tidak ada lainnya lagi yang harus diharapkan dari mereka. Karena mereka ini tidak lain adalah para ahli ideologi borjuis kecil yang sejati. Karena, hal itu merupakan salah satu dari watak borjuasi kecil yang khas dan mendasar — yaitu, secara kebetulan, merupakan watak yang membuatnya menjadi sebuah kelas yang reaksioner — sehingga para prosuden kecil, yang terpecah-belah dan terpencil oleh kondisi produksi itu sendiri dan terikat pada tempat tertentu dan pada pengisap tertentu, justru tidak dapat memahami watak kelas dari pengisapan dan penindasan yang mereka derita dan alami sendiri, dan penderitaan itu kadang-kadang justru tidak lebih ringan daripada yang dialami oleh kaum proletar. Mereka juga tidak dapat memahami bahwa dalam masyarakat borjuis itu, negara pun cenderung untuk menjadi negara kelas. [10]
Lalu, mengapa, hai, "para sahabat rakyat" kita yang paling bermanfaat itu, sampai sekarang — dan dengan energi istimewa sejak Reformasi dengan emansipasinya ini sendiri — pemerintah kita hanya "mendukung, melindungi, dan menciptakan" borjuasi dan kapitalisme? Mengapa perilaku yang tidak pantas di pihak pemerintah yang absolut dan yang kata orang ada di atas semua kelas ini secara tepat bertepatan dengan periode sejarah yang ciri khasnya di dalam kehidupan internal negeri ini berupa perkembangan industri, perdagangan, dan ekonomi komoditi? Mengapa Anda menganggap perubahan yang belakangan di dalam kehidupan internal ini merupakan sebab dan akibat dari kebijakan pemerintah, meskipun faktanya menunjukkan bahwa perubahan-perubahan itu sudah begitu mendalam di dalam masyarakat sehingga pemerintah pun tidak memperhatikannya dan bahkan menempatkan rintangan yang tak terhitung banyaknya untuk merintangi mereka, dan meskipun faktanya menunjukkan bahwa pemerintah "absolut" yang sama ini pula, di bawah kondisi kehidupan internal lainnya, telah "mendukung," "melindungi," dan "menciptakan" kelas lainnya?
Oh, "para sahabat rakyat" kita yang tidak pernah merepotkan diri mereka sendiri dengan persoalan-persoalan seperti itu! Semuanya ini, seperti Anda lihat, adalah materialisme, dialektika, "Hegelianisme," "mistisisme, dan metafisika." Meskipun demikian, mereka hanya mengatakan bahwa apabila Anda memohon kepada pemerintah ini secara baik-baik dan secara cukup rendah hati, maka segalanya akan beres. Dan, sejauh mengenai kerendahan hati, orang harus berlaku adil terhadap majalah Russkoye Bogatstvo: Sesungguhnya, majalah ini sangat menonjol bahkan di kalangan pers liberal Rusia karena ketidakmampuannya dalam memainkan kebebasannya walau pun sedikit.
"Penghapusan pajak garam, penghapusan pajak hak pilih, dan pengurangan biaya menebus tanah" telah dilukiskan oleh Tuan Yuzhakov sebagai "peringanan beban yang banyak sekali pada kegiatan pertanian rakyat." Ya, tentu saja! Tetapi, bukankah penghapusan pajak garam itu juga disertai dengan pembebanan pajak tidak langsung yang baru dan banyak itu beserta peningkatan pajak-pajak lama lainnya? Bukankah penghapusan pajak hak pilih juga disertai dengan peningkatan dalam berbagai pembayaran yang dilakukan oleh para petani di tanah negara sebelumnya, dengan kedok berupa penempatan mereka berdasarkan basis penebusan tanah itu? Dan, bahkan, setelah pengurangan yang terkenal atas biaya penebusan (di mana, bahkan, pemerintah sendiri tidak mengembalikan kepada para petani, yaitu, keuntungan atau laba yang diperolehnya dari operasi penebusan itu), apakah sekarang tidak ada perbedaan antara pembayaran dan pendapatan dari tanah itu, yakni, kelangsungan hidup secara langsung dari uang rodi feodal? Tidak apa-apa! Yang penting, seperti yang Anda lihat, adalah "langkah pertama," yaitu, "yang utama." Sedangkan yang lainnya . . . . yang lainnya, kita dapat memohonnya nanti!
Akan tetapi, semuanya ini barulah bunga-bunganya saja. Sekarang, yang penting, buahnya.
"Tahun 1870-an telah berhasil meringankan beban rakyat" (Yaitu, dengan langkah-langkah di atas!) "dan dengan demikian, dapat menyelamatkan mereka dari kehancuran sama sekali."
Inilah ungkapan lainnya yang klasik untuk sikap membudaknya yang tidak tahu malu itu, yaitu, sikap yang hanya dapat ditempatkan, katakan saja, di samping pernyataan Tuan Mikhailovsky, seperti yang dikutip di atas, sehingga kita masih harus menciptakan proletariat. Demikianlah, orang tidak dapat tidak akan ingat, dalam hubungan ini, pada deskripsi Shchedrin yang tajam tentang evolusi kaum liberal Rusia!
Kaum liberal ini memulai dengan memohon kepada penguasa untuk menganugerahkan reformasi "sejauh mungkin," kemudian mereka melanjutkannya dengan meminta "ya, sekurang-kurangnya, sesuatu," dan mengakhirinya dengan mengambil posisi yang kekal-abadi dan tak tergoyahkan terhadap "segala sesuatu, betapa pun hinanya." Dan, apa lagi yang dapat dikatakan orang tentang "para sahabat rakyat" selain bahwa mereka telah mengambil posisi yang kekal-abadi dan tak tergoyahkan ketika, baru saja mendapat kesan dari kelaparan yang menimpa jutaan orang, sehingga sikap pemerintah pertama-tama merupakan salah satu dari sikap kikir seorang pedagang keliling, dan kemudian menjadi pengecut, maka mereka pun mengatakan dalam pernyataan mereka yang dicetak bahwa pemerintah telah menyelamatkan rakyat dari kehancuran mereka sama sekali! Beberapa tahun lagi akan berlalu, yang masih ditandai dengan pengambilalihan yang bahkan lebih cepat terhadap kaum tani, sehingga pemerintah, selain mendirikan Kementerian Pertanian, juga akan menghilangkan satu atau dua pajak langsung dan mengenakan beberapa pajak tidak langsung yang baru, agar supaya kelaparan itu kemudian akan mempengaruhi 40 juta orang — dan Tuan-Tuan ini akan menulis dengan cara lama yang sama: Anda dapat melihat, 40 dan bukan 50 juta yang sedang kelaparan. Itu karena pemerintah telah meringankan beban rakyat, dan telah menyelamatkan mereka dari kehancuran sama sekali. Itu karena pemerintah telah mendengarkan "para sahabat rakyat" dan mendirikan Kementerian Pertanian!
Contoh lain:
Dalam majalah Russkoye Bogatstvo, No. 2, penulis catatan dalam negeri itu menyatakan bahwa Rusia "untung" (Begitukah!) masih merupakan negara terbelakang, "yang telah melestarikan unsur-unsur yang membuatnya mampu mendasarkan sistem ekonominya pada prinsip kesetiakawanan," [11] katanya, sehingga, oleh karenanya, pemerintah mampu bertindak "dalam urusan internasional sebagai suatu eksponen dari kesetiakawanan ekonomi" bahwa kesempatan Rusia untuk ini diperkuat oleh "kekuatan politik" yang tak dapat disangkal lagi!!
Inilah tentara yang digunakan dalam tugas kepolisian di Eropa, yaitu, benteng mantap dan paling dapat diandalkan terhadap semua reaksi, yang telah menjadikan rakyat Rusia, yang tertindas di negerinya sendiri, ke posisi pelayan yang memalukan, sebagai alat untuk menindas rakyat-rakyat di Barat — tentara yang digunakan dalam tugas kepolisian inilah yang dilukiskan sebagai suatu eksponen dari kesetiakawanan ekonomi!
Ini benar-benar keterlaluan! Tuan-Tuan "sahabat rakyat" itu akan mengalahkan semua kaum liberal. Mereka tidak hanya memohon kepada pemerintah, dan mereka tidak hanya memuji-mujinya, tetapi mereka secara positif juga berdoa kepadanya, dan berdoa dengan menyembah atau membungkukkan badan seperti itu, dengan semangat seperti itu sehingga orang asing tidak dapat tidak pasti akan merasa ngeri mendengar suara dahinya yang setia itu gemeretak membentur hamparan batu ubin.
Ingatkah Anda akan definisi kata filistin dalam bahasa Jerman?
Was ist der Philister?
Ein hohler Darm,
Voll Furcht und Hofrnung,
Dass Gott erbarm. [*]
* Apakah filistin itu? Usus berlubang, yang penuh ketakutan dan harapan yang ada di dalam kekuasaan Tuhan (Goethe). — Ed.
Definisi ini memang tidak terlalu berlaku untuk urusan kita. Tuhan . . . . Tuhan mengambil tempat duduk di belakang dengan kita. Tetapi para penguasa . . . . itu soal yang berbeda. Dan, apabila dalam definisi ini, kita mengganti kata "Tuhan" dengan kata "penguasa," maka kita akan mendapatkan gambaran yang tepat tentang persediaan barang siap jual berupa ideologi, tingkat moral, dan keberanian sipil dari "para sahabat rakyat" Rusia yang liberal dan manusiawi itu.
Terhadap pandangan pemerintah yang mutlak tidak masuk akal ini, "para sahabat rakyat" kita itu menambahkan sikap yang sesuai terhadap apa yang disebut "inteligensia" itu. Dalam hal ini, Tuan Krivenko menulis: "Sastra . . . ." seharusnya "dapat menghargai gejala itu sesuai dengan makna sosialnya dan sekaligus juga dapat mendorong setiap usaha yang aktif dan bermanfaat. Orang telah berbicara berulang kali, dan terus berbicara berulang kali, tentang kurangnya guru, dokter, teknisi, dsb., tentang fakta bahwa banyak orang yang sakit, miskin" (para teknisi memang ada, tetapi sedikit), "buta huruf, dsb.. Dan, ketika orang maju ke depan, yaitu, orang yang capai duduk di meja untuk main kartu, untuk ikut serta dalam pertunjukan sandiwara dan makan kue pastel dengan telur ikan pada pesta-pesta yang diselenggarakan oleh para pemuka dari kaum bangsawan, dan juga orang yang pergi keluar untuk bekerja dengan semangat berkorban yang luar biasa dan dalam menghadapi banyak sekali rintangan" (Pikirkanlah hal ini: Mereka telah mengorbankan segalanya, seperti meja untuk main kartu, pertunjukan sandiwara, dan kue pastel!), "maka sastra pun seharusnya menyambut kedatangan mereka."
Dua halaman kemudian, dengan gaya cekatan dari seorang juru kampanye kawakan yang tumbuh menjadi semakin bijak berkat pengalamannya, maka ia pun memarahi mereka yang "ragu-ragu ketika dihadapkan dengan persoalan apakah bersedia atau tidak menerima jabatan sebagai Zemsky Nachalnik, [75] walikota, atau ketua atau anggota Dewan Zemstvo di bawah peraturan yang baru. Di dalam sebuah masyarakat, dengan kesadaran yang telah berkembang atas tugas dan kebutuhan seorang warga negara" (Benar sekali, Tuan-Tuan, hal ini sama baiknya dengan pidato-pidato dari orang-orang Rusia yang tidak punya jabatan, seperti Baranovs dan Kosiches!), "keragu-raguan seperti itu dan sikap terhadap urusan seperti itu pasti tidak akan dapat dipahami, karena hal itu dengan caranya sendiri akan mengasimilasikan setiap reformasi yang memiliki sisi vital apa pun padanya secara penuh, yaitu, akan mendapatkan manfaat dan juga akan mengembangkan sisi-sisi reformasi yang berguna. Sedangkan mengenai sisi-sisi yang tidak diinginkan, maka semuanya itu akan diubah menjadi surat yang tidak sampai ke alamatnya. Dan, apabila, tidak ada apa pun yang vital dalam reformasi itu, maka hal itu akan tetap menjadi sesuatu yang asing sama sekali.
Apa gerangan pendapat Anda tentang hal itu? Alangkah menyedihkannya oportunisme sebenggol atau murahan itu! Alangkah manjanya dengan mengagumi diri sendiri! Tugas sastra adalah untuk mengumpulkan semua kabar angin di kamar tamu tentang orang-orang Marxis yang jahat, untuk tunduk dan takut kepada pemerintah karena telah menyelamatkan rakyat dari kehancurannya sama sekali, untuk menyambut kedatangan orang-orang yang telah menjadi capai duduk di meja untuk main kartu itu, untuk mengajar "masyarakat umum" agar supaya tidak menjauhkan diri bahkan dari jabatan-jabatan tertentu seperti Zemsky Nachalnik . . . . Apa yang sedang saya baca ini — Nedelya, [76] atau Novoye Vremya? Bukan, itu adalah majalah Russkoye Bogatstvo, organ milik kaum demokrat Rusia yang paling maju.
Dan, Tuan-Tuan seperti itu berbicara tentang "yang ideal dari ayah-ayah mereka," dengan menyatakan bahwa mereka, dan hanya mereka saja, yang menjaga semua tradisi dari hari-hari ketika Prancis mencurahkan ide-ide sosialismenya ke seluruh Eropa [77] — dan ketika, di Rusia, asimilasi dari ide-ide ini telah menghasilkan teori-teori dan ajaran-ajaran dari Herzen dan Chernyshevsky. Hal ini benar-benar merupakan aib dan secara positif akan menyaktikan hati dan memalukan — apabila majalah Russkoye Bogatstvo tidak begitu lucu sama sekali, apabila pernyataan-pernyataan seperti itu dalam kolom-kolom majalah sejenis ini tidak membuat tertawa terpingkal-pingkal, dan tidak ada apa-apa lainnya lagi. Apakah sebenarnya yang ideal dari kaum sosialis Rusia yang pertama itu, yaitu, kaum sosialis dari jaman yang dilukiskan oleh Kautsky secara tepat dengan kata-kata sbb.:
"Ketika setiap sosialis itu seorang penyair dan setiap penyair itu seorang sosialis."
Kepercayaan pada tatanan sosial tertentu, pada sistem komunal dalam kehidupan Rusia. Oleh karenanya — kepercayaan pada kemungkinan timbulnya revolusi sosialis petani — yaitu, yang mengilhami mereka dan membangkitkan puluhan dan bahkan ratusan orang untuk terjun dalam perjuangan yang heroik melawan pemerintah. Dan Anda, Anda tidak dapat menyalahkan kaum Sosial Demokrat karena tidak dapat menghargai pengabdian sejarah yang luar biasa ini, yaitu, orang-orang yang paling baik pada jamannya, karena tidak dapat menghormati kenangan mereka yang sangat dalam itu. Akan tetapi, saya bertanya kepada Anda, di manakah kepercayaan itu sekarang? Telah lenyap. Lenyap sama sekali, sehingga ketika Tuan V. V. berusaha untuk membantahnya tahun lalu dengan menyatakan bahwa masyarakat desa itu sedang melatih orang untuk berusaha bersama-sama dan menjadi pusat sentimen yang hanya mementingkan kepentingan orang lain, dsb., [78] maka hati nurani Tuan Mikhailovsky sekali pun bahkan merasa tertusuk, sehingga ia dengan muka malu mulai menguliahi Tuan V. V. dan menunjukkan bahwa "tidak ada penelitian yang telah menunjukkan hubungan di antara masyarakat desa kita dan sikap mementingkan kepentingan orang lain." [79] Dan, sesungguhnyalah, tidak ada penelitian apa pun yang telah dilakukan. Meskipun demikian, ada saatnya ketika orang mempunyai kepercayaan, yaitu, kepercayaan yang penuh, tanpa melakukan penelitian apa pun.
Bagaimana caranya? Mengapa? Berdasarkan apa?
"Setiap orang sosialis adalah seorang penyair dan setiap penyair adalah seorang sosialis."
Lagi pula, kata Tuan Mikhailovsky yang sama itu pula menambahkan, semua peneliti yang bersungguh-sungguh itu sepakat bahwa daerah pedesaan itu memang sedang terbelah, sehingga melahirkan, di satu pihak, massa proletariat, dan, di pihak lainnya, segelintir "kulak" yang membuat semua penduduk lainnya ada di bawah tumitnya. Dan, lagi-lagi, ia benar sekali: Daerah pedesaan itu memang benar-benar sedang terbelah. Tidak lagi, daerah pedesaan itu memang sudah lama terbelah sama sekali. Dan, sosialisme petani Rusia lama juga telah terbelah bersama-sama dengannya, sehingga melahirkan sosialisme kaum pekerja, di satu pihak, dan sekaligus memerosotkannya ke dalam radikalisme borjuis kecil yang kasar, di pihak lainnya. Perubahan ini tidak dapat dilukiskan sebagai sesuatu apa pun selain kemerosotan. Dari doktrin bahwa kehidupan petani itu merupakan tatanan sosial yang istimewa dan bahwa negeri kita itu telah menempuh jalan perkembangan yang luar biasa, maka telah muncullah semacam eklektisme yang diencerkan, dan yang tidak dapat lagi menyangkal bahwa ekonomi komoditi itu telah menjadi basis dari perkembangan ekonominya dan bahkan telah tumbuh menjadi kapitalisme, tetapi tidak mau melihat watak borjuis dari semua hubungan produksi itu, tidak mau melihat perlunya perjuangan kelas di bawah sistem ini. (eklektisme = paham yang mengambil yang terbaik dari semua sistem) Dari program politik yang diperhitungkan untuk membangkitkan kaum tani guna melakukan revolusi melawan fondasi dari masyarakat modern ini, [12] maka di sana pun muncullah sebuah program yang diperhitungkan untuk melakukan tambal-sulam, untuk "memperbaiki" kondisi kaum tani sambil melestarikan fondasi-fondasi dari masyarakat modern.
Berdasarkan peraturan yang ketat, semuanya ini haruslah sudah cukup untuk memberikan ide tentang jenis "kritik" yang dapat diharapkan dari Tuan-Tuan di majalah Russkoye Bogatstvo itu ketika mereka berusaha untuk "menghancurkan" kaum Sosial Demokrat. Meskipun demikian, mereka sedikit pun tidak berusaha untuk memberikan penjelasan secara bersungguh-sungguh dan berterus terang tentang konsepsi kaum Sosial Demokrat terhadap realitas Rusia (Padahal mereka sebenarnya dapat melakukan yang sedemikian itu, sambil menghindari penyensoran, apabila mereka mau memberikan tekanan khusus terhadap sisi ekonominya dan tetap menggunakan istilah-istilah umum, yang sebagian bersifat alegoris atau kiasan dalam melakukan semua "polemik" mereka) dan untuk menyangkal terhadap isi pokoknya, untuk menyangkal kebenaran semua kesimpulan praktis yang ditarik darinya. Sebaliknya, mereka lebih suka untuk membatasi diri mereka pada ungkapan-ungkapan yang paling kosong tentang rencana-rencana abstrak dan mempercayainya, tentang keyakinan bahwa setiap negara harus melewati fase . . . . dan segala omong kosong yang serupa, yang, dengan semuanya itu, kita telah menjadi cukup kenal dengan kasus Tuan Mikhailovsky. Sering kali, kita mendapatkan pemutarbalikan yang sesungguhnya. Tuan Krivenko, misalnya, menyatakan bahwa Marx "telah mengakui bahwa, apabila kita menginginkannya" (?!! Jadi, menurut Marx, evolusi dari hubungan-hubungan sosial dan ekonomi itu tergantung pada kesadaran dan keinginan manusia?? Apakah ini — suatu kebodohan yang bukan alang kepalang atau kekurangajaran yang tidak ada bandingannya?!), "dan bertindak sesuai dengan itu, maka kita akan dapat menghindari perubahan nasib kapitalisme dan terus maju melalui jalan yang berbeda dan lebih bermanfaat atau lebih bijaksana (Begitukah!!).
Ksatria kita itu ternyata mampu berbicara omong kosong seperti itu dengan memperturutkan hatinya dalam pemutarbalikan yahg disengaja itu. Dengan menyitir tulisan dari "Surat K. Marx yang terkenal itu (Yuridichesky Vestnik, 1888, No. 10), Di mana Marx berbicara tentang penghargaannya yang tinggi terhadap Chernyshevsky, yang menganggapnya mungkin bagi Rusia untuk tidak "mengalami penyiksaan dari sistem kapitalis," kata Tuan Krivenko sambil menutupnya dengan tanda kutip, yaitu, mengakhiri reproduksi apa yang telah benar-benar dikatakan oleh Marx (kata-kata terakhirnya adalah: "Ia [Chernyshevsky] menyatakan setuju dengan solusi yang belakangan ini") — dan menambahkan: Dan saya, kata Marx, sependapat" (Huruf miring ini dari Krivenko "dengan pandangan ini" (hal. 186, No. 12).
Padahal yang sesungguhnya dikatakan oleh Marx itu adalah seperti berikut ini: "Dan, pengkritik saya yang terhormat tentunya, sekurang-kurangnya, telah memiliki banyak alasan untuk mengambil kesimpulan dari rasa hormat saya bagi pengkritik dan sarjana besar Rusia" ini bahwa saya telah sependapat dengan pandangannya dalam persoalan itu, mengenai pengambilan kesimpulan dari polemik saya dengan 'sastrawan' Rusia dan penganut Pan-Slavisme [82] bahwa saya menolaknya." (Yuridichesky Vestnik, 1888, No. 10, hal. 271.)
Dan, dengan demikian, Marx mengatakan bahwa Tuan Mikhailovsky tidak berhak menganggapnya sebagai lawan dari ide garis perkembangan Rusia yang khusus karena ia juga menghormati mereka yang berpegangan pada ide ini. Meskipun demikian, Tuan Krivenko salah mengerti tentang hal ini dengan mengartikan bahwa Marx "mengakui" garis perkembangan khusus ini. Hal ini benar-benar merupakan suatu pemutarbalikan. Pernyataan Marx yang dikutip di atas menunjukkan secara sangat jelas bahwa ia telah menghindari persoalan itu seperti berikut: "Tuan Mikhailovsky tentunya telah memakainya sebagai basis di antara kedua pernyataan yang saling berkontradiksi itu, yaitu, ia tidak punya alasan untuk mendasarkan kesimpulannya seperti pandangan saya terhadap masalah Rusia pada umumnya berdasarkan salah satu dari pernyataan itu." Dan, agar supaya pernyataan-pernyataan ini tidak memberikan peluang akan adanya salah tafsir, maka Marx, dalam "surat" yang sama ini pula, memberikan jawaban secara langsung terhadap persoalan tentang bagaimana teorinya itu dapat diterapkan di Rusia. Jawaban ini secara sangat jelas menunjukkan bahwa Marx tidak mau menjawab persoalan itu seperti itu, dan juga tidak mau meneliti data tentang Rusia, yang hal itu saja tentunya sudah dapat memutuskan persoalan itu: "Apabila Rusia," jawabnya, "cenderung untuk menjadi negara kapitalis dengan pola negara-negara Eropa Barat — dan selama tahun-tahun terakhir negeri ini telah mengalami banyak kesulitan dalam hal ini — maka negeri ini tidak akan berhasil tanpa harus lebih dulu mentransformasi sebagian besar dari para petaninya menjadi proletariat." [83]
Hal ini, saya kira, sudah cukup jelas: Persoalan itu adalah apakah Rusia cenderung untuk menjadi negara kapitalis, atau apakah kehancuran para petaninya merupakan proses terciptanya sistem kapitalis, yaitu, terciptanya proletariat kapitalis, sehingga Marx mengatakan bahwa "apabila" negeri ini cenderung demikian, maka negeri ini harus mentransformasi sebagian besar dari para petaninya menjadi proletar. Dengan kata lain, teori Marx adalah untuk meneliti dan menjelaskan evolusi sistem ekonomi negara-negara tertentu, dan "penerapannya" ke Rusia hanya dapat dilakukan melalui PENELITIAN terhadap hubungan-hubungan produksi Rusia beserta evolusinya, dengan MENGGUNAKAN praktek yang telah mapan dari metode MATERIALIS beserta TEORI ekonomi politiknya. [13]
Uraian yang panjang lebar mengenai teori yang baru tentang metodologi dan ekonomi politik ini telah menandai kemajuan yang begitu luar biasanya seperti itu dalam ilmu pengetahuan sosial, dan juga kemajuan yang begitu luar biasanya seperti itu untuk sosialisme, sehingga nyaris segera setelah terbitnya buku Das Kapital, maka "nasib dari kapitalisme di Rusia" pun menjadi masalah teoritis yang utama bagi kaum sosialis Rusia. Perdebatan yang paling panas dan membuat banyak orang marah pun berputar di sekitar persoalan ini. Dan, poin-poin yang paling penting dari program itu pun diputuskan sesuai dengan persoalan itu. Dan, penting untuk diperhatikan bahwa ketika (sekitar sepuluh tahun yang lalu) sekolompok kaum sosialis yang terpisah itu muncul dan menjawab setuju pada pertanyaan tentang apakah evolusi Rusia itu kapitalis, dan mendasarkan jawaban ini pada data tentang realitas ekonomi Rusia, ternyata tidak ditemui kritik yang pasti dan langsung tentang masalah yang hangat itu, dan tidak ada kritik yang menerima prinsip-prinsip teoritis dan metodologis umum yang sama, maupun memberikan penjelasan yang berbeda tentang data itu.
"Para sahabat rakyat" kita itu, yang telah melancarkan perang salib secara sungguh-sungguh terhadap kaum Marxis, ternyata juga tidak memperdebatkan kasus mereka dengan meneliti fakta-fakta. Seperti yang kita lihat dalam artikel pertama, mereka telah membuang persoalan itu dengan ungkapan-ungkapan. Lagi pula, Tuan Mikhailovsky tidak pernah melepaskan kesempatan untuk memainkan akalnya tentang tidak adanya kebulatan suara di kalangan orang-orang Marxis maupun tentang kegagalan mereka untuk bersepakat di kalangan mereka sendiri. Dan, "Tuan N. K. Mikhailovsky kita yang terkenal" itu pun benar-genar tertawa atas leluconnya tentang kaum Marxis yang "sejati" dan yang "tidak sejati." Memang benar bahwa kebulatan suara yang sempurna itu tidak ada di kalangan kaum Marxis. Tetapi, pertama-tama, Tuan Mikhailovsky telah salah tafsir tentang fakta ini, dan, kedua, hal itu menunjukkan kekuatan dan vitalitas Sosial Demokrasi di Rusia, dan bukan kelemahannya. Sifat yang terutama karakteristik dari periode ini telah menunjukkan bahwa kaum sosialis telah sampai pada pandangan Sosial Demokratik-nya melalui berbagai jalan, dan dengan alasan itu, sementara secara tanpa cadangan menyatakan setuju pada tesis yang fundamental dan berprinsip bahwa Rusia merupakan masyarakat borjuis yang tumbuh dari sistem feodal, bahwa bentuk politiknya merupakan negara kelas, dan bahwa satu-satunya jalan untuk mengakhiri eksploititasi terhadap kelas pekerja adalah melalui perjuangan kelas dari kaum proletariat — mereka berbeda tentang banyak masalah tertentu, baik dalam metode argumen mereka maupun dalam penafsiran terinci tentang gejala ini atau itu dalam kehidupan di Rusia. Oleh karenanya, saya dapat menggembirakan Tuan Mikhailovsky lebih dulu dengan menyatakan bahwa, dalam batas-batas tesis yang tersebut di atas, yang umum dan fundamental bagi semua kaum Sosial Demokrat, perbedaan pendapat itu juga terdapat pada berbagai masalah yang telah disentuh dalam beberapa catatan sepintas lalu ini, misalnya, Reformasi petani, ekonomi pertanian petani dan industri kerajinan tangan, sewa tanah, dsb. Kebulatan suara orang yang puas diri akan penerimaan yang bulat akan "kebenaran yang mulia" seperti itu adalah sbb.: Reformasi petani mungkin untuk Rusia dapat membuka jalan damai ke perkembangan yang semestinya. Negara mungkin dapat memanggil, bukan para wakil dari kepentingan-kepentingan kapitalis, tetapi "para sahabat rakyat" kita itu. Masyarakat desa mungkin dapat mensosialisasikan pertanian dan industri perpabrikan, yang mungkin dapat dikembangkan ke dalam produksi berskala raksasa oleh para perajin. Sewa tanah rakyat mungkin dapat mendukung pertanian rakyat. Kebulatan suara yang mengharukan dan menyentuh hati ini ternyata telah digantikan oleh ketidaksepakatan di kalangan orang-orang yang mencari penjelasan tentang organisasi ekonomi Rusia yang aktual sekarang ini sebagai suatu sistem hubungan-hubungan produksi yang pasti, mencari penjelasan tentang evolusi ekonominya yang aktual, tentang politiknya, dan semua jenis bangunan atas lainnya.
Dan, apabila karya seperti itu — sambil mengarahkan orang dari berbagai sudut pandangan mereka ke penerimaan posisi umum yang tidak diragukan lagi akan mendiktekan aksi politik gabungan dan, sebagai akibatnya, akan memberikan, kepada yang menerimanya, hak dan tugas untuk menyebut diri mereka sendiri "KAUM SOSIAL DEMOKRAT" — masih meninggalkan bidang yang luas bagi berbagai perbedaan pendapat tentang banyak persoalan tertentu yang terbuka bagi berbagai solusi, maka hal itu hanyalah menunjukkan, tentu saja, kekuatan dan vitalitas dari paham Sosial Demokrasi Rusia. [14]
Lagi pula, hal itu akan sulit untuk membayangkan apa pun yang lebih sulit daripada kondisi ketika pekerjaan ini sedang dikerjakan: Tidak ada, dan tidak mungkin ada, organ yang dapat menyatukan berbagai aspek dari pekerjaan ini. Mengingat kondisi kepolisian yang mencekam, maka hubungan perorangan pun menjadi luar biasa sulitnya. Sehingga hanya wajarlah apabila kaum Sosial Demokrat tidak dapat secara semestinya mengadakan diskusi dan mencapai kesepakatan secara rinci, sehingga mereka pun saling bertentangan satu sama lain . . . .
Hal ini benar-benar lucu, bukan?
Rujukan Tuan Krivenko, dalam "polemiknya" melawan kaum Sosial Demokrat, terhadap "kaum Marxis baru" mungkin dapat menyebabkan suatu kebingungan. Sebagian dari para pembaca mungkin mengira bahwa sesuatu yang berupa perpecahan telah terjadi di kalangan kaum Sosial Demokrat, dan bahwa "kaum Marxis baru" telah memisahkan diri dari kaum Sosial Demokrat lama. Padahal tidak ada yang semacam itu. Tidak satu orang pun di mana pun dan kapan pun yang dalam mempertahankan Marxisme di muka umum mengkritik teori maupun program Sosial Demokrasi di Rusia, atau membela jenis Marxisme apa pun lainnya. Karena faktanya menunjukkan bahwa Tuan-Tuan Krivenko dan Mikhailovsky justru telah mendengarkan kabar angin di kamar tamu tentang kaum Marxis itu, telah mengamati berbagai macam orang liberal yang menggunakan Marxisme sebagai kedok dari kekosongan otak mereka yang liberal itu, dan, dengan kebijaksanaan dan kepandaian mereka yang khas, mereka pun telah mulai "mengkritik" kaum Marxis dengan stok barang-barang yang siap jual ini. Sehingga tidak mengherankan apabila "kritik" ini hanya berisi serangkaian kemustahilan maupun serangan-serangan kotor yang biasa.
"Agar konsisten," kata Tuan Krivenko, "kita harus memberikan jawaban yang mengiyakan terhadap hal ini" (Maksudnya, terhadap pertanyaan yang berikut ini: Apakah kita tidak boleh berjuang untuk perkembangan industri kapitalis?"), dan "tidak berkeberatan untuk memborong tanah petani atau membuka toko dan kedai minuman." Kita harus "gembira akan keberhasilan banyak pengusaha rumah makan maupun rumah penginapan di Duma dan membantu sejumlah orang yang masih lebih banyak lagi dari para pemborong biji-bijian petani."
Sesungguhnya, hal itu benar-benar lucu. Cobalah untuk menceritakan seorang "sahabat rakyat" seperti itu, bahwa di mana pun di Rusia, eksploitasi terhadap rakyat pekerja itu pada dasarnya berwatak kapitalistis, bahwa para petani Rusia yang juga pengusaha itu beserta para pemborong lainnya seharusnya digolongkan ke dalam wakil-wakil kapitalisme karena watak politik dan ekonominya yang seperti itu, dan yang membuktikan watak borjuisnya yang memecah-belah kaum tani — mengapa, ia akan menggonggong, dan menyebutnya ilmu klenik yang menyakitkan hati, serta meneriakkan pinjaman secara sembarangan dari formula-formula Eropa Barat maupun rencana-rencana abstrak (sementara, pada saat yang sama, secara hati-hati menghindari makna sebenarnya dari argumen "ilmu klenik" tadi). Akan tetapi, ketika gambar-gambar "kengerian" yang disebabkan oleh kaum Marxis yang jahat itu harus dilukiskan, maka ilmu pengetahuan yang mulia dan ideal-idealnya yang murni itu pun mungkin harus dikesampingkan, dan mungkin diakui bahwa para pemborong biji-bijian petani maupun tanah petani itu sebenarnya merupakan wakil dari kapitalisme, dan bukan hanya "mereka yang menginginkan" barang-barang orang lain.
Cobalah dan buktikan kepada "sahabat rakyat" ini bahwa kaum borjuasi Rusia tidak hanya sudah menguasai tenaga kerja rakyat di mana pun, berkat pemusatan alat-alat produksi hanya di tangan mereka saja, tetapi mereka juga memberikan tekanan kepada pemerintah, berinisiatif, memaksa, dan menentukan watak borjuis pada kebijaksanaannya — mengapa, ia akan menjadi benar-benar marah, mulai berteriak-teriak tentang kemahakekuasaan pemerintah kita, tentang kesalahpahaman yang fatal dan kesempatan yang malang saja yang menyebabkannya selalu "memanggil" para wakil berbagai kepentingan kapitalis, dan bukannya memanggil "para sahabat rakyat," tentang pencangkokan kapitalis yang dilakukannya secara artifisial . . . . Tetapi secara diam-diam, mereka sendiri terpaksa mengakui, sebagai wakil kapitalisme, semua pengurus tempat penginapan di Duma itu, yaitu, salah satu unsur dari pemerintah itu sendiri yang dianggap berdiri di atas semua kelas. Meskipun demikian, Tuan-Tuan, apakah berbagai kepentingan dari kapitalisme itu hanya ada di "Duma," dan hanya oleh "para pengurus penginapan"?
Mengenai serangan-serangan yang kotor itu, kita telah cukup mendapatkannya dari Tuan Mikhailovsky, dan kita mendapatkannya lagi dari Tuan Krivenko, yang, misalnya, karena keinginannya yang besar untuk membinasakan Sosial Demokrasi yang dibencinya itu, justru menceritakan bahwa "sebagian masuk ke pabrik-pabrik (ketika, tentu saja, mereka dapat memperoleh pekerjaan-pekerjaan yang lunak sebagai ahli teknik atau pekerja kantor), dengan menyatakan bahwa tujuan mereka hanyalah untuk mempercepat proses kapitalis." Tentu saja, tidak ada perlunya, untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang secara positif tidak senonoh seperti itu. Sehingga yang dapat kita lakukan hanyalah untuk berhenti sampai di sini saja.
Pertahankanlah dengan semangat yang sama, Tuan-Tuan, pertahankan untuk tetap tegar! Pemerintah kerajaan, yaitu, satu-satunya pemerintah yang, seperti yang baru saja Anda ceritakan kepada kami, telah mengambil langkah-langkah (meskipun banyak cacatnya) untuk menyelamatkan rakyat dari kehancurannya sama sekali itu, akan mengambil langkah-langkah lagi, yang kali ini tanpa cacat apa pun, untuk menyelamatkan kebodohan dan kedangkalan Anda dari upaya membongkarnya. "Masyarakat yang berbudaya" akan dengan senang hati melanjutkannya sampai sekarang ini, dalam selang waktu antara kue telur ikan dan meja untuk main kartu, untuk berbicara tentang "saudara yang lebih muda" dan untuk menemukan proyek-proyek kemanusiaan guna "memperbaiki" kondisinya. Wakil-wakilnya pun juga akan senang untuk belajar dari Anda karena dengan mengambil posisi sebagai Nachalnik Zemsky atau pengawas apa pun lainnya terhadap dompet para petani, maka mereka akan dapat menunjukkan kesadarannya yang berkembang dalam tugas dan kebutuhan sebagai warga negara. Lanjutkan! Mungkin Anda akan menjadi merasa pasti, tidak hanya karena ditinggalkan dengan tenang, tetapi bahkan juga akan mendapatkan persetujuan dan pujian . . . . dari bibir Tuan-Tuan Burenin.
[1] Ide ini — tentang menggunakan kredit untuk memperkuat "kegiatan pertanian rakyat," yaitu, kegiatan pertanian dari para produsen kecil, di mana ada hubungan-hubungan kapitalisnya (dan "para sahabat rakyat" itu, seperti yang telah kita lihat, tidak dapat menyangkal lagi bahwa semuanya itu memang ada) — ide yang tidak ada artinya, dan yang mengungkapkan ketidakmampuannya untuk memahami kebenaran yang elementer dari ekonomi politik teoritis ini, secara sangat jelas menunjukkan betapa kasarnya teori yang diajukan oleh Tuan-Tuan ini yang berusaha untuk duduk di antara dua kursi.
[2] Saya katakan yang kaya akan membeli saham-saham itu, meskipun ada ketentuan dari pengarang bahwa saham itu akan dimiliki oleh masyarakat, karena, bagaimana pun juga, ia berbicara tentang pembelian saham dengan uang, yang hanya dimiliki oleh orang kaya saja. Oleh karena itu, apakah bisnis ini dilakukan melalui agen masyarakat atau tidak, hanya orang kaya yang akan mampu membayar, tepat seperti membeli dan menyewa tanah di masyarakat yang sama sekali tidak dapat mencegah orang kaya yang akhirnya pasti akan memonopoli tanah itu. Dividen atau keuntungan saham itu pun pasti juga akan jatuh ke mereka yang telah membayarnya — jika tidak, maka saham pun tidak akan menjadi saham. Dan, saya memahami akan usul pengarang yang mempunyai maksud bahwa sebagian tertentu dari keuntungan itu akan diperuntukkan buat "menjamin para pekerja agar tetap terikat dengan tanahnya." Apabila pengarang tidak memaksudkan hal ini (meskipun hal itu secara tak terelakkan akan mengikuti apa yang dikatakannya), tetapi bahwa yang kaya akan membayar saham dan tidak menerima dividen atau keuntungan saham itu, maka, selanjutnya, semua rencana itu akan berarti bahwa yang kaya akan sama-sama memilikinya bersama-sama dengan yang miskin. Hal ini akan mengingatkan orang pada anekdot tentang pembunuh lalat yang mengharuskan Anda lebih dulu menangkap lalat itu dan meletakkannya ke dalam piring — dan lalat itu pun pasti akan mati seketika itu juga.
[3] Untuk menunjukkan hubungan antara pembayaran-pembayaran ini dengan sisa anggaran belanja lainnya dari para petani itu, maka marilah saya kutipkan lagi 24 anggaran belanja dari Uyezd Ostrogozhsk itu. Pengeluaran rata-rata per keluarga adalah 495,39 rubel (dalam bentuk barang, hasil bumi, maupun uang). Dari jumlah ini, yang 109,10 rubel disediakan untuk pemeliharaan ternak, 135,80 rubel dibelanjakan untuk makanan yang berupa sayur-sayuran dan pajak, sedangkan sisanya yang 250,49 rubel untuk pengeluaran lainnya — seperti, makanan yang tidak berupa sayur-sayuran, pakaian, alat-alat, uang sewa, dsb. Dalam hal ini, Tuan Yozhakov membiarkan biaya ladang dan tanah lainnya untuk makanan ternak dimasukkan ke dalam pengeluaran untuk pemeliharaan ternak.
[4] Sebagai contoh, marilah saya tunjukkan, katakan saja, pada para perajin Pavlovo yang dapat dibandingkan dengan para petani di desa-desa sekitarnya. Lihatlah karya Grigoryev dan Annensky. Lagi-lagi, saya dengan sengaja memberikan contoh tentang daerah pedesaan yang dianggap masih ada "sistem rakyat" yang khusus seperti itu.
[5] Saya memperingatkan pembaca tentang bagaimana alat-alat yang telah diperbaiki ini didistribusikan di Uyezd Novouzensk: 37% petani (miskin) atau 10.000 dari 28.000 rumah tangga, memiliki 7 alat bernilai $724, yaitu, seper delapan dari satu persen! Empat perlima dari alat-alat ini dimonopoli oleh orang-orang kaya yang hanya merupakan seperempat dari seluruh rumah tangga.
[6] Anda memang sepenuhnya benar, Tuan Profesor yang mulia, ketika Anda mengatakan bahwa pertanian yang telah diperbaiki itu akan memberikan imbalan sampai seratus kali lipat kepada "orang-orang" yang tidak "putus asa" dan "tetap setia kepada tanahnya." Tetapi, Anda tidak melihat, O, Doktor Ekonomi Politik yang jaya, bahwa untuk memperoleh semua pupuk fosfat, dsb., itu, orang harus lebih menonjol di kalangan rakyat miskin yang kelaparan dan tidak punya uang sedikit pun yang tersisa — dan uang, bagaimana pun juga, merupakan produk dari tenaga kerja sosial yang jatuh ke tangan swasta (perorangan); bahwa pengambilalihannya terhadap "imbalan" untuk pertanian yang telah diperbaiki itu akan berupa pengambilalihan terhadap tenaga rakyat lainnya; dan bahwa hanya para pengikut yang paling cocok dari kaum borjuasi saja yang dapat melihat sumber dari imbalan yang paling melimpah ini dalam usaha pribadi suami, yang "bekerja dengan sekuat tenaga," "memupuk tanah yang memberi makan dia"?
[7] Di dalam masyarakat desa itu telah bangkit kelas-kelas sosial yang saling berlawanan," kata Hourwich di tempat lain (hal. 104). Saya mengutip tulisan Hourwich hanya untuk menambahkan fakta-fakta yang telah diberikan di atas.
[8] Alasan mencari metode-metode baru dalam pertanian ini telah menjadi "tergesa-gesa" sehingga petani Rusia yang juga menjadi pengusaha itu harus menjalankan tanah pertanian yang lebih besar, sehingga, karena tidak mampu mengatasinya dengan metode-metode yang lama, maka ia pun dipaksa oleh persaingan pasar untuk mencari metode-metode baru, sebab bidang pertanian ternyata semakin memerlukan watak komoditi yang borjuis itu.
[9] Hal itu hanya merupakan omong kosong belaka karena kekuatan "mereka yang secara ekonomi kuat" itu terletak, antara lain, pada kepemilikannya atas kekuasaan politik. Tanpa itu, mereka tidak akan dapat mempertahankan kekuasaan ekonominya.
[10] Itulah sebabnya mengapa "para sahabat rakyat" itu menjadi sangat reaksioner ketika mereka mengatakan bahwa tugas alami negara adalah melindungi mereka yang secara ekonomi lemah (itulah yang seharusnya, menurut moralitas para isteri lama mereka yang dangkal pikirannya itu), sedangkan, seluruh sejarah Rusia beserta kebijakan dalam negerinya justru membuktikan bahwa tugas negara kita adalah hanya untuk melindungi tuan-tuan tanah feodal dan kaum borjuasi besar, serta untuk menghukum dengan kekejaman yang luar biasa terhadap setiap upaya yang dilakukan oleh mereka yang "secara ekonomi lemah" untuk mempertahankan haknya. Dan memang itulah, tentu saja, tugas alaminya, karena absolutisme dan birokrasi itu telah penuh sama sekali dengan jiwa feodal serta borjuis, dan karena dalam bidang ekonomi, kaum borjuasi telah memegang kekuasaan yang terbagi dan juga telah membuat para pekerja itu "setenang anak domba."
[11] Di antara siapa? Tuan tanah dan petani, petani Rusia yang juga pengusaha dan orang gelandangan, pemilik pabrik dan buruhnya? Untuk memahami apa yang dimaksud dengan "prinsip kesetiakawanan" yang klasik ini, kita harus ingat bahwa kesetiakawanan antara majikan dan pekerja itu dapat dicapai melalui "pengurangan upah."
[12] Pada pokoknya, itulah program revolusioner kita yang lama — dari mereka, katakan saja, kaum Bakunin dan kaum pemberontak [80] kepada mereka, kaum Narodnik, dan akhirnya kaum Narodovoltsi, yang untuk mereka inilah keyakinan bahwa para petani akan mengirimkan mayoritas yang berlimpah dari kaum sosialis ke masa depan Zemsky Sobor [81] itu juga tidak akan menempati tempat yang kecil dalam pikiran mereka.
[13] Saya ulangi bahwa kesimpulan ini hanya akan menjadi jelas bagi siapa pun yang telah membaca Manifesto Komunis, Kemiskinan Filsafat, dan Das Kapital, dan bahwa suatu penjelasan yang khusus hanya diperlukan untuk keuntungan Tuan Mikhailovsky sendiri.
[14] Karena alasan yang sederhana, tidak ada solusi terhadap berbagai persoalan ini yang sampai sekarang telah diketemukan. Sesungguhnyalah, Anda tidak dapat menganggap, sebagai solusi dari masalah sewa tanah, penegasan bahwa "sewa tanah rakyat itu mungkin dapat mendukung pertanian rakyat," atau deskripsi berikut ini tentang sistem mengerjakan tanah milik tuan tanah dengan alat-alat milik petani: "Petani terbukti lebih kuat daripada tuan tanah," yang "telah mengorbankan kemerdekaannya untuk keuntungan petani merdeka, petani telah merebut produksi berskala raksasa dari genggaman tuan tanah," "rakyat adalah pemenang dalam perjuangan untuk bentuk teknik pertanian itu." Ocehan liberal yang hanya merupakan omong kosong belaka itu dapat ditemui di dalam tulisan Takdir Kapitalisme, karya "Tuan V.V. kita yang terkenal" itu.
[73] Dari "Kepada para penabur" karya penyair Rusia, N. A. Nekrasov.
[74] Undang-Undang Tanah Gladstone — yaitu, undang-undang tanah yang digunakan di Inggris oleh Kementerian Liberal Gladstone dalam tahun 1870-an dan 1880-an. Dengan maksud untuk meredakan pergulatan antara para petani penyewa tanah dan para tuan tanah serta untuk mendapatkan suara pemilih dari yang di muka, maka pemerintahan Gladstone memperkenalkan beberapa langkah kecil yang membatasi kekuasaan tirani para tuan tanah, yang telah mengusir massa petani penyewa tanah itu keluar dari tanahnya dengan paksa. Pemerintah juga berjanji untuk mengatur persoalan tunggakan sewa para petani penyewa tanah itu, untuk mendirikan pengadilan tanah khusus yang akan menetapkan sewa tanah yang "adil," dsb. Undang-Undang Tanah Gladstone ini menjadi bahan pidato dari kaum borjuasi liberal yang khas untuk mengerahkan masyarakat.
[75] Dalam tahun 1889, pemerintahan kaisar, yang ingin memperkuat kekuasaan para tuan tanah atas para petani, memperkenalkan pos administratif Zemsky Nachalnik. Orang-orang Zemsky Nachalnik, yang diangkat dari para bangsawan setempat yang juga tuan tanah itu, diberi kekuasaan yang luar biasa, baik di bidang administrasi maupun di bidang pengadilan untuk menangani para petani. Kekuasaan ini termasuk hak untuk menangkap para petani dan menjalankan hukuman badan.
[76] Nedelya (Pekan) — yaitu, koran politik dan sastra milik kaum liberal-Narodnik. Koran ini muncul di St. Petersburg sejak tahun 1866 sampai 1901. Mereka tidak setuju menentang penguasa otokrasi, dan lebih suka menjadi penganjur teori yang disebut "persoalan kecil," yaitu, menghimbau kaum inteligensia untuk menjauhkan diri dari perjuangan revolusioner, dan terjun langsung ke dalam "kegiatan budaya."
[77] Ini menunjuk pada sosialisme utopia Prancis, yang tersebar luas pada awal abad ke-19 dan merupakan salah satu arus utama ideologi pada waktu itu.
Basis sosial-ekonomi dari sosialisme utopia Prancis, yang merupakan asal-usulnya ini, adalah eksploitasi yang semakin meningkat terhadap massa rakyat yang bekerja keras membanting tulang, sehingga muncullah kontradiksi yang tak terdamaikan antara proletariat dan borjuasi. Wakil yang paling terkenal dari sosialisme utopia Prancis ini adalah Saint-Simon dan Charles Fourier, yang pandangan-pandangannya sangat luas diikuti, tidak hanya di Prancis, tetapi juga di negara-negara lainnya. Meskipun demikian, kaum sosialis utopia Prancis ini tidak mampu membongkar hakekat dari hubungan kapitalis beserta eksploitasi kapitalisnya secara konsisten, atau tidak mampu mengungkap kontradiksi dasar dari cara produksi kapitalis. Sesuai dengan watak utopia dari cita-cita sosial dan politik mereka, maka mereka pun mendasarkan perlunya reorganisasi sosialis dari masyarakatnya itu, pada perlunya akal sehat untuk mengalahkan kebodohan, dan perlunya kebenaran untuk mengalahkan kepalsuan. Tidak matangnya pandangan mereka ini haruslah diterangkan dari kondisi sosial pada jaman itu, dari belum cukup berkembangnya industri kapitalis berskala besar, dan juga belum cukup berkembangnya proletariat industri. Untuk mendapatkan keterangan yang lebih rinci tentang sosialisme Prancis ini, lihatlah karya F. Engels 'Sosialisme: Utopia dan Ilmiah' dan 'Anti-Dühring.' Lenin melukiskan ajaran kaum sosialis utopia Prancis ini, dalam hubungannya dengan ajaran revolusioner Prancis lainnya, sebagai salah satu sumber utama Marxisme.
Kaum revolusioner demokrat Rusia, seperti A. I. Herzen, V. G. Belinsky, N. G. Chernyshevsky, dan N. A. Dobrolyubov menerima ide-ide para Pencerah Prancis ini, tetapi berbeda dengan para wakilnya dari banyak kecenderungan sosialisme utopia di Eropa Barat dalam hal menganjurkan ide tentang perjuangan massa rakyat untuk menggulingkan kekuasaan otokrasi, yaitu, ide revolusi petani. Akan tetapi, mereka secara keliru membayangkan bahwa jalan ke sosialisme itu melalui masyarakat petani yang semi feodal. Karena perkembangan ekonomi Rusia masih lemah, maka kaum demokrat revolusioner Rusia, yang dikepalai oleh Chernyshevsky, tidak mampu menunjukkan peranan kelas pekerja yang menentukan dalam membangun masyarakat sosialis.
[78] Ini menunjuk pada tulisan V. V. (V. P. Vorontsov) 'Kecenderungan Kita,' yang muncul dalam tahun 1893.
[79] N. K. Mikhailovsky memberikan jawaban kepada V. V. dalam artikelnya "Sastra dan Kehidupan," yang diterbitkan di majalah Russkoye Bogatstvo, terbitan No. 10, 1893.
[80] Kaum Bakunin dan para pemberontak — yaitu, para pendukung dan pengikut M. A. Bakunin (1814-1876), ahli ideologi anarkisme dan yang menjadi musuh sengit dari Marxisme dan sosialisme ilmiah. Kaum Bakunin melancarkan perjuangan yang keras kepala dalam melawan teori Marxis beserta taktik gerakan kelas pekerjanya. Bagian terpenting dari landasan kaum Bakunin adalah menolak sama sekali segala bentuk negara, termasuk diktatur proletariat. Mereka tidak memahami peranan prolelariat untuk menciptakan jaman baru. Bakunin mengajukan ide "menyamaratakan" semua kelas, dengan organisasi "asosiasi bebas" dari bawah. Menurut pandangan kaum Bakunin, sebuah masyarakat revolusioner rahasia, yang terdiri atas individu-individu "yang terkemuka," harus memimpin pemberontakan rakyat, dan yang harus segera dilancarkan. Dengan demikian, kaum Bakunin percaya bahwa kaum tani di Rusia siap untuk bangkit dalam pemberontakan tanpa ditunda-tunda lagi. Taktik mereka membuat komplotan, melancarkan pemberontakan, dan melakukan terorisme itu, benar-benar merupakan petualangan dan memusuhi ajaran Marxis tentang pemberontakan. Bakuninisme ini dekat sekali dengan Proudhonisme, yaitu, kecenderungan borjuis kecil yang mencerminkan ideologi para pemilik kecil yang hancur. Salah seorang penganut Bakunin di Rusia, S. G Nechayev, memang punya hubungan erat dengan Bakunin, yang tinggal di luar negeri. Kaum Bakunin ini menjelaskan program perkumpulan rahasianya dalam "Katekismus Revolusioner." Dalam tahun 1869, Nechayev mencoba mendirikan organisasi rahasia yang sempit "Pembalasan Rakyat" di Rusia. Ia berhasil, tetapi hanya mampu mengorgnisir beberapa lingkaran saja di Moskow. Demikianlah, "Pembalasan Rakyat" ini segera terbongkar, dan dalam bulan Desember 1869 dihancurkan oleh pemerintahan kaisar. Teori dan taktik kaum Bakunin ini dikutuk keras oleh Marx dan Engels. Lenin melukiskan Bakuninisme ini sebagai pandangan dunia dari "kaum borjuis kecil yang putus asa akan penyelamatannya." (Untuk memperingati Herzen. Lihat edisi yang sekarang ini, Jilid 18.) Bakuninisme merupakan salah satu sumber ideologi Narodisme.
[81] Ini ada hubungannya dengan dewan perwakilan pusat. Dalam tahun 1873, Marx dan Engels menulis tentang persoalan ini, sbb.: "Pada waktu itu, tuntutan untuk konvensi atau pertemuan Zemsky Sobor pun telah diajukan. Sebagian orang menuntutnya dengan maksud untuk menyelesaikan kesulitan keuangan, sedangkan yang lain-lainnya — untuk mengakhiri kekuasaan pemerintahan monarki. Bakunin sendiri ingin menunjukkan kesatuan Rusia dan juga untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan kekuatan kaisar." (L'allian ce de la Démocratie Socialiste et l'association Internationale des travailleurs. Rapport et documents publiés par ordre du congrès international de la Haye. 1873. hal. 113.)
Banyak dari kaum revolusioner Rusia yang menyamakan pertemuan Zemsky Sobor itu dengan penggulingan dinasti kaisar.
Pertemuan Zemsky Sobor yang mewakili semua warga negara untuk membuat undang-undang itu merupakan salah satu tuntutan program Partai Sosial Demokrat Rusia.
[82] Rujukan ini dibuat untuk N. G. Chernyshevsky dan A. I. Herzen. Lihat surat Marx kepada dewan redaksi majalah Otechestvenniye Zapiski (K. Marx dan F. Engels, Pilihan Surat-Menyurat, Moskow, hal. 377)
[83] Lihat K. Marx dan F. Engels, Pilihan Surat-Menyurat, Moskow, hal. 378-79.