Marilah kita, sebagai kesimpulannya, berkenalan dengan Tuan Krivenko, seorang "sahabat rakyat" lainnya, yang juga secara terbuka melancarkan perang terhadap kaum Sosial Demokrat.
Meskipun demikian, kita tidak akan meneliti artikel-artikelnya ("Pekerja Lepas Kebudayaan Kita" dalam No. 12, 1893, dan "Surat-Surat Perjalanan" dalam No. 1, 1894) seperti yang telah kita lakukan terhadap Tuan Mikhailovsky dan Tuan Yuzhakov. Sebuah analisis secara keseluruhan terhadap artikel-artikel mereka memang penting untuk mendapatkan gambaran yang jelas, pertama-tama, tentang substansi keberatan-keberatan mereka terhadap materialisme dan Marxisme pada umumnya, dan, kedua, tentang teori-teori politik ekonomi mereka. Sekarang, untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang "para sahabat rakyat" ini, kita harus mengenal taktik-taktik mereka, usulan-usulan praktis mereka, dan program politik mereka. Program ini, di mana pun, belum pernah mereka nyatakan secara langsung, namun sama-sama lengkap dan konsistennya seperti pandangan-pandangan teoritis yang telah mereka kemukakan. Oleh karena itu, saya merasa berkewajiban untuk mengambilnya dari berbagai artikel dalam sebuah majalah yang para penyumbang tulisannya dengan suara yang cukup bulat tidak saling bertentangan satu sama lain. Dengan demikian, saya menjatuhkan pilihan saya pada artikel-artikel Tuan Krivenko yang tersebut di atas hanya karena artikel-artikel itu dapat memberikan lebih banyak materi dan karena pengarangnya secara khas merupakan seorang politikus yang praktis seperti majalah itu, sementara Tuan Mikhailovsky adalah seorang sosialis dan Tuan Yuzhakov adalah seorang ahli ekonomi.
Meskipun demikian, sebelum melanjutkannya ke program mereka, ada satu butir teoritis lagi yang kita anggap sebagai mutlak penting untuk dibahas. Kita telah melihat bagaimana Tuan Yuzhakov membuang-buang persoalan dengan ungkapan-ungkapan yang tidak ada artinya tentang sewa tanah rakyat yang menyangga ekonomi rakyat, dsb., dan menggunakannya untuk menyembunyikan fakta-fakta sehingga ia tidak memahami kehidupan ekonomi para petani kita. Ia tidak membahas industri-industri kerajinan tangan, tetapi membatasi dirinya pada data tentang pertumbuhan industri pabrik berskala raksasa. Sekarang, Tuan Krivenko secara tepat mengulangi sejenis ungkapan yang sama tentang industri-industri kerajinan. Ia secara tegas membandingkan "industri rakyat kita," yaitu, industri-industri kerajinan, dengan industri kapitalis (No. 12, hal. 180-81). "Produksi rakyat" (Begitukah!), katanya, "kebanyakan muncul secara alami," sedangkan industri kapitalis "sangat sering diciptakan secara artifisial." Dalam bagian lainnya, ia membandingkan "industri rakyat berskala kecil" dengan "industri kapitalis berskala raksasa." Apabila Anda bertanya tentang apa ciri pembeda dari yang pertama, maka Anda hanya akan mengetahuinya bahwa industri itu "kecil" [1] dan bahwa alat-alat kerjanya disatukan dengan produsennya (Saya meminjam definisi yang belakangan ini dari artikel Tuan Mikhailovsky yang tersebut di atas). Tetapi hal ini tentu saja jauh dari upaya mendefinisikan organisasi ekonominya — dan, lagi pula, hal itu mutlak tidak benar. Tuan Krivenko, misalnya, mengatakan bahwa "industri rakyat berskala kecil itu sampai hari ini masih memberikan hasil yang secara keseluruhan jauh lebih besar daripada industri kapitalis berskala raksasa." Pengarang kita ini secara jelas menunjuk pada data tentang jumlah para perajin, yang mencapai 4 juta, atau, menurut perkiraan lainnya, mencapai 7 juta. Akan tetapi, siapa yang tidak tahu bahwa bentuk ekonomi yang mendominasi industri-industri kerajinan kita itu merupakan sistem domestik pada produksi berskala raksasa? bahwa sebagian besar dari perajin kita itu menempati kedudukan dalam produksi yang tidak bebas sama sekali, tetapi sepenuhnya tetap tergantung, menjadi bawahan, bahwa mereka tidak mengolah bahan milik mereka sendiri tetapi milik pedagang, yang hanya membayar perajin itu dengan upah? Data tentang berdominasinya bentuk ini telah dikutip bahkan dalam literatur resmi sekali pun. Biarlah saya kutipkan, misalnya, karya yang paling baik dari ahli statistik kenamaan, S. Kharizomenov, yang telah menerbitkannya dalam majalah Yuridichesky Vestnik [66] (1883, No. 11 dan 12). Ketika mengikhtisarkan data yang diterbitkan tentang industri-industri kerajinan kita di gubernia-gubernia pusat, di mana mereka mengalami perkembangan yang paling tinggi, maka S. Kharizomenov sampai pada kesimpulan bahwa terdapat dominasi yang mutlak dari sistem domestik pada produksi berskala raksasa itu, yaitu, bentuk industri kapitalis yang tidak disangsikan lagi. "Dengan mendefiniskan peranan ekonomi dari industri bebas berskala kecil ini," katanya, "kita dapat sampai pada kesimpulan sbb.: Di Gubernia Moskow, 86,5% dari pemasukan tahunan industri kerajinan itu ternyata berasal dari sistem domestik pada produksi berskala raksasa, sedangkan yang berasal dari industri bebas berskala kecil hanya 13,5%. Di uyezd-uyezd Alexandrov dan Pokrov dari Gubernia Vladimir, 96% dari pemasukan tahunan industri kerajinan itu ternyata jatuh ke tangan sistem domestik pada pabrik dan produksi berskala raksasa, sedangkan yang berasal dari industri bebas berskala kecil hanya 4%.."
Tak seorang pun, sejauh yang kita ketahui, telah berusaha untuk menyangkal fakta-fakta ini, atau, fakta-fakta itu memang tidak dapat disangkal. Lalu, bagaimana orang dapat mengabaikan fakta-fakta ini, dan tidak mengatakan apa pun tentang fakta-fakta itu, tetapi justru menyebut industri seperti itu sebagai "milik rakyat" sehingga berbeda serta berlawanan dengan kapitalis, dan kemudian berbicara tentang adanya kemungkinan untuk mengembangkannya menjadi industri yang sebenarnya?
Dengan demikian, hanya terdapat satu penjelasan terhadap pengabaian fakta-fakta ini secara langsung, yaitu, kecenderungan umum dari "para sahabat rakyat," seperti semua kaum liberal Rusia, untuk menyembunyikan antagonisme kelas beserta eksploitasinya terhadap rakyat pekerja di Rusia dengan menampilkan semuanya ini hanya sebagai "cacat-cacat" belaka. Hanya saja, mungkin, ada penyebab lainnya yang terletak di dalam pengetahuan yang begitu mendalam tentang masalah itu seperti yang diungkapkan, misalnya, oleh Tuan Krivenko ketika ia menyebut "pekerjaan alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau) di Pavlovo" — "pekerjaan yang berciri pekerja setengah ahli." Besarnya pemutarbalikan yang akan dilakukan oleh "para sahabat rakyat" ini memang benar-benar luar biasa! Bagaimana mungkin orang dapat berbicara di sini tentang ciri pekerja ahli, ketika para perajin alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau) di Pavlovo itu berproduksi untuk pasar — dan bukannya berdasarkan atas pesanan? Atau, mungkin, Tuan Krivenko menganggap, sebagai industri dari pekerja ahli, sistem di mana seorang pedagang memesan barang-barang dari perajin dan kemudian mengirimkannya ke Pekan Raya Nizhni-Novgorod itu? Tampaknya kasus ini benar-benar lumayan lucunya! Sesungguhnya, pembuatan alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau) itu merupakan yang paling kecil (jika dibandingkan dengan industri-industri di Pavlovo lainnya) dalam upaya melestarikan bentuk kerajinan berskala kecil itu, (tampaknya) dengan kebebasannya para produsen. "Produksi meja dan industri alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau)," [2] kata N. F. Annensky, "kebanyakan sudah mendekati bentuk pabrik, atau, secara lebih tepatnya, bentuk perpabrikan." Dari 396 orang perajin yang terlibat dalam pembuatan meja dan alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau) di Gubernia Nizhni-Novgorod, ternyata hanya 62 (16%) bekerja untuk pasar, 273 (69%) bekerja untuk majikan, [3] dan 61 (15%) adalah pekerja upahan. Dari sini, hanya seperenam darinya yang tidak langsung diperbudak oleh seorang majikan. Mengenai cabang industri lainnya dari pekerjaan alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau) ini — seperti, pembuatan pisau lipat — pengarang yang sama itu juga mengatakan bahwa cabang industri ini "menempati kedudukan di tengah-tengah di antara pembuatan pisau meja dan pembuatan kunci: Mayoritas dari para perajin di cabang industri ini bekerja untuk seorang majikan, tetapi, bersama-sama dengan mereka, masih ada sejumlah perajin bebas cukup banyak, yang ada hubungannya dengan pasar."
Di Gubernia Nizhni-Novgorod, secara keseluruhan terdapat 2.552 orang perajin yang memproduksi jenis alat-alat makan (sendok, garpu, dan pisau) ini, yang 48% (1.236) di antaranya bekerja untuk pasar, 42% (1.058) bekerja untuk seorang majikan, dan 10% (258) adalah pekerja upahan. Akibatnya, di sini, juga, para perajin bebas (?) itu menjadi minoritas. Dan, mereka yang bekerja untuk pasar, tentu saja, hanya tampaknya saja bebas, tetapi sebenarnya mereka tidak kurang diperbudaknya oleh modal para pemborong. Apabila kita mengambil data untuk industri di seluruh Uyezd Gorbatov, di Gubernia Nizhni-Novgorod, di mana 21.983 orang rakyat pekerjanya, atau 84,5%, dari semua orang yang bekerja, [4] dan yang terlibat dalam industri itu, maka kita akan mendapatkan angka-angaka sbb. (data yang tepat pada ilmu ekonomi industri itu hanya tersedia untuk 10.808 orang pekerja, dalam industri-industri sbb.: logam, barang-barang dari kulit, pakaian atau perlengkapan kuda, kain laken, dan pemintalan rami): 35.6% perajin bekerja untuk pasar, 46.7% bekerja untuk seorang majikan, dan 17.7% adalah pekerja upahan. Dengan demikian, di sini, juga, kita dapat melihat dominasi sistem domestik pada produksi berskala raksasa, yaitu, dominasi di mana tenaga kerja diperbudak oleh modal.
Alasan lainnya tentang mengapa "para sahabat rakyat" itu begitu bebas mengabaikan fakta-fakta sejenis ini jelas-jelas menunjukkan konsepsi mereka tentang kapitalisme yang belum maju di luar ide kasar yang biasa dan yang menyatakan bahwa seorang kapitalis itu adalah majikan kaya dan terpelajar yang menjalankan perusahaan dengan mesin-mesin raksasa — sehingga mereka menolak untuk mempertimbangkan kandungan ilmiah dari istilah itu. Dalam bab sebelumnya, kita melihat bahwa Tuan Yuzhakov menandai tanggal dimulainya kapitalisme langsung dari industri mesin, dengan menghilangkan pabrik dan koperasi sederhana. Hal ini jelas merupakan salah kaprah atau kesalahan meluas, yang, kebetulan, membuat organisasi kapitalis dari industri-industri kerajinan kita menjadi terabaikan pula.
Sudah barang tentu, sistem domestik pada produksi berskala raksasa itu merupakan bentuk industri kapitalis: Di sini, kita memiliki semua cirinya — ekonomi komoditi di tingkat perkembangan yang tinggi, pemusatan alat-alat produksi di tangan individu-individu, dan pengambilalihan oleh kapitalis terhadap massa pekerja, yang tidak memiliki alat-alat produksinya sendiri, sehingga, oleh karenanya, menggunakan tenaga kerjanya untuk orang lain, dengan bekerja bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk kapitalis. Jelaslah, dalam organisasinya, industri kerajinan sudah merupakan kapitalisme murni, sehingga berbeda dengan industri mesin berskala raksasa yang secara teknis terbelakang (terutama karena upah rendah yang tidak masuk akal itu) dan dalam kenyataannya para pekerja itu masih menggarap tanah pertanian mereka yang kecil itu. Keadaan yang belakangan ini benar-benar sangat membingungkan "para sahabat rakyat" itu, yang, sebagai penganut metafisika sejati, sudah terbiasa untuk berpikir secara kontras bersifat langsung dan telanjang: "Ya, ya — tidak, tidak, dan apa pun yang lebih dari semuanya ini pasti berasal dari setan."
Apabila para pekerja tidak punya tanah — maka di sana ada kapitalisme. Tetapi apabila mereka punya tanah — maka di sana tidak ada kapitalisme. Sehingga mereka membatasi diri mereka pada filsafat yang menyejukkan ini, sehingga kehilangan penglihatannya atau tidak mampu melihat seluruh organisasi sosial dan ekonomi itu, serta melupakan fakta yang pada umumnya telah diketahui bahwa kepemilikan atas tanah itu sedikit pun tidak mampu menghilangkan kemiskinan para pemilik tanah yang mengerikan ini, yang kebanyakan dengan cara yang paling tidak tahu malu telah dirampok oleh para "petani" pemilik tanah lainnya yang seperti itu pula.
Tampaknya, mereka tidak tahu bahwa kapitalisme — yang masih ada pada tingkat perkembangan yang relatif rendah itu — di mana pun tidak mampu memisahkan sama sekali pekerja itu dari tanahnya. Untuk Eropa Barat, Marx telah menunjukkan adanya hukum yang menyatakan bahwa hanya industri mesin berskala raksasa saja yang mampu mengambilalih pekerja secara sekaligus untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, jelaslah bahwa persediaan argumen tentang tidak adanya kapitalisme di negeri kita karena "rakyat masih memiliki tanah" itu benar-benar tidak ada artinya, karena kapitalisme yang masih berupa pabrik dan koperasi sederhana memang belum pernah dihubungkan di mana pun dengan pemisahan sama sekali para pekerja dari tanahnya, tetapi, meskipun demikian, tidak perlu dikatakan, bahwa oleh karena itu, di negeri ini belum ada kapitalisme.
Mengenai industri mesin berskala raksasa di Rusia — dan bentuk ini ternyata secara cepat terus diambil oleh cabang industri kita yang paling besar dan paling penting — di sini, juga, meskipun semua ciri khusus dalam kehidupan kita itu ada, namun bentuk ini juga mempunyai hak milik yang sama seperti yang terjadi di mana pun juga di Barat yang kapitalis, yaitu, secara mutlak tidak akan mentolerir tetap dipertahankannya ikatan para pekerja dengan tanahnya. Fakta ini, secara kebetulan, ternyata telah dibuktikan oleh Dementyev dengan materi statistik yang tepat, dan yang dipakainya untuk menarik kesimpulan (sehingga benar-benar bebas dari Marx) bahwa produksi mesin itu secara tak terceraikan mempunyai hubungan dengan pemisahan sama sekali para pekerja dari tanahnya. Penelitian ini sekali lagi telah menunjukkan bahwa Rusia telah menjadi negara kapitalis, bahwa adanya ikatan para pekerja dengan tanahnya di Rusia itu ternyata begitu lemah dan tidak sesuai dengan kenyataan, dan kekuasaan manusia yang mempunyai hak milik itu (baik para pemilik uang, pemborong, petani kaya, pemilik pabrik, dst.) begitu kokoh bercokol, bahwa satu kemajuan teknik lagi akan cukup bagi "petani" (?? yang sudah lama hidup dengan menjual tenaga kerjanya) untuk berubah menjadi seorang buruh sejati dan sederhana. [5] Dengan demikian, kegagalan dari "para sahabat rakyat" untuk memahami organisasi ekonomi dari industri-industri kerajinan kita ini masih jauh dari upaya membatasi diri pada masalah ini. Bahkan, ide mereka tentang industri yang pekerjaannya tidak dikerjakan "untuk seorang majikan" pun ternyata tepat sama dangkalnya dengan ide mereka tentang penanam atau petani (seperti yang telah kita lihat di atas). Ngomong-ngomong, hal seperti ini sebenarnya sangat wajar-wajar saja bagi orang baik-baik yang mengira dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai ekonomi politik ketika mereka semua tahu, tampaknya, bahwa ada sesuatu yang seperti itu di dunia ini sebagai alat produksi, yang "mungkin" dapat disatukan dengan rakyat pekerja —dan itu memang sangat bagus, tetapi, yang "mungkin" juga dapat dipisahkan dari mereka — dan bahwa hal itu memang sangat buruk. Dan, itu tidak akan membawa Anda sampai jauh.
Berbicara tentang industri-industri yang semakin menjadi kapitalis dan yang tidak (di mana "produksi berskala kecil dapat mempertahankan keberadaannya secara bebas"), kata Krivenko, maka untuk satu hal, dalam cabang-cabang tertentu, "pengeluaran dasar pada produksi" itu ternyata sangat sedikit sehingga, oleh karenanya, produksi berskala kecil pun menjadi mungkin. Ia menyebutkan, sebagai contoh, industri batu bata, di mana pengeluarannya, katanya, mungkin hanya seper lima belas dari pemasukan tahunan tempat pembuatan batu bata itu.
Karena hal ini nyaris hanya merupakan satu-satunya rujukan yang disebutkan oleh pengarangnya pada fakta-fakta itu (Inilah, saya ulangi, ciri paling khas dari sosiologi subjektif yang suka merobek-robek baik gambaran yang langsung dan tepat maupun analisis terhadap realitas atau kenyataannya, karena lebih suka terbang tinggi ke alam yang "ideal" . . . . dari borjuis kecil), maka marilah kita mengambilnya saja, agar supaya dapat menunjukkan betapa salahnya konsepsi tentang realitas yang dimiliki oleh "para sahabat rakyat" itu.
Kita dapat menemukan gambaran tentang industri batu bata itu (yaitu, tentang pembuatan batu bata dari tanah liat berwarna putih) dalam majalah statistik ekonomi Moscow Zemstvo (Laporan, Jilid VII, Buku 1, Bagian 2, dst.). Industri ini terutama berpusat di tiga 'volost' dari Uyezd Bogorodskoye, di mana 233 perusahaan, dengan 1.402 pekerja (di mana 567 pekerja, atau 41%, adalah pekerja dalam perusahaan keluarga, [6] dan 835 pekerja, atau 59%, adalah pekerja upahan), dengan jumlah hasil tahunannya bernilai 357.000 rubel. Industri ini merupakan industri kuno, tetapi telah berkembang terutama selama lima belas tahun yang lalu berkat adanya pembangunan jalan kereta api, yang secara luar biasa telah memudahkan pemasaran. Sebelum jalan kereta api dibangun, bentuk produksi keluarga sangat dominan, tetapi sekarang bentuk itu telah terdesak oleh eksploitasi terhadap buruh upahan. Industri ini, juga, tidak bebas dari persoalan para industrialis kecil yang tergantung pada para industrialis besar untuk pemasarannya: Karena "tidak adanya dana," maka yang pertama (industrialis kecil) pun menjual kepada yang kedua (industrialis besar) semua batu bata mereka (yang kadang-kadang juga masih berupa batu bata "mentah" — yang belum dibakar) di tempat pembuatan itu pula dengan harga yang mengerikan rendahnya.
Meskipun demikian, kita juga dapat mengenal organisasi industri yang terpisah dari ketergantungan ini, berkat sensus dari rumah ke rumah terhadap para perajin yang dilampirkan pada esai itu, di mana jumlah pekerja dan jumlah hasil tahunan dari setiap pabrik juga ditunjukkan.
Untuk memastikan apakah hukum yang menyatakan bahwa ekonomi komoditi merupakan ekonomi kapitalis itu — yaitu, yang secara tak terelakkan akan berubah menjadi yang belakangan (ekonomi kapitalis) pada tahap tertentu dari pekembangannya — juga berlaku untuk industri ini, maka kita harus membandingkan ukuran besarnya perusahaan-perusahaan itu: Persoalan itu ternyata secara tepat merupakan persoalan hubungan antara perusahaan besar dan kecil, yang sesuai dengan peranan mereka dalam hasil produksi maupun dengan eksploitasi mereka terhadap tenaga kerja upahan. Dengan memakai jumlah pekerja sebagai dasarnya, maka kita dapat membagi perusahaan yang mempekerjakan para perajin itu menjadi tiga kelompok: I) perusahaan dengan 1 sampai 5 pekerja (baik pekerja upahan maupun pekerja dari anggota keluarganya sendiri), II) perusahaan dengan 6 sampai 10 pekerja, dan III) perusahaan dengan lebih dari 10 pekerja.
Dengan meneliti ukuran perusahaan, jumlah pekerja, dan nilai hasil produksinya pada setiap kelompok, maka kita akan memperoleh data berikut ini:
Kelompok pengrajin menurut jumlah pekerja | Rata-rata jumlah pekerja per perusahaan | % perusahaan | % buruh | Rata-rata output per buruh (rubles) | % distribusi perusahaan | % distribusi buruh | % distribusi output total | jumlah perusahaan | jumlah buruh | total output (rubles) |
I. 1-5 pekerja | 2.8 | 25 | 19 | 251 | 72 | 34 | 34 | 167043 | 476092 | 119500 |
II. 6-10 pekerja | 7.3 | 90 | 58 | 249 | 18 | 23 | 22 | 43039 | 317186 | 79000 |
II. Lebih dari 10 pekerja | 26.4 | 100 | 91 | 260 | 10 | 43 | 44 | 23023 | 609557 | 158500 |
Total | 6.0 | 45 | 59 | 254 | 100 | 100 | 100 | 233105 | 1402835 | 357000 |
* Angka-angka sebutan dalam bilangan pecahan itu menunjukkan jumlah perusahaan yang mempekerjakan para pekerja upahan beserta jumlah pekerja upahan itu sendiri. Hal yang sama juga berlaku dalam tabel berikutnya.
Lihatlah angka-angka ini dan Anda akan melihat organisasi industri borjuis, atau, alangkah samanya, organisasi industri kapitalis: Semakin besar perusahaannya, semakin tinggi produktivitas tenaga kerjanya [7] (kelompok tengah merupakan suatu perkecualian), semakin hebat eksploitasinya terhadap tenaga kerja upahan, [8] semakin hebat pemusatan produksinya. [9]
Kelompok ketiga, yang nyaris seluruhnya mendasarkan ekonominya pada tenaga kerja upahan itu, hanya mencakup 10% dari jumlah perusahaan secara keseluruhan, tetapi mampu membukukan 44% dari jumlah hasil produksinya.
Pemusatan alat-alat produksi di tangan minoritas, yang ada hubungannya dengan pengambilalihan terhadap mayoritas (yaitu, para pekerja upahan) ini, dapat menjelaskan baik ketergantungan para produsen kecil pada para pemborong (Para industrialis besar itu sesungguhnya juga merupakan para pemborong!) beserta penindasannya terhadap tenaga kerjanya di bidang industri ini. Dari sini, kita melihat bahwa penyebab dari pengambilalihan terhadap rakyat pekerja beserta eksploitasinya itu terletak pada hubungan produksi itu sendiri.
Kaum sosialis Narodnik Rusia, seperti yang kita ketahui, memiliki pandangan yang berlawanan dan beranggapan bahwa penyebab penindasan terhadap tenaga kerja di bidang industri kerajinan itu tidak terletak pada hubungan produksi (yang dinyatakan sebagai didasarkan pada prinsip yang mendahului eksploitasi), tetapi pada sesuatu yang lain — pada kebijakan, yaitu, kebijakan fiskal dan agraria, dst. Pertanyaan yang muncul adalah apakah dasar dari kegigihan pendapat ini, yang sekarang nyaris telah mendapatkan kegigihan prasangkanya? Mungkinkah hal ini merupakan kelaziman dari perbedaan konsep tentang hubungan produksi dalam industri kerajinan? Sama sekali tidak. Kegigihan pendapat ini sebenarnya hanya karena tidak ada upaya apa pun yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang akurat dan pasti tentang fakta-fakta itu, tentang bentuk yang sebenarnya dari organisasi ekonomi itu. Kegigihan ini hanya karena hubungan-hubungan produksi yang tidak dipilih dan diserahkan pada sebuah analisis yang bebas. Singkatnya, kegigihan ini semata-mata hanya karena kegagalan dalam memahami satu-satunya metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan sosial, yaitu, metode materialis. Kita sekarang dapat memahami jalan pikiran kaum sosialis lama kita. Sejauh mengenai industri kerajinan, mereka ini dapat dikaitkan dengan penyebab dari eksploitasi terhadap segala sesuatu yang terletak di luar hubungan produksi. Sejauh mengenai kapitalisme pabrik berskala raksasa, mereka ini, tidak dapat tidak, pasti akan melihat bahwa penyebab eksploitasi itu terletak tepat di sana, di dalam hubungan-hubungan produksi itu sendiri.
Akibatnya adalah sebuah kontradiksi yang tak terdamaikan lagi, yaitu, suatu ketidakcocokkan, yang tentunya merupakan asal dari kapitalisme berskala raksasa ini, karena sebenarnya tidak ada apa pun yang berwatak kapitalis dalam hubungan produksi industri kerajinan (Karena belum dipelajari!) — sehingga tidak dipahami. Demikianlah, kesimpulan yang kemudian muncul secara alami itu adalah sbb.: Karena gagal atau tidak mampu memahami hubungan antara industri kerajinan dan industri kapitalis, maka mereka pun mengkontraskan yang pertama dengan yang kedua, sebagai industri "rakyat" dan industri "artifisial." Ide itu tampaknya beranggapan bahwa kapitalisme itu berlawanan dengan "sistem rakyat" — suatu ide yang sangat meluas dan baru belakangan ini saja ditampilkan ke masyarakat Rusia dengan edisi yang direvisi dan diperbaiki oleh Tuan Nikolai-on. Ide ini terus dipertahankan oleh kelesuannya sendiri, meskipun luar biasa tidak masuk akalnya: Padahal, kapitalisme pabrik itu telah dibenarkan berdasarkan sesuatu yang sesungguhnya ada dalam realitas, sedangkan industri kerajinan juga telah dibenarkan berdasarkan sesuatu yang "mungkin dapat terjadi." Dengan demikian, yang pertama berdasarkan analisis hubungan produksi, sedangkan yang belakangan bahkan tanpa upaya untuk meneliti hubungan produksinya secara terpisah, karena persoalan itu kemudian secara langsung dipindahkan ke bidang politik. Padahal, sebenarnya, kita harus berpindah ke analisis hubungan produksi ini saja untuk mengetahui bahwa "sistem rakyat" itu sesungguhnya juga berisi hubungan-hubungan produksi kapitalis yang sama itu pula, meskipun dalam keadaan masih berbentuk embrio yang belum berkembang. Dengan demikian — apabila kita menolak prasangka naif bahwa semua perajin itu sama derajatnya, dan secara akurat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang ada di kalangan mereka — maka, perbedaan antara "kapitalis" pabrik dan bengkel dengan "perajin" itu kadang-kadang memang akan terbukti menjadi lebih sedikit daripada perbedaan antara satu "perajin" dengan "perajin" lainnya. Sehingga kapitalisme menjadi tidak berkontradiksi dengan "sistem rakyat" tetapi justru merupakan perkembangan dan kelanjutan pada tahap berikutnya, yang terjadi secara langsung dan segera.
Meskipun demikian, mungkin, akan diperdebatkan bahwa contoh yang dikutip itu tidak cocok. Kita mungkin juga akan diberi tahu bahwa persentase dari pekerja upahan dalam kasus tertentu itu juga terlalu tinggi? [10] Akan tetapi, sesungguhnya, hal yang penting di sini adalah bukan angka-angka yang mutlak itu, tetapi justru hubungan-hubungan yang mereka ungkapkan, yaitu, hubungan-hubungan yang pada pokoknya bersifat borjuis, dan yang tidak berhenti menjadi seperti itu, apakah watak borjuisnya memiliki tanda yang kuat atau lemah.
Apabila Anda menyukai, saya akan mengambil contoh lainnya — yaitu, sebuah contoh yang sengaja dipilih karena watak borjuisnya yang lemah. Saya mengambil (dari buku Tuan Isayev tentang industri-industri di Gubernia Moskow) industri tembikar (barang pecah belah), yaitu, "industri domestik sejati," demikian kata profesor kita itu. Industri ini, tentu saja, dapat diambil sebagai wakil dari industri petani berskala kecil: Tekniknya paling sederhana. Peralatannya sangat kecil. Dan, barang-barang yang diproduksinya pun memiliki kegunaan yang penting dan universal. Ya, kalau begitu, berkat sensus dari rumah ke rumah terhadap para perajin tembikar, yang dapat memberikan berbagai kekhususan yang sama dengan kasus sebelumnya itu, maka kita pun ada dalam kedudukan yang dapat mempelajari organisasi ekonomi dari industri ini pula, yaitu, salah satu industri yang tidak disangsikan lagi merupakan industri kecil "rakyat" Rusia yang sangat khas dan banyak sekali jumlahnya itu. Kita akan membagi para perajin itu menjadi beberapa kelompok: I) Industri dengan 1 sampai 3 pekerja (keluarga dan upahan); II) Industri dengan 4 sampai 5 pekerja, dan III) Industri dengan lebih dari 5 pekerja — dan membuat kalkulasi yang sama.
Kelompok pengrajin menurut jumlah pekerja | Rata-rata jumlah pekerja per perusahaan | % perusahaan | % buruh | Rata-rata output per buruh (rubles) | % distribusi perusahaan | % distribusi buruh | % distribusi output total | jumlah perusahaan | jumlah buruh | total output (rubles) |
I. 1-3 pekerja | 2.4 | 30 | 19 | 468 | 60 | 38 | 36 | 7228 | 17433 | 81500 |
II. 4-5 pekerja | 4.8 | 48 | 20 | 498 | 27 | 32 | 32 | 3316 | 14429 | 71800 |
II. Lebih dari 5 pekerja | 6.4 | 100 | 85 | 533 | 13 | 30 | 32 | 1616 | 13487 | 71500 |
Total | 3.7 | 49 | 33 | 497 | 100 | 100 | 100 | 12160 | 45249 | 224800 |
Jelaslah bahwa hubungan-hubungan dalam industri ini juga — dan contoh-contoh yang serupa dapat juga dikutip secara tak terbatas — bersifat borjuis: Kita juga menemukan perpecahan yang sama dan yang muncul dari ekonomi komoditas dan perpecahan ini secara khas juga bersifat kapitalis, yang mengarah ke eksploitasi terhadap tenaga kerja upahan, yang sudah memainkan peranan utama dalam kelompok paling atas, di mana seper delapan dari semua perusahaan dan 30% dari jumlah pekerja secara keseluruhan telah menghasilkan hampir sepertiga hasil produksi secara keseluruhan, sehingga produktivitas tenaga kerja itu sudah jauh di atas rata-rata. Dengan demikian, hubungan-hubungan produksi ini sendiri sudah cukup untuk menjelaskan munculnya dan berkuasanya para pemborong. Kita dapat melihat bagaimana yang minoritas, yang memiliki perusahaan yang lebih besar dan lebih menguntungkan, dan menerima pendapatan "bersih" dari tenaga kerja yang lain-lainnya (dalam kelompok paling atas dari para perajin tembikar ini, rata-rata ada 5,5 pekerja upahan per perusahaan), mampu menumpuk "tabungan," sementara yang mayoritas mengalami kehancuran, dan bahkan para majikan kecil (belum lagi kalau disebutkan para pekerja upahan) tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jelaslah tak terelakkan lagi bahwa yang belakangan ini pasti akan diperbudak oleh yang pertama — secara tepat memang tak terelakkan lagi karena watak kapitalis dari hubungan-hubungan produksi yang telah ditentukan itu. Hubungan-hubungan ini adalah sbb.: Produk dari tenaga kerja sosial, yang diorganisir oleh ekonomi komoditi itu, diteruskan ke tangan individu-individu, dan di tangan mereka itu digunakan sebagai alat untuk menindas dan memperbudak rakyat pekerja, sebagai alat untuk memperkaya diri melalui eksploitasi terhadap massa rakyat banyak itu. Dan sedikit pun jangan beranggapan bahwa eksploitasi ini, dan penindasan ini, akan menjadi semakin berkurang mencoloknya hanya karena hubungan-hubungan yang jenisnya seperti ini secara menyedihkan masih belum berkembang, dan karena penumpukan modal, yang berjalan seiring dengan penghancuran para produsen itu, masih dapat diabaikan. Tetapi, justru sebaliknya. Karena keadaan ini hanya akan mengarah ke bentuk-bentuk eksploitasi dan perbudakan yang lebih kasar, ke situasi di mana modal, yang belum mampu menundukkan para pekerja secara langsung, yaitu, melalui pembelian begitu saja terhadap tenaga kerja mereka berdasar nilai jualnya, akan menangkap mereka dengan jaring-jaringnya, yakni, jaring yang sebenarnya berupa penghisapan yang luar biasa hebatnya, dan mengikat mereka pada diri mereka sendiri melalui cara-cara kulak, sehingga, sebagai akibatnya, mereka tidak hanya dirampok nilai lebihnya, tetapi juga sebagian terbesar dari upah mereka, dan, yang lebih dari itu, adalah menggilas mereka dengan cara menghalangi mereka untuk berpindah ke "majikan" lainnya, dan menghina mereka dengan memaksa mereka menganggap fakta bahwa modal telah "memberi" mereka pekerjaan itu sebagai suatu anugerah (Begitukah!). (kulak = lintah darat, petani kaya, atau petani yang bekerja untuk keuntungan pribadi) Jelaslah bahwa tidak satu orang pekerja pun yang akan pernah setuju untuk menukarkan statusnya dengan status perajin "bebas" Rusia dalam industri "rakyat" yang "sejati" seperti itu.
Juga sama-sama jelasnya bahwa semua langkah yang sangat disukai oleh kaum radikal Rusia itu sedikit pun tidak akan mempengaruhi eksploitasi terhadap rakyat pekerja beserta perbudakan mereka oleh modal, sehingga akan tetap menjadi eksperimen yang terisolasi (artel), atau akan memperburuk kondisi rakyat pekerja (karena tidak dapat dicabutnya jatah mereka), atau, akhirnya, hanya akan memperhalus, mengembangkan, dan mengkonsolidasikan hubungan-hubungan kapitalis yang ada (melalui perbaikan teknik, pemberian pinjaman, dsb.). (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia)
Meskipun demikian, "para sahabat rakyat" ini tidak akan pernah mampu menangkap kenyataan itu, walaupun keadaannya pada umumnya buruk sekali, perusahaan-perusahaannya relatif sangat kecil, produktivitas tenaga kerjanya luar biasa rendahnya, dan tekniknya sangat primitif, tetapi, bagaimana pun, industri petani ini jelas berada di jalur kapitalisme. Padahal, mereka ini sebenarnya hanya tidak mampu menangkap intisarinya bahwa modal itu merupakan hubungan tertentu antara satu orang dengan orang lainnya, yaitu, suatu hubungan yang tetap sama, baik kategori-kategori yang diperbandingkan itu ada pada tingkat perkembangan yang lebih tinggi atau pun lebih rendah. Dalam hal ini, para ahli ekonomi borjuasi tidak pernah mampu memahaminya. Sehingga mereka selalu menentang definisi tentang modal yang seperti itu. Saya ingat bagaimana salah seorang dari mereka, yang menulis dalam majalah Russkaya Mysl tentang buku Sieber (mengenai teori Marx) itu, mengutip definisi ini (modal adalah suatu hubungan), dan dengan marahnya membubuhkan tanda seru setelah kata-kata itu.
Menganggap kategori-kategori rezim borjuis sebagai alami dan kekal-abadi itu memang merupakan ciri yang paling khas dari para ahli filsafat borjuis. Itulah sebabnya, untuk modal, juga, mereka memakai definisi-definisi seperti itu pula, misalnya, akumulasi tenaga kerja yang digunakan untuk produksi lebih lanjut — yaitu, yang dilukiskan sebagai kategori yang kekal-abadi dari masyarakat manusia, sehingga dengan demikian akan mengaburkan formasi ekonomi yang khas, historis, dan pasti, di mana "akumulasi tenaga kerja" ini, yang diorganisir oleh ekonomi komoditi, jatuh ke tangan mereka yang tidak bekerja dan digunakan untuk mengeksploitasi tenaga kerja orang lain. Itulah sebabnya, sebagai ganti dari melakukan analisis dan studi terhadap sistem yang sudah pasti dari hubungan-hubungan produksi, maka mereka justru memberi kita serangkaian kedangkalan-kedangkalan yang dapat diterapkan pada sistem apa pun, yang dicampur dengan kedangkalan-kedangkalan lainnya yang sentimental dari moralitas borjuis kecil itu.
Dan sekarang, lihatlah hal ini — mengapa "para sahabat rakyat" itu menyebut industri ini sebagai "milik rakyat," dan mengapa mereka mengkontraskannya dengan industri kapitalis? Semuanya itu hanyalah karena tuan-tuan ini merupakan para ahli ideeologi borjuis kecil, sehingga, bahkan, tidak mampu memahami bahwa para produsen kecil ini hidup dan bekerja di bawah sistem ekonomi komoditi (Itulah sebabnya, mengapa saya menyebutnya borjuis kecil!) dan bahwa hubungan-hubungannya dengan pasar itu harus dan secara tak terelakkan telah memecah mereka menjadi borjuasi dan proletariat. Mengapa Anda tidak berusaha mempelajari organisasi yang sebenarnya itu. Atau, industri "rakyat" kita, dan bukannya menjual ungkapan tentang arah yang "mungkin" dituju, kemudian, kita akan melihat apakah Anda dapat menemukan di Rusia cabang apa pun dari industri kerajinan, yang, kalau pun sudah berkembang, tetapi yang tidak diorganisir berdasarkan garis-garis kapitalis.
Dan, apabila Anda tidak setuju bahwa monopoli alat-alat produksi oleh yang minoritas, pemindahan kepemilikan dari yang mayoritas, dan eksploitasi terhadap tenaga kerja upahan (Apabila berbicara secara lebih umum, maka intisari dari kapitalisme itu adalah pengambilalihan oleh individu-individu terhadap produk tenaga sosial yang diorganisir oleh ekonomi komoditi) itu merupakan sifat-sifat yang memadai dan perlu untuk konsep ini, maka jadilah orang yang cukup baik untuk memberikan definisi beserta sejarah kapitalisme Anda "sendiri" pula.
Sesungguhnya, organisasi industri kerajinan "rakyat" kita ini dapat memberikan ilustrasi yang bagus untuk sejarah umum dari perkembangan kapitalisme. Organisasi ini secara jelas mendemonstrasikan asal-usul dari yang belakangan ini (yaitu, kapitalisme), beserta permulaannya atau kelahirannya, misalnya, dalam bentuk koperasi sederhana (seperti pada kelompok paling atas dalam industri tembikar), yang selanjutnya juga menunjukkan bagaimana "tabungan" yang — berkat ekonomi komoditi — menumpuk di tangan individu-invidu yang terpisah menjadi modal, yang pertama-tama memonopoli pasar (yaitu, para "pemborong" dan para pedagang), karena adanya fakta bahwa hanya para pemilik "tabungan" ini saja yang boleh memiliki dana yang diperlukan untuk menggunakannya secara besar-besaran, yang membuat mereka dapat menunggu sampai barang-barang itu terjual di pasar-pasar yang jauh. Selanjutnya, bagaimana modal dari pedagang ini dapat memperbudak massa produsen dan mengorganisir pabrik kapitalis, sistem domestik kapitalis dari produksi berskala raksasa. Dan, akhirnya, bagaimana perluasan pasar dan peningkatan persaingan dapat membawa ke kemajuan teknik. Dan, bagaimana modal pedagang ini dapat menjadi modal industri dan mengorganisir produksi mesin berskala raksasa. Dan, ketika modal ini, yang telah tumbuh begitu kuat dan memperbudak jutaan rakyat pekerja dan seluruh distrik, mulai secara terbuka dan kurang ajar melakukan tekanan pada pemerintah dan mengubahnya menjadi anteknya — maka "para sahabat rakyat" kita yang banyak akalnya itu pun meneriakkan "pencangkokan kapitalisme," beserta "penciptaannya secara artifisial"!
Benar-benar suatu penemuan yang tepat pada waktunya!
Jadi, ketika Tuan Krivenko berbicara tentang industri rakyat, yang nyata, layak, dsb., itu, sebenarnya ia ini hanya mencoba untuk menyembunyikan fakta bahwa industri kerajinan kita itu merupakan kapitalisme yang sedang tumbuh melalui beberapa tahap perkembangannya. Dalam hal ini, kita memang sudah menjadi cukup kenal dengan metode-metode ini, yaitu, dalam kasus Tuan Yuzhakov, yang, bukannya mempelajari Reformasi petani, tetapi justru menggunakan ungkapan-ungkapan kosong tentang tujuan fundamental dari Manifesto yang sangat penting itu, [67] dsb.; yang, bukannya mempelajari sewa tanah, tetapi justru menggantinya dengan istilah sewa rakyat; dan, yang, bukannya mempelajari bagaimana pasar dalam negeri itu dibentuk untuk kapitalisme, tetapi justru memfilosofikan bahwa tumbangnya yang belakangan ini secara tak terelakkan itu sebagai akibat dari kurangnya pasar, dst.
Untuk menunjukkan seberapa jauh Tuan-Tuan dari "para sahabat rakyat" itu telah memutarbalikkan fakta-fakta ini, maka saya akan membicarakan salah satu contoh lagi. [11] Para ahli filsafat kita yang subjektif itu juga sangat jarang berkenan merendahkan diri untuk memberi kita rujukan yang tepat pada fakta-faktanya sehingga menjadi tidak adillah apabila orang mengabaikan salah satu dari rujukan-rujukan mereka yang paling tepat ini, yaitu, salah satu rujukan yang dibuat oleh Tuan Krivenko (No. 1, 1894) pada anggaran belanja para petani Vorollezh. Di sini, berdasarkan data yang mereka pilih sendiri, kita dapat memastikan yang mana dari ide tentang realitas itu yang lebih tepat — apakah ide dari kaum radikal Rusia dan "para sahabat rakyat" itu, atau ide dari kaum Sosial Demokrat Rusia.
Tuan Shcherbina, yaitu, seorang ahli statistik dari Voronezh Zemstvo, telah melampirkan pada deskripsinya tentang kegiatan pertanian para petani di Uyezd Ostrogozhsk, yang berupa 24 anggaran belanja dari rumah tangga khas petani, dan menganalisisnya dalam bentuk teks. [12]
Tuan Krivenko telah mereproduksi analisis ini, tetapi gagal, atau lebih tepatnya menolak, untuk melihat bahwa metode-metode ini sepenuhnya tidak cocok apabila tujuannya untuk mendapatkan gambaran tentang ekonomi para petani kita. Kenyataannya adalah bahwa 24 anggaran belanja ini seluruhnya melukiskan rumah tangga yang berbeda-beda — makmur, menengah dan miskin — seperti yang ditunjukkan oleh Tuan Krivenko sendiri (hal. 159). Tetapi, seperti Tuan Shcherbina, ia hanya menggunakan angka rata-rata, sambil mengumpulkan dan menyatukan berbagai jenis rumah tangga yang paling berbeda. Sehingga dengan demikian, dapat menyembunyikan sama sekali fakta-fakta akan adanya perbedaan itu. Namun begitu, perbedaan dari para produsen kecil kita itu begitu umumnya, begitu sangat nyatanya (kaum Sosial Demokrat pun telah lama menarik perhatian kaum sosialis Rusia. Lihat karya-karya Plekhanov), sehingga tampak menjadi mencolok sekali bahkan dalam data yang sangat sedikit dan yang telah dipilih oleh Tuan Krivenko sekali pun. Hanya saja, ketika membahas kegiatan pertanian para petani, yang seharusnya membagi mereka ke dalam beberapa kategori menurut ukuran luas tanah pertanian mereka beserta jenis kegiatan pertaniannya, ia pun, seperti Tuan Shcherbina, justru membaginya menjadi beberapa kategori yang resmi — yaitu, petani dari tuan tanah yang sebelumnya atau dari tanah negara yang sebelumnya — sambil mengarahkan semua perhatiannya ke kemakmuran yang jauh lebih besar pada yang sebelumnya daripada yang belakangan, sehingga tidak mampu melihat adanya fakta bahwa perbedaan di kalangan petani di dalam kategori-kategori ini sebenarnya jauh lebih besar daripada perbedaan di antara kategori-kategori itu. [13] Untuk membuktikan hal ini, saya membagi ke-24 anggaran belanja ini menjadi tiga kelompok. Saya mengambil a) 6 petani makmur, kemudian b) 11 petani dengan kemakmuran rata-rata (No. 7 sampai 10 dan 16 sampai 22 dalam Tabel Shcherbina) dan c) 7 petani miskin (No. 11 sampai 15, 23 dan 24 dalam Tabel Anggaran Belanja Shcherbina). Tuan Krivenko mengatakan, misalnya, bahwa pengeluaran per tanah pertanian milik para petani dari tanah negara yang sebelumnya itu mencapai 541,3 rubel, dan para petani dari tuan tanah yang sebelumnya itu 417,7 rubel. Akan tetapi, ia tidak melihat adanya fakta bahwa pengeluaran dari beberapa petani yang berbeda-beda itu ternyata jauh dari setara di kalangan para petani dari tanah negara yang sebelumnya, misalnya, karena di sana ada satu orang petani dengan pengeluaran yang mencapai 84,7 rubel, sedangkan yang lainnya dengan pengeluaran yang mencapai sepuluh kali besarnya — yaitu, 887,4 rubel (Bahkan kalau pun kita meninggalkan kolonis Jerman yang pengeluarannya sampai mencapai 1.456,2 rubel itu!). Dapat memiliki arti apakah angka rata-rata itu apabila angka itu berasal dari pengumpulan dan penyatuan angka-angka yang perbedaannya sangat besar seperti itu? Apabila kita melakukan pembagian itu menjadi beberapa kategori yang saya berikan itu, maka kita akan mengetahui bahwa pengeluaran rata-rata per tanah pertanian dari seorang petani makmur mencapai 855,86 rubel, seorang petani dengan kemakmuran rata-rata mencapai 471,61 rubel, sedangkan seorang petani miskin mencapai 223,78 rubel. [14]
Dengan demikian, secara kasar, perbandingannya adalah 4 : 2 : 1.
Marilah kita lnjutkan lagi. Dengan mengikuti jejak langkah Shcherbina, maka Tuan Krivenko pun menunjukkan pengeluaran berdasarkan keperluan pribadi di kalangan para petani yang termasuk dalam beberapa kategori resmi itu, misalnya, pengeluaran tahunan per orang untuk makanan dari sayuran adalah sebesar 13,4 rubel, sedangkan di kalangan para petani dari tuan tanah yang sebelumnya adalah sebesar 12,2 rubel. Akan tetapi, apabila kita mengambilnya menurut kategori ekonomi, maka angka-angka yang diperoleh menjadi: a) 17.7; b) 14.5 and c) 13.1. Pengeluaran untuk daging dan produk-produk dari susu per orang di kalangan para petani dari tuan tanah yang sebelumnya adalah sebesar 5,2 rubel, sedangkan di kalangan para petani dari tanah negara yang sebelumnya adalah sebesar 7,7 rubel. Apabila diambil menurut kategori ekonomi, maka, secara berturut-turut, angka-angka yang diperoleh menjadi: 11,7, 5,8 and 3,6. Sekarang jelaslah bahwa perhitungan yang dibuat menurut beberapa kategori resmi itu hanya akan menyembunyikan perbedaan yang sangat besar ini, dan tidak lebih dari itu. Oleh karenanya, perhitungan seperti itu jelas tidak ada artinya. Pendapatan para petani dari tanah negara yang sebelumnya itu jelas jauh lebih besar daripada para petani dari tuan tanah yang sebelumnya, yaitu, sebesar 53,7 persen — kata Tuan Krivenko: Rata-rata yang umum (untuk ke-24 anggaran belanja) adalah sebesar 539 rubel, dan untuk dua kategori lainnya, secara berturut-turut, adalah lebih dari 600 rubel dan sekitar 400 rubel. Tetapi, apabila dikelompokkan menurut kekuatan ekonominya, maka pendapatan itu menjadi: a) 1.053,2 rubel, b) 473,8 rubel dan c) 202,4 rubel, atau dengan fluktuasi yang mencapai 10 : 2, dan bukannya 3 : 2. "Nilai modal dari tanah pertanian petani di kalangan para petani dari tanah negara yang sebelumnya adalah sebesar 1.060 rubel, dan di kalangan para petani dari tuan tanah yang sebelumnya adalah sebesar 635 rubel," kata Tuan Krivenko. Tetapi, apabila diambil menurut kategori ekonomi, [15] maka angka-angka itu menjadi: a) 1.737,91 rubel, b) 786,42 rubel dan c) 363,38 rubel — yang lagi-lagi, dengan fluktuasi yang mencapai 10 : 2, dan bukannya 3 : 2. Dengan membagi "kaum tani" menurut beberapa kategorinya yang resmi, maka pengarang kita ini justru membuat dirinya sendiri menjadi tidak mampu melakukan penilaian secara tepat terhadap keadaan ekonomi "kaum tani" ini.
Apabila kita meneliti tanah-tanah pertanian dengan berbagai jenis petaninya menurut kekuatan ekonominya, maka kita akan mengetahui bahwa para keluarga yang makmur itu memiliki pendapatan rata-rata 1.053,2 rubel, dengan pengeluaran 855,86 rubel, atau pendapatan bersih 197,34 rubel. Para keluarga menengah memiliki pendapatan 473,8 rubel, dengan pengeluaran 471,61 rubel, atau pendapatan bersih 2,19 rubel per tanah pertanian (dan angka itu tanpa memperhitungkan utang kredit beserta tunggakannya) — jelaslah bahwa pendapatan sekecil itu nyaris tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga: Dari 11 tanah pertanian itu, 5 di antaranya mengalami defisit. Sedangkan kelompok petani yang miskin dan ada di tempat yang paling bawah itu mengerjakan tanah pertaniannya langsung selalu merugi: Dengan pendapatan 202,4 rubel dan pengeluaran 223,78 rubel, yang berarti mengalami defisit sebesar 21,38 rubel. [16] Jelaslah bahwa apabila kita mengumpulkan semua tanah pertanian itu menjadi satu dan memukul rata dengan rata-rata yang umum (pendapatan bersihnya — 44,11 rubel), maka hal itu berarti kita akan memutarbalikkan sama sekali gambaran yang sebenarnya. Sehingga kita kemudian tidak melihat faktanya (Seperti yang dilakukan oleh Tuan Krivenko!) bahwa semua dari ke-6 petani makmur yang memperoleh pendapatan bersih itu ternyata mempekerjakan buruh tani (yang berjumlah 8 orang) — yaitu, fakta yang mengungkapkan watak dari kegiatan pertanian mereka (mereka ini sedang berada dalam proses untuk menjadi petani kapitalis), yang membuat mereka memperoleh pendapatan bersih dan sekaligus membuat mereka nyaris bebas sepenuhnya dari keharusan untuk pindah ke "industri." Para petani ini secara keseluruhan hanya mampu menutup 6,5% dari anggaran belanja mereka dari industri (412 rubel dari jumlah keseluruhan sebanyak 6.319,5 rubel). Lagi pula, industri-industri ini — seperti yang ditunjukkan oleh Tuan Shcherbina dalam satu tempat tertentu — termasuk jenis yang menyerupai "angkutan gerobak," atau bahkan menyerupai "berdagang biri-biri," yakni, yang seperti itu, sehingga jauh dari indikasi yang menunjukkan adanya ketergantungan, sebagai prasyarat dari eksploitasi terhadap orang lain (secara tepat, dalam kasus yang kedua: "tabungan" yang menumpuk itu diubah menjadi modal pedagang). Para petani ini memiliki 4 perusahaan industri, yang dapat menghasilkan pendapatan 320 rubel (5% dari jumlah keseluruhannya). [17]
Ekonomi dari para petani menengah juga memiliki jenis yang berdeda: Mereka, seperti yang telah kita lihat, nyaris tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Kerja di tanah pertanian ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka, dan 19% dari pendapatan mereka berasal dari apa yang disebut industri. Industri jenis apa yang dapat kita ketahui dari artikel Tuan Shcherbina ini. Industri-industri yang diberikan itu hanya untuk 7 petani: Hanya 2 petani yang terlibat dalam industri yang tidak tergantung (yaitu, pekerjaan menjahit dan pembuatan arang kayu), sedangkan sisanya, 5 petani, menjual tenaga kerjanya ("dengan pergi ke tanah rendah untuk memotong rumput," [18] "bekerja di tempat penyulingan," "bekerja di siang hari di tempat orang lain selama musim panen," "menggembalakan biri-biri," "bekerja di perkebunan atau di tanah milik orang lain setempat"). Semuanya ini berarti sudah setengah petani, setengah buruh. Hanya pekerjaan sampinganlah yang menyeret mereka ini semakin jauh dari pekerjaan di tanah pertanian, dan sekaligus merongrongnya sama sekali.
Mengenai para petani miskin, mereka ini bertani dengan selalu merugi. Sehingga makna "industri" dalam anggaran belanja mereka masih jauh lebih besar (dengan memberikan 24% dari pendapatannya), dan semua industri ini hampir sepenuhnya sama dengan menjual tenaga kerja (kecuali dalam kasus salah satu petani). Dalam kasus dua petani lainnya, "industri-industri" (yang menyangkut pekerjaan buruh tani) tampak mendominasi, dan memberikan dua pertiga dari pendapatan mereka.
Sangat jelaslah bahwa apa yang kita dapatkan di sini ini merupakan proses diferensiasi yang sempurna dari para produsen kecil, di mana kelompok-kelompok yang ada di atas sedang diubah menjadi borjuasi, sementara yang di bawah menjadi proletariat. Tentu saja, apabila kita mengambil rata-ratanya yang umum maka kita tidak akan melihat apa pun dari semuanya ini, sehingga kita tidak mampu mendapatkan gambaran tentang ekonomi daerah pedesaan.
Dan, hanya berkat karyanya dengan angka rata-ratanya yang samar-samar itulah maka pengarang kita ini mampu menggunakan metode berikut ini. Untuk menempatkan tanah pertanian yang khas ini dalam kegiatan pertanian para petani di uyezd itu secara keseluruhannya, maka Tuan Shcherbina pun mengelompokkan para petani itu menurut ukuran besarnya kaveling atau jatah tanah mereka, dan kemudian diketahui bahwa tingkat kemakmuran (berdasarkan rata-rata yang umum) dari 24 tanah pertanian yang dipilih itu ternyata lebih tinggi sampai kira-kira sepertiga daripada rata-rata yang ada di uyezd. Meskipun demikian, perhitungan ini tidakdianggap sebagai memuaskan, baik karena adanya perbedaan yang sangat besar di kalangan para petani yang berjumlah 24 orang ini, maupun karena pengelompokan menurut besarnya kaveling atau jatah tanah itu justru menyembunyikan diferensiasi yang ada di kalangan kaum tani: Dengan demikian, tesis pengarang bahwa "kaveling atau jatah tanah merupakan penyebab utama dari kemakmuran" para petani itu jelas salah sama sekali. Semua orang tahu bahwa pembagian tanah yang "sama" dalam masyarakat desa itu bagaimana pun tidak dapat mencegah para anggotanya yang tidak mempunyai kuda untuk menyerahkan tanahnya, membiarkannya, meninggalkannya untuk mencari pekerjan dan berubah menjadi proletariat. Atau, juga, tidak dapat mencegah para anggota yang memiliki banyak kuda untuk menyewakan beberapa bidang tanahnya yang luas dan mengelola tanah pertaniannya yang besar itu secara menguntungkan. Tetapi, misalnya, apabila kita mengambil 24 anggaran belanja kita, maka kita akan melihat bahwa satu orang petani kaya, dengan 6 desiatin jatah tanah, dapat memiliki pendapatan seluruhnya 758,5 rubel. Seorang petani menengah, dengan 7,1 desiatin jatah tanah, pendapatannya 391,5 rubel. Sedangkan, seorang petani miskin, dengan 6,9 desiatin jatah tanah, pendapatannya 109,5 rubel. Pada umumnya, kita telah melihat bahwa perbandingan pendapatan dari berbagai kelompok itu adalah 4 : 2 : 1. Sedangkan perbandingan jatah tanahnya adalah 22.1 : 53.2 : 8.5, yang sama dengan 2.6 : 1.08 : 1. Hal ini memang sngat wajar, karena kita tahu, misalnya, bahwa orang kaya, dengan 22,1 desiatin jatah tanah per rumah tangga, menyewa tambahan masing-masing 8,8 desiatin. Sementara petani menengah, yang memiliki jatah tanah yang lebih sempit (9,2 desiatin), menyewa lebih sedikit — yaitu, 7,7 desiatin. Sedangkan petani miskin, yang memiliki jatah tanah yang lebih sempit lagi (8,5 desiatin), hanya menyewa 2,8 desiatin. [19] Sehingga, dengan demikian, ketika Tuan Krivenko mengatakan: "Sayang, data yang diberikan oleh Tuan Shcherbina itu tidak dapat dipakai sebagai ukuran yang akurat untuk keadaan itu pada umumnya, bahkan di uyezd itu sekali pun, apalagi di gubernia" — sehingga yang dapat kita katakan hanyalah bahwa data itu tidak dapat dipakai sebagai ukuran hanya ketika Anda menggunakan metode yang salah dalam menghitung angka rata-rata yang umum (yaitu, metode yang seharusnya tidak digunakan oleh Tuan Krivenko). Meskipun demikian, pada umumnya, data Tuan Shcherbina itu sebenarnya begitu luas dan berharga sehingga membuat kita dapat sampai pada kesimpulan yang tepat. Jadi, apabila Tuan Krivenko tidak dapat melakukan yang sedemikian, maka, tentunya, bukan Tuan Shcherbina yang harus dipersalahkan.
Yang belakangan ini (yaitu, Tuan Shcherbina), misalnya, pada halaman 197, telah memberikan data yang mengelompokkan para petani menurut hewan penghela, dan bukannya menurut jatah tanah, yaitu, pengelompokan berdasarkan faktor ekonomi, bukan faktor hukum resmi — dan hal ini dapat memberi kita dasar yang kokoh untuk menyatakan bahwa perbandingan antara berbagai kategori dari 24 rumah tangga yang khas dan dipilih itu sepenuhnya sama dengan perbandingan antara berbagai kelompok ekonomi di seluruh uyezd. Pengelompokan itu adalah sbb.:[20]
** Dua buruh tani (No. 14 dan 15 dari anggaran belanja Tuan Shcherbina) telah dicoret di sini dari kelompok petani miskin sehingga yang tersisa tinggal 5 petani miskin.
*** Tetapi, ini perlu dicatat dalam hubungannya dengan Tabel ini bahwa di sini juga kita dapat menemukan sejumlah peningkatan tanah yang disewa dan yang sebanding dengan kemakmuran yang semakin meningkat pula, meskipun ada juga peningkatan dalam jatah tanah. Dengan demikian fakta-fakta untuk satu uyezd lagi pun akan dapat memperkuat kesalahan ide bahwa kaveling atau jatah tanah memiliki arti penting yang utama. Sebaliknya, kita tahu bahwa perbandingan jatah tanah dengan kepemilikan secara keseluruhan dari kelompok yang ada itu [bersambung ke hal. 226 — DJR] akan berkurang seiring dengan bertambahnya kemakmuran kelompok itu. Dengan menambahkan jatah tanah pada tanah yang disewakan, dan menghitung persentase jatah tanah pada jumlah keseluruhannya, maka kita akan memperoleh angka-angka berikut ini berdasarkan kelompoknya: I) 96.8%; II) 85.0%; III) 79.3%; IV) 63.3%. Dan, hal ini sangat alami. Kita tahu bahwa dengan Reformasi emansipasi, tanah di Rusia menjadi komoditi. Siapa pun yang punya uang akan selalu dapat membeli tanah, dan jatah tanah pun harus dibeli juga. Jelaslah bahwa para petani yang makmur akan memusatkan tanah itu ke tangannya, dan bahwa pemusatan ini menjadi lebih nyata dalam kasus tanah yang disewakan karena adanya pembatasan di jaman pertengahan untuk memindahkan jatah tanah. "Para sahabat rakyat," yang setuju pada pembatasan ini, tidak menyadari bahwa langkah reaksioner yang bodoh hanya akan memperburuk kondisi petani miskin: Para petani yang hancur, yang tidak memiliki alat-alat pertanian, wajib, bagaimana pun, untuk menyewakan tanahnya, dan larangan apa pun pada penyewaan (atau penualan) seperti itu hanya akan membuat tanah itu disewakan secara sembunyi-sembunyi, atau bagi para petani miskin akan menyerahkan tanah mereka begitu saja ke "masyarakat desa," yaitu, lagi-lagi ke kulak. (kulak = lintah darat, petani kaya, atau petani yang bekerja untuk keuntungan pribadi)
Saya tidak dapat menahan diri untuk mengutip komentar yang sangat benar dari Hourwich mengenai "keadaan yang tak dapat dicabut" dan suka menyombongkan diri ini:
"Untuk melihat jalan kita secara jelas melalui persoalan yang dipermasalahkan itu, maka kita harus mengungkapkan siapa para pembeli tanah yang dijual oleh para petani itu. Kita telah melihat bahwa hanya sebagian kecil dari bidang-bidang tanah yang dibagi-bagi menjadi empat bagian itu telah dibeli oleh para pedagang. Biasanya, bidang-bidang tanah yang kecil-kecil dan dijual oleh kaum bangsawan itu hanya dibeli oleh para petani saja. Dengan demikian, persoalan yang dipermasalahkan itu merupakan persoalan yang telah diselesaikan di antara para petani itu sendiri, dan hal itu tidak mempengaruhi kepentingan kaum bangsawan maupun kepentingan kelas kapitalis. Dalam hal seperti itu, pemerintah Rusia justru dengan senang hati melemparkan sesuatu untuk menyuap atau menyejukkan hati kaum peasantist [kaum Narodnik]. Akan tetapi, perkawinan dengan kasta yang lebih rendah dari gaya kebapakan dunia Timur dengan semacam keanehan dari prohibisionisme sosialistis negara ini mungkin justru cenderung untuk mendapatkan perlawnan dari orang atau pihak yang dianggap akan diuntungkan itu. (prohibisionisme = paham yang suka melarang) Sementara proses perceraian itu secara jelas menyebar dari dalam, dan bukannya dari tanpa desa, maka keadaan tak dapat dicabutnya tanah petani itu hanya akan berarti pengambilalihan secara sembarangan dari yang miskin untuk keuntungan para anggota masyarakat yang kaya raya..
"Kita melihat bahwa persentase dari para emigran di kalangan pemilik tanah seper empat bagian [69] yang telah menikmati hak pemindahan hak tanah mereka itu ternyata jauh lebih besar daripada yang ada di kalangan para petani dari tanah negara sebelumnya yang hidup di jaman komunisme agraris: yaitu, di distrik Ranenburg (Gubernia Ryazan), di mana persentase emigrannya di kalangan yang sebelumnya itu adalah: [bersambung ke hal. 227 — DJR] 17, sedangkan di kalangan yang belakangan adalah: 19,9. Di distrik Dankov, di kalangan yang sebelumnya itu adalah: 12, sedangkan di kalangan yang belakangan adalah: 5.
"Karena apakah perbedaan ini? Satu contoh konkret akan menjelaskan masalah ini.
"Dalam tahun 1881, sebuah masyarakat kecil yang terdiri atas 5 rumah tangga, bekas hamba Grigorov, beremigrasi dari desa Bigildino, distrik Dankov. Tanah mereka, 30 desiatin, dijual kepada seorang petani kaya dengan uang 1.500 rubel. Para emigran itu tidak mencari nafkah di rumah, sehingga kebanyakan dari mereka menjadi buruh tahunan. (Laporan Statistik, Bagian II, hal. 115, 247.) Menurut Tuan Grigoryev (Emigrasi Petani dari Gubernia Ryazan, 300 rubel, harga rata-rata kepemilikan petani terhadap tanah 6 desiatin itu, cukup untuk membuat sebuah keluarga petani mampu memulai pekerjaan pertanian di Siberia Selatan. Dengan demikian, seorang petani yang telah hancur sama sekali itu, melalui penjualan sebidang tanahnya dari milik komunal (milik bersama) itu, menjadi mampu bangkit ke posisi petani di negeri yang baru. Kesetiaan pada adat keramat dari nenek-moyangnya nyaris tidak akan mampu bertahan terhadap godaan seperti itu, seperti yang terjadi ini, kecuali karena uluran tangan yang tepat dan bermanfaat dari Birokrasi yang paling ramah itu.
"Tentu saja, saya akan dituduh sebagai penganut pesimisme, karena saya baru-baru ini telah mengemukakan pandangan saya tentang emigrasi para petani itu. (Severny Vestnik, 1892, No. 5, dalam sebuah artikel tulisan A. Bogdanovsky.) Metode penalaran yang biasa diikuti itu mengambil jalan tertentu seperti ini: Seandainya kasus itu ditampilkan sesuai dengan kenyataan seperti apa adanya, maka akibat yang buruk" (dari emigrasi) "itu, bagaimana pun, karena kondisi kaum tani yang abnormal sekarang ini, dan karena keadaan yang abnormal pula, maka keberatan-keberatan itu menjadi 'tidak baik.' Tetapi, sayangnya, kondisi yang sangat 'abnormal' terus berkembang secara spontan, sementara penciptaan kondisi yang 'normal' ternyata ada di luar kekuasaan hukum para sahabat kaum tani." (Op. cit., hal. l37.[70])Mungkin sudah tidak disangsikan lagi bahwa rata-rata yang umum dari 24 tanah pertanian yang khas itu lebih unggul daripada kebanyakan tanah pertanian para petani pada umumnya di uyezd itu. Tetapi, apabila, sebagai ganti dari angka rata-rata yang samar-samar itu, kita mengambil kategori-kategori ekonomi, maka perbandingannya pun akan menjadi mungkin.
Kita tahu bahwa buruh tani di tanah pertanian yang khas itu kedudukannya agak di bawah petani yang tidak memiliki hewan penghela, meskipun sangat dekat dengan mereka. Para petani miskin juga sangat dekat dengan petani yang hanya memiliki satu ekor hewan penghela (jumlah ternak itu kurang dari 0,2 — para petani miskin memiliki 2,8 dan para petani dengan satu ekor kuda ada 3,0 — tetapi, sebaliknya, secara keseluruhan, tanah mereka, baik jatah tanah maupun yang disewa, justru agak lebih sedikit — 12,6 desiatin berbanding 10,7 desiatin). Sedangkan para petani menengah hanya sedikit di atas para petani yang memiliki hewan penghela satu atau dua ekor (mereka memiliki ternak agak lebih banyak tetapi tanahnya agak lebih sedikit), sementara para petani makmur, tentu saja, dekat sekali dengan para petani yang memiliki hewan penghela sampai empat ekor atau lebih, yaitu, para petani yang hanya sedikit di bawah petani makmur. Oleh karena itu, kita berhak untuk menarik kesimpulan bahwa di dalam uyezd, secara keseluruhan, tidak kurang dari seper sepuluh petani yang terlibat dalam kegiatan pertanian biasa yang teratur dan menguntungkan ini, sehingga tidak perlu kerja di luar. (Pendapatan mereka — ini penting untuk dicatat — dinyatakan dengan uang, dan, oleh karenanya, mensyaratkan pertanian yang berwatak komersial.) Yang sampai tahap tertentu, mereka ini melakukan kegiatan pertanian mereka dengan bantuan para pekerja upahan: Tidak kurang dari seper empat jumlah rumah tangga secara keseluruhannya itu menggunakan buruh tani biasa, sedangkan jumlah rumah tangga yang menggunakan buruh harian lepas tidak diketahui. Selanjutnya, lebih dari separoh dari para petani di uyezd itu adalah petani miskin (hampir enam per sepuluh dari para petani itu: yang tidak punya kuda dan yang punya satu ekor kuda adalah 26% + 31.3% = 57.3%), sehingga mereka melakukan kegiatan pertanian mereka dengan selalu merugi, dan, sebagai akibatnya, mereka tenggelam dalam kehancuran, dan, secara mantap serta tak dapat ditawar-tawar lagi, menjadi korban dari pengambilalihan. Demikianlah, mereka terpaksa menjual tenaga kerja mereka, sehingga sekitar seperempat dari para petani ini telah mendapatkan nafkah mereka secara lebih banyak dengan menjadi pekerja upahan daripada bekerja sendiri di tanah pertanian mereka. Sisanya, yaitu, para petani menengah, yang terus mengerjakan tanah pertanian mereka, juga senantiasa mengalami kerugian, sehingga harus mencari nafkah ke luar pula, sehingga, sebagai akibatnya, tidak memiliki kestabilan ekonomi sama sekali.
Saya memang dengan sengaja membahas data ini secara rinci agar supaya dapat menunjukkan seberapa hebat pemutarbalikan yang dilakukan oleh Tuan Krivenko dalam melukiskan situasi yang sebenarnya ini. Tanpa berhenti untuk berpikir lebih jauh, ia langsung saja mengambil angka rata-rata yang umum dan menggunakannya begitu saja. Tentu saja, hasilnya pun bahkan tidak hanya berupa fiksi atau khayalan, tetapi juga berupa kebohongan yang sesungguhnya. Kita telah melihat, misalnya, bahwa pendapatan bersih (+197,34 rubel) dari seorang petani makmur (di antara anggaran belanja yang khas) itu dapat menutup defisit sembilan rumah tangga petani miskin (-21.38 X 9 = -192.42), sehingga 10% dari para petani kaya di uyezd itu tidak hanya akan menutup defisit 57% petani miskin, tetapi bahkan dapat mengthasilkan surplus tertentu. Dan Tuan Krivenko, yang mengambil surplus sebesar 44,14 rubel dari anggaran belanja rata-rata 24 tanah pertanian — atau, mengambil utang kredit dan tunggakannya sebesar 15,97 rubel — itu, hanya mengatakan adanya "kemerosotan" pada petani menengah dan petani yang lebih rendah daripada petani menengah. Padahal, sebenarnya, orang dapat mengatakan adanya kemerosotan itu hanya sebagai rujukan, mungkin, pada para petani menengah, [21] sedangkan dalam perkara massa para petani miskin, kita melihat pengambilalihan secara langsung, yang disertai, lebih-lebih lagi, oleh pemusatan alat-alat produksi di tangan minoritas yang relatif memiliki tanah pertanian yang besar dan berdiri kokoh.
Karena ia mengabaikan keadaan yang belakangan ini, maka pengarang kita pun tidak mampu melihat sifat yang sangat menarik lainnya dari anggaran belanja ini, yaitu, mereka juga harus membuktikan bahwa diferensiasi kaum tani itu telah dan terus menciptakan pasar dalam negeri. Di satu pihak, begitu kita lewat dari kelompok paling atas ke paling bawah, maka kita pun akan melihat pentingnya pendapatan yang semakin tumbuh dari berbagai bidang industri (6.5%, 18.8% dan 23.6% dari anggaran belanja secara keseluruhan, yang secara berturut-turut berasal dari para petani makmur, menengah, dan miskin), yaitu, terutama dari penjualan tenaga kerja. Sedangkan di lain pihak, begitu kita lewat dari yang paling bawah ke kelompok paling atas, maka kita pun akan melihat watak komoditi yang semakin tumbuh (dan lebih: borjuis, seperti yang telah kita lihat) dari bidang pertanian beserta peningkatannya yang sebanding dengan produksi yang dijual dalam pendapatan total dari bidang pertanian dalam berbagai kategorinya, sbb.:
3,861.7 3,163.8 689.9
a) ________, b) ________, c) ________ .
1,774.4 899.9 175.25
Penyebut atau bilangan yang ada di bawah garis pecahan itu menunjukkan bagian uang dari pendapatan, [22] yang secara berturut-turut besarnya 45.9%, 28.3% dan 25.4%, dan yang lewat dari kategori paling atas ke paling bawah.
Di sini, lagi-lagi, kita dengan jelas dapat melihat tentang bagaimana alat-alat produksi yang diambil dari para petani yang terambil alih itu berubah menjadi modal.
Sangat jelaslah bahwa Tuan Krivenko tidak dapat menarik kesimpulan yang benar dari materi yang digunakan — atau, lebih tepatnya, yang disalahgunakan — dengan cara ini. Setelah melukiskan watak uang dari kegiatan pertanian para petani di Gubernia Novgorod berdasarkan apa yang diceritakan kepadanya oleh petani dari bagian-bagian itu ketika ia bepergian naik kereta api dengan petani itu, maka ia pun terpaksa menarik kesimpulan yang benar bahwa secara tepat keadaan inilah, yaitu, ekonomi komoditi, yang "membudidayakan" "kemampuan khusus" dan menimbulkan satu kesibukan: "untuk mengambilnya (rumput/jerami) yang telah disabit semurah mungkin" ["untuk membeli sesuatu (yang menguntungkan dan) yang ada semurah mungkin"] dan "menjualnya semahal mungkin" (hal. 156). [23]
Hal ini dapat dipakai sebagai "sekolah" yang "membangkitkan" (Tepat sekali!) "dan meningkatkan bakat dagang." "Orang-orang yang berbakat akan tampil ke depan untuk menjadi Kolupayev, Derunov [71] dan bermacam-macam pengisap darah lainnya, [24] sementara orang-orang yang berhati sederhana dan berpikiran sederhana justru jatuh terlentang, memburuk, menjadi miskin dan masuk ke dalam barisan buruh tani" (hal. 156).
Data untuk gubernia di mana berbagai kondisi yang sama sekali berbeda itu tampak menonjol — dan yang merupakan daerah pertanian (Voronezh) — ternyata, secara tepat, mengarah ke kesimpulan yang sama. Orang pasti akan mengira bahwa situasinya sangat jelas: Sistem ekonomi komoditinya menonjol dengan jelas sebagai latar belakang utama dari kehidupan ekonomi daerah itu pada umumnya dan dari "masyarakat," terutama "kaum tani." Fakta yang juga menonjol adalah bahwa ekonomi komoditi ini, dan ekonomi komoditi ini saja, telah dan terus membelah "rakyat" dan "kaum tani" menjadi proletariat (mereka ini telah menjadi hancur, dan sekaligus memasuki barisan buruh tani) dan borjuasi (para pengisap darah), jelasnya, ekonomi itu telah dan terus berubah menjadi ekonomi kapitalis. Meskipun demikian, "para sahabat rakyat" kita itu tidak pernah berani melihat kenyataan yang ada di muka mereka dengan menyebut kartu sekop itu ya kartu sekop (Istilah itu akan terlalu "tajam")! Dan Tuan Krivenko pun menyangkal sbb.:
"Sebagian orang menganggap keadaaan ini sangat alami!" (Ia seharusnya telah menambahkan: Suatu akibat yang sangat alami dari watak hubungan produksi yang kapitalis. Kemudian, hal itu tentunya akan menjadi suatu gambaran yang akurat tentang pandangan dari "sebagian orang" itu, dan, selanjutnya, hal itu tentunya akan menjadi tidak mungkin baginya untuk membuang pandangan-pandangan ini dengan ungkapan-ungkapan kosong, sehingga ia harus membuat analisis yang nyata dari masalah itu. Ketika pengarang kita ini tidak dengan sengaja mulai memerangi "sebagian orang" ini, maka ia sendiri pun harus mengakui bahwa ekonomi uang itu secara tepat menjadi "sekolah" yang menghasilkan para pengisap darah yang "berbakat" dan para buruh tani yang "berhati sederhana") "dan menganggapnya sebagai misi kapitalisme yang tidak dapat dilawan." (Ya, tentu saja! Untuk percaya bahwa perjuangan harus dilancarkan untuk melawan "sekolah" dan "para pengisap darah" yang mendominasinya, bersama-sama dengan pemerintahan dan antek-antek intelektualnya ini, maka yang harus dipertimbangkan adalah bahwa kapitalisme itu tidak dapat dikalahkan! Akan tetapi, membiarkan begitu saja "sekolah" kapitalis dengan para pengisap darahnya dalam kebebasannya yang sempurna serta menginginkan hilangnya produk-produk kapitalisnya dengan cara mengambil langkah-langkah setengah liberal itu haruslah menjadi keinginan dari seorang "sahabat rakyat" yang sejati!) "Kita memandang persoalan itu dengan cara yang agak berbeda. Kapitalisme tak diragukan lagi benar-benar telah memainkan peranan yang penting di sini, seperti yang telah kita tunjukkan di atas" (hal ini merujuk pada pernyataan tentang sekolah bagi para pengisap darah dan buruh tani), "tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa peranannya begitu menentukan dan mencakup segala sesuatunya sehingga tidak ada faktor lain apa pun yang ikut bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan dalam ekonomi nasional, dan bahwa masa depan itu tidak menawarkan solusi atau penyelesaian apa pun lainnya" (hal. 160).
Nah! Ini yang Anda inginkan! Anda, Tuan Krivenko, bukannya memberikan gambaran yang tepat dan terus terang tentang sistem yang sekarang. Anda bukannya memberikan jawaban yang pasti terhadap pertanyaan mengapa "kaum tani" terbelah menjadi pengisap darah dan buruh tani. Tetapi, Anda justru membuang persoalan itu dengan ungkapan-ungkapan yang tidak ada artinya. "Itu tidak dapat dikatakan bahwa peranan kapitalisme itu menentukan." Mengapa, itulah pertanyaannya secara utuh: hal itu dapat dikatakan, atau tidak dapat dikatakan?
Untuk memperkuat pendapat Anda, Anda seharusnya telah menunjukkan tentang faktor-faktor lain apa yang "menentukan," dan "solusi" lain apa yang mungkin ada, selain yang ditunjukkan oleh kaum Sosial Demokrat, yaitu, perjuangan kelas antara proletariat melawan para pengisap darah. [25] Tetapi, ternyata, tidak ada yang Anda tunjukkan. Kecuali, mungkin, pengarang kita itu menganggap yang berikut ini sebagai suatu petunjuk? Mungkin memang lucu, apabila Anda dapat mengharapkan sesuatu apa pun dari "para sahabat rakyat" kita ini.
"Yang pertama jatuh ke dalam kemerosotan, seperti yang telah kita lihat, adalah yang tanah pertanian yang lemah dan miskin tanah" — yaitu, dengan jatah tanah yang kurang dari lima desiatin. "Tetapi, tanah pertanian yang khas dari para petani yang mengerjakan tanah negara, dengan jatah tanah 15,7 desiatin, menjadi terkenal karena stabilitasnya . . . . Benar, untuk memperoleh pendapatan seperti itu (yakni, pendapatan bersih sebesar 80 rubel), mereka menyewa jatah tanah tambahan lima desiatin, tetapi hal itu hanya menunjukkan apa yang mereka butuhkan."
Sama dengan apakah "amandemen" ini, yang menghubungkan "kemiskinan tanah" yang terkenal keburukannya dengan kapitalisme itu?
Hanya untuk ini akan terbukti bahwa siapa yang punya sedikit akan kehilangan yang sedikit itu, sedangkan yang punya banyak (yang masing-masing mempunyai 15,7 desiatin) akan mendapatkan yang lebih banyak lagi. [26] Tetapi, kemudian, hal ini akan menjadi parafrase tak berarti dari pernyataan bahwa sebagian orang akan tenggelam ke dalam kehancuran, sementara sebagian yang lainnya akan tumbuh menjadi kaya! (parafrase = kutipan yang diungkapkan dengan menggunakan kata-kata sendiri) Karena itu, saatnya sudah tiba sekarang untuk membuang pembicaraan tentang kemiskinan tanah, yang tidak menjelaskan apa-apa (karena para petani tidak diberi jatah tanah gratis, tetapi harus membelinya). Sebab hal itu hanya melukiskan suatu proses, dan, lagi pula, melukiskannya pun tidak akurat, karena orang tidak harus berbicara tentang tanah saja, tetapi tentang alat-alat produksi pada umumnya, dan tidak mengatakan bahwa para petani itu memiliki suplai atau cadangan yang "miskin," tetapi bahwa alat-alat produksi itu telah dan terus diceraikan dari para petani, telah dan terus diambil alih oleh kapitalisme yang semakin tumbuh. "Kita tidak punya niat untuk mengatakan," kata Tuan Krivenko, ketika menyimpulkan tulisan filosofisnya itu, "bahwa bidang pertanian, dalam keadaan apa pun, harus dan dapat tetap 'alami' dan terpisah dari industri perpabrikan" (Ungkapan lainnya lagi! Bukankah justru Anda yang baru saja merasa wajib untuk mengakui bahwa sekolah ekonomi keuangan sudah muncul, dan yang mensyaratkan tukar-menukar serta, sebagai konsekuensinya, pemisahan bidang pertanian dari bidang industri perpabrikan? Lagi-lagi, mengapa ada pembicaraan yang buruk lagi tentang apa yang dapat dan apa yang harus itu?). "Yang kita katakan hanyalah bahwa untuk menciptakan industri yang terpisah secara artifisial itu jelas-jelas tidak rasional" (Yang akan menarik untuk diketahui adalah: Apakah industri milik para perajin di Kimry dan Pavlovo itu juga "terpisah," dan siapa yang "menciptakannya secara artifisial," dan bagaimana caranya serta kapan?), "dan bahwa pemisahan tenaga kerja dari tanahnya maupun dari alat-alat produksinya itu tidak hanya disebabkan oleh kapitalisme saja, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang mendahuluinya dan yang mengembangkannya."
Di sini, yang paling mungkin, ia, lagi-lagi, dalam pikirannya, memiliki ide yang mendalam bahwa apabila tenaga kerja itu dipisahkan dari tanahnya, yang jatuh ke tangan para pengisap darah itu, maka hal ini dapat terjadi karena yang di muka "miskin" dan yang belakangan "kaya."
Dan, penganut filsafat semacam inilah yang menuduh kaum Sosial Demokrat dengan tuduhan "berpandangan sempit" karena menganggap kapitalisme sebagai faktor yang menentukan! . . . Untuk itu, saya membahasnya sekali lagi secara lebih rinci tentang diferensiasi para petani dan para perajin ini hanya karena hal ini memang diperlukan untuk menunjukkan secara jelas tentang bagaimana kaum Sosial Demokrat itu melukiskan persoalan ini dan bagaimana mereka menjelaskannya.
Hal ini memang diperlukan untuk menunjukkan bahwa fakta-fakta yang bagi ahli sosiologi kita yang subjektif berarti bahwa para petani telah "menjadi miskin," sementara "para pemburu uang" dan "para pengisap darah" malahan "mengambil keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri" itu, bagi kaum materialis justru berarti bahwa diferensiasi yang berwatak borjuis terhadap para produsen komoditi itu memang merupakan keharusan dari produksi komiditi itu sendiri. Hal ini memang diperlukan untuk menunjukkan fakta-fakta tentang apa yang dapat berfungsi sebagai basis bagi tesis (seperti yang dikutip di atas dalam Bagian 1) bahwa perjuangan antara yang punya hak milik dan yang tidak punya hak milik itu telah dan terus berlangsung di mana-mana di Rusia, tidak hanya di penggilingan dan di pabrik, tetapi, bahkan, juga di desa-desa yang paling terpencil sekali pun, dan, bahwa, di mana-mana, perjuangan ini adalah perjuangan antara borjuasi dan proletariat yang muncul sebagai akibat dari ekonomi komoditi. Perpecahan, yaitu, hilangnya kepetanian dari para petani dan para perajin kita, yang dapat dilukiskan secara akurat berkat materi mengagumkan yang disediakan oleh statistik Zemstvo itu, ternyata dapat memberikan bukti faktual akan kebenaran konsepsi kaum Sosial Demokrat yang tepat tentang realitas Rusia itu, yakni, konsepsi bahwa petani dan perajin itu adalah para produsen kecil dalam makna istilah "kategorisnya," yaitu, mempunyai watak borjuis kecil. Tesis ini mungkin dapat disebut sebagai titik pusat dari teori SOSIALISME KELAS PEKERJA yang merupakan lawan dari sosialisme petani sebelumnya, yang tidak memahami baik kondisi ekonomi komoditi di mana para produsen kecil itu hidup, maupun diferensiasi kapitalisnya sebagai akibat dari kondisi ini. Sehingga, oleh karenanya, siapa pun yang ingin secara serius mengkritik kaum Sosial Demokrat ini seharusnya memusatkan argumennya pada masalah ini, dan sekaligus menunjukkan bahwa dari sudut ekonomi politik, Rusia tidak memiliki sistem ekonomi komoditi, bahwa bukan hal ini yang menyebabkan terpecahkan kaum tani, dan bahwa pengambilalihan dari massa penduduk serta eksploitasi terhadap rakyat pekerja itu dapat dijelaskan dengan sesuatu selain dari borjuasi, yaitu, organisasi kapitalis dari ekonomi sosial kita (termasuk petani).
Ya, kalau begitu, cobalah saja, Tuan-Tuan!
Dalam hal ini, ada lagi alasan lainnya tentang mengapa data tentang ekonomi perajin dan petani yang saya pilih untuk diambil untuk memberikan ilustrasi tentang teori kaum Sosial Demokrat itu. Karena, hal ini akan menjadi titik tolak bagi metode materialis di mana saya, ketika mengkritik pandangan "para sahabat rakyat" kita itu, harus berusaha untuk membatasi diri saya sendiri pada upaya untuk mengkontraskan ide-ide mereka dengan ide-ide Marxis. Lagi pula, orang harus menjelaskan ide-ide "Narodnik," menunjukkan basis MATERIAL mereka dalam realitas sosial ekonomi kita yang sekarang ini. Ilustrasi dan contoh ekonomi para perajin dan para petani kita itu menunjukkan apa yang sebenarnya diinginkan oleh para ahli ideologi dari "para sahabat rakyat" kita itu terhadap para "petani" kita ini. Semuanya itu menunjukkan watak borjuis dari ekonomi kita di daerah pedesaan, sehingga, dengan demikian, akan menegaskan ketepatan penggolongan "para sahabat rakyat" kita itu sebagai para ahli ideologi borjuasi kecil. Akan tetapi, hal ini belumlah semuanya, karena mereka juga menunjukkan bahwa memang ada hubungan yang erat antara ide-ide dan program-program dari kaum radikal dengan kepentingan kaum borjuasi kecil. Sehingga, hubungan inilah, yang bahkan akan menjadi lebih jelas setelah dilakukan penelitian yang rinci terhadap program mereka, dan yang juga akan menjelaskan tentang mengapa ide-ide kaum radikal ini begitu tersebar luas di "masyarakat" kita. Secara menakjubkan, hal ini juga akan menjelaskan watak politik yang membudak dari "para sahabat rakyat" kita itu beserta kesiapan mereka untuk melakukan kompromi.
Akhirnya, ada satu alasan lainnya lagi untuk membahas secara rinci tentang ilmu ekonomi dari sisi-sisi kehidupan sosial kita secara tepat di mana kapitalisme itu paling sedikit berkembang dan di mana materi untuk teori-teori itu biasanya ditarik oleh kaum Narodnik. Sebuah studi dan deskripsi tentang ilmu ekonomi ini sebenarnya merupakan jalan yang paling sederhana untuk secara substansial menjawab salah satu dari banyak keberatan yang paling tersebar luas terhadap Sosial Demokrasi yang sekarang sedang beredar di sini. Dengan memulainya dari ide yang biasa bahwa kapitalisme itu bertentangan dengan "sistem rakyat," dan juga dengan melihat bahwa kaum Sosial Demokrat itu menganggap kapitalisme berskala raksasa sebagai progresif, dan bahwa kapitalisme berskala raksasa itulah yang ingin mereka ambil sebagai basis dalam memerangi rezim perampok yang ada sekarang — maka kaum radikal kita pun, tanpa banyak ribut, langsung menuduh kaum Sosial Demokrat sebagai mengabaikan kepentingan massa penduduk petani, dan bahkan sebagai ingin "menempatkan setiap petani Rusia ke dalam periuk pencampur yang bernama pabrik," dsb.
Semua argumen ini sebenarnya didasarkan pada prosedur yang aneh, menakjubkan, dan tidak masuk akal dalam menilai kapitalisme sesuai dengan apa adanya, tetapi ketika menilai keadaan di daerah pedesaan, maka hal itu justru dilakukan sesuai dengan apa yang "mungkin ada." Tentu saja, tidak akan mungkin ada jawaban yang lebih baik terhadap persoalan ini daripada dengan menunjukkan kepada mereka keadaan di daerah pedesaan yang sebenarnya beserta ilmu ekonomi yang sebenarnya pula. Dengan demikian, siapa pun, yang mempelajari ilmu ekonomi ini secara tidak memihak dan secara ilmiah, akan terpaksa mengakui bahwa daerah pedesaan di Rusia itu berupa sistem pasar yang kecil-kecil dan tersebar di sana-sini (atau cabang-cabang kecil dari sebuah pusat pasar), yang mengatur kehidupan sosial dan ekonomi dari distrik-distrik kecil yang terpisah. Dan, dalam setiap distrik ini, kita akan menjumpai semua gejala, yang pada umumnya, bersifat khusus bagi organisasi sosial ekonomi yang alat pengaturnya berupa pasar: Kita akan menjumpai pembagian produsen secara langsung yang bersifat patriarkal, dan yang dulu pernah sederajat, tetapi sekarang menjadi kaya dan miskin. Kita juga akan menjumpai munculnya modal, terutama modal pedagang, yang membuat jaringan untuk mengikat rakyat pekerja dan mengisap darah kehidupan mereka. Apabila Anda membandingkan deskripsi ekonomi petani yang diberikan oleh kaum radikal kita dengan data yang tepat dari tangan pertama tentang kehidupan ekonomi daerah pedesaan, maka Anda akan terkejut karena di sana tidak ada tempat dalam sistem pandangan yang dikritik itu untuk massa pedagang kecil keliling yang jumlahnya banyak sekali itu dan yang berkerumun di dalam setiap pasar ini, yaitu, semua kegiatan tawar-menawar atau apa pun lainnya yang disebut oleh para petani dalam berbagai bahasa setempat yang berbeda-beda, untuk semua massa pengisap kecil yang mendominasi pasar dan secara kasar menindas rakyat pekerja. Mereka biasanya hanya meremehkannya dengan pernyataan — "Mereka ini sudah bukan lagi merupakan petani, tetapi tukang tawar-menawar." Ya, Anda benar sekali: Mereka ini "bukan petani lagi." Tetapi, cobalah untuk memperlakukan semua "pedagang" ini sebagai sebuah kelompok yang nyata, jelasnya, dengan membicarakannya dalam bahasa ekonomi politik yang tepat, karena mereka yang terlibat dalam usaha komersial dan yang, sampai taraf seberapa pun, mengambil tenaga orang lain, berusaha untuk menyatakan dengan angka-angka yang tepat kekuatan ekonomi dari kelompok ini beserta bagian yang dimainkan dalam kehidupan ekonomi seluruhnya dari distrik itu, dan kemudian berusaha untuk memperlakukan semua yang juga "bukan merupakan petani lagi" itu sebagai kelompok lawan, karena mereka membawa tenaga kerja mereka ke pasar, karena mereka bekerja untuk orang lain dan bukan untuk diri mereka sendiri — berusaha untuk memenuhi syarat dasar dari penyelidikan yang serius dan tidak memihak sehingga Anda akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang diferensiasi borjuis seperti itu bahwa jejak dari mitos tentang "sistem rakyat" itu pun tidak akan ada. Massa dari para pengisap kecil di daerah pedesaan ini sebenarnya mewakili kekuatan yang mengerikan. Dan, memang istimewa mengerikannya karena mereka bahkan menindas satu orang pekerja pun di tempat yang terpencil sekali pun, karena mereka mengikatnya pada tangan mereka dan mencabutnya dari semua harapan pembebasannya. Dan, memang mengerikan karena eksploitasi ini, mengingat kebiadaban di daerah pedesaan yang disebabkan oleh watak sistem produktivitas tenaga kerja yang dilukiskan sangat rendah dan juga oleh tidak adanya komunikasi. Sehingga semuanya itu tidak hanya membuat terjadinya perampokan terhadap tenaga kerja, tetapi juga penyalahgunaan khas Asia terhadap martabat manusia yang selalu dijumpai di daerah pedesaan. Sekarang, apabila Anda membandingkan daerah pedesaan yang nyata ini dengan kapitalisme kita, maka Anda akan memahami mengapa kaum Sosial Demokrat menganggap pekerjaan kapitalisme kita itu sebagai progresif karena mampu menarik pasar yang kecil-kecil dan tercerai-berai itu menjadi satu pasar sebesar bangsa ini, karena, sebagai pengganti bala tentara yang banyak sekali dari para pengisap darah kecil yang bermaksud baik itu, mampu menciptakan segelintir "tiang raksasa ibu pertiwi," karena mampu mensosialisasikan tenaga kerja dan meningkatkan produktivitasnya, karena mampu menghancurkan subordinasi rakyat pekerja di bawah para pengisap darah dari daerah setempat dan menempatkan mereka ke bawah modal berskala raksasa. (subordinasi = kedudukan di bawah perintah orang lain) Subordinasi ini sifatnya progresif jika dibandingkan dengan yang sebelumnya — meskipun semua kengerian ada di sana, seperti penindasan terhadap tenaga kerja, pemusnahan secara perlahan-lahan, brutalisasi atau kekejaman, dan pelumpuhan terhadap tubuh wanita dan anak-anak, dsb. — karena semuanya itu justru akan MEMBANGKITKAN PIKIRAN PARA PEKERJA, akan mengubah ketidakpuasan yang bodoh dan tidak keruan menjadi protes yang sadar, akan mengubah pemberontakan yang remeh, tidak ada artinya, dan tercerai-berai, menjadi perjuangan kelas yang terorganisir untuk emansipasi semua rakyat pekerja, suatu perjuangan yang mendapatkan kekuatannya dari kondisi yang sebenarnya dari keberadaan kapitalisme berskala raksasa, sehingga, karenanya, tidak disangsikan lagi, akan ada harapan untuk mendapatkan SUKSES TERTENTU.
Sebagai jawaban terhadap tuduhan mengabaikan massa kaum tani, kaum Sosial Demokrat akan sangat dibenarkan untuk mengutip kata-kata Karl Marx:
"Pengkritik itu telah memetik bunga-bunga khayal yang menghiasi rantai, bukannya orang itu harus memakai belenggunya yang gundul tanpa hiasan khayal, tetapi ia harus melemparkan rantai itu dan menjangkau bunga hidup yang sebenarnya." [72]
Dari daerah pedesaan kita, kaum Sosial Demokrat Rusia sedang memetik bunga-bunga khayal yang menghiasinya, memerangi idealisasi dan fantasinya, dan melaksanakan pekerjaan menghancurkan, sehingga mereka menjadi begitu dibenci oleh "para sahabat rakyat" kita, bukan supaya massa kaum tani itu akan tetap ada dalam keadaan mereka yang tertindas, secara perlahan-lahan musnah dan diperbudak, tetapi supaya proletariat itu dapat memahami jenis rantai apa yang di mana-mana membelenggu rakyat pekerja, supaya mereka dapat memahami bagaimana rantai ini ditempa, sehingga mereka mampu bangkit untuk melawannya, untuk melepaskan dan melemparkannya, dan menjangkau bunga yang sebenarnya.
Ketika mereka membawa ide-ide ini kepada para wakil rakyat pekerja yang berdasarkan kedudukan mereka sendiri mampu mendapatkan kesadaran kelas mereka dan melancarkan perjuangan kelas, maka mereka pun dituduh ingin menempatkan setiap petani Rusia ke dalam periuk pencampur yang bernama pabrik itu.
Dan siapakah para penuduh itu?
Rakyat yang mendasarkan harapan mereka untuk emansipasi rakyat pekerja dalam "pemerintahan" dan dalam "masyarakat" itu, yaitu, dalam semua organ milik borjuasi itu sendiri yang di mana-mana telah membelenggu rakyat pekerja!
Dan, makhluk-makhluk tak bertulang belakang ini memiliki kecongkakan untuk berbicara bahwa kaum Sosial Demokrat itu tidak punya apa-apa yang ideal!
Marilah kita sekarang lanjutkan ke program politik "para sahabat rakyat" itu, ke mereka yang pandangan teoritisnya, kita anggap, telah kita bahas dalam waktu yang terlalu banyak. Dengan cara apakah mereka mengusulkan untuk "memadamkan kebakaran" itu? Jalan keluar apakah yang mereka usulkan untuk menggantikan jalan keluar, yang telah disusulkan oleh kaum Sosial Demokrat, tetapi telah mereka nyatakan sebagai salah itu?
[1] Satu-satunya masalah lainnya yang harus dipelajari adalah masalah berikut ini: "Darinya mungkin dapat berkembang industri rakyat yang sejati (Begitukah!)," kata Tuan Krivenko. Tipu muslihat yang umum dari "para sahabat rakyat" ini adalah pengucapan ungkapan-ungkapan kosong dan tidak ada artinya dan bukannya memberikan gambaran realitas yang tepat dan langsung.
[2] Pekerjaan yang paling besar di Pavlovo adalah menghasilkan barang bernilai 900.000 rubel dari hasil keseluruhan sebesar 2.750.000 rubel.
[3] Yaitu: untuk pedagang yang memasok para perajin dengan bahan-bahan dan membayar mereka dengan upah biasa untuk tenaga kerja mereka.
[4] Para ahli ekonomi yang mengecualikan Rusia, dan yang mengukur kapitalisme Rusia itu dengan jumlah buruh pabriknya (Begitukah!), tanpa melalui upacara telah menggolongkan rakyat pekerja ini, dan orang banyak yang seperti mereka ini, sebagai bagian dari penduduk daerah pertanian, yang tidak menderita karena memikul beban penindasan modal, tetapi karena tekanan secara artifisial yang dikenakan pada "sistem rakyat" itu (???!!)
[5] Sistem domestik pada produksi berskala raksasa ini tidak hanya merupakan sistem kapitalis, tetapi juga merupakan jenis yang paling buruk dari sistem kapitalis, di mana eksploitasi yang paling hebat terhadap rakyat pekerja itu dikombinasikan dengan kesempatan minimum bagi para pekerja untuk memperjuangkan emansipasi mereka.
[6] Yang dimaksud dengan pekerja dalam "perusahaan keluarga," sebagai lawan dari pekerja upahan, adalah para anggota keluarga yang bekerja dan sekaligus merupakan anggota keluarga dari para majikan itu.
[7] Hasil tahunan per pekerja dalam Kelompok I adalah 251 rubel, dalam Kelompok II — 249, dalam Kelompok III — 260.
[8] Perbandingan dari perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja upahan adalah 25% dalam Kelompok I, 90% dalam Kelompok II, dan 100% dalam Kelompok III. Sedangkan perbandingan dari pekerja upahan adalah secara berturut-turut 19%, 58% dan 91%.
[9] Kelompok I, yang terdiri atas 72% dari seluruh jumlah perusahaan, membukukan 34% dari hasil produksi seluruhnya. Kelompok II — 18% perusahaan, 22% dari hasil produksi. Kelompok III — 10% dari perusahaan, 44% dari hasil produksi.
[10] Hal ini nyaris tidak benar untuk industri-industri di Gubernia Moskow, tetapi, mungkin, dapat benar juga, untuk industri-industri lainnya di Rusia yang masih belum berkembang itu.
[11] Meskipun contoh ini berkaitan dengan hancurnya kaum tani, yang keadaannya sudah banyak diperbincangkan, tetapi saya masih menganggapnya perlu untuk menganalisis data mereka sendiri agar supaya dapat menunjukkan secara jelas betapa bohong dan jahatnya pernyataan yang menyebutkan bahwa kaum Sosial Demokrat itu tertarik bukan pada kenyataan yang ada, tetapi pada "peramalan masa depan," dan betapa palsunya metode-metode yang digunakan oleh "para sahabat rakyat" itu ketika dalam perdebatan mereka dengan kita itu, mereka justru mengabaikan substansi pandangan kita dan bahkan membuangnya dengan ungkapan-ungkapan yang tidak ada artinya itu.
[12] Laporan Statistik untuk Gubernia Voronezh, Jilid II, Bagian II. Kegiatan Pertanian Petani di Uyezd Ostrogozhsk, Voronezh, 1887. Anggaran belanja yang diberikan di sini ini ada di lampiran di hal. 42-49, sedangkan analisisnya ada di Bab XVIII: "Komposisi dan Anggaran Belanja Rumah Tangga Petani."
[13] Tidak dapat disangsikan lagi, tanah pertanian milik petani yang hidup hanya dari hasil pertanian dan mempekerjakan seorang buruh itu akan jelas berbeda jenisnya dari tanah pertanian milik petani yang hidup sebagai buruh tani dan memperoleh tiga perlima dari nafkahnya melalui pekerjaan buruh tani. Dan di kalangan petani yang berjumlah 24 orang ini, juga terdapat kedua jenis itu. Sekarang Anda dapat menilainya sendiri tentang jenis "ilmu pengetahuan" yang akan dihasilkan apabila kita mengumpulkan dan menyatukan buruh tani dan petani yang mempekerjakan buruh tani itu, dan kemudian menggunakan angka rata-ratanya yang umum!
[14] Fluktuasi dalam besarnya ukuran keluarga secara rata-rata ini ternyata jauh lebih kecil, yaitu: a) 7.83, b) 8.36, dan c) 5.28 orang per keluarga.
[15] Perbedaan ini masih jauh lebih besar dalam nilai alat-alat yang dimiliki. Rata-rata mencapai 54-83 rubel per rumah tangga. Tetapi, di kalangan [bersambung ke hal. 222 — DJR] para petani kaya, nilai itu adalah dua kali lipat besarnya, yaitu, sebesar 111,80 rubel, dan di kalangan para petani miskin hanya mencapai seper tiga jumlahnya, yaitu, sebesar 16,04 rubel. Sedangkan di kalangan para petani menengah, besarnya mencapai 48,44 rubel.
[16] Memang menarik untuk dicatat bahwa anggaran belanja buruh tani, yang dua dari tujuh petani miskinnya justru tidak menunjukkan defisit sedikit pun: Pendapatan 99 rubel dan pengeluaran 93,45 rubel per keluarga. Salah seorang buruh taninya bahkan ada yang diberi makan, pakaian, dan sepatu, oleh majikannya.
[17] Lihat Lampiran I
[18] Para petani dari Gubernia Voronezh membiarkan dirinya bekerja menjadi buruh upahan pada orang-orang Cossack yang kaya di Doulowland untuk menyiapkan makanan ternak. — Ed. Edisi Inggris.
[19] Tentu saja, saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa data untuk 24 tanah pertanian itu saja sudah cukup untuk membantah tesis bahwa kaveling atau jatah tanah memiliki arti yang utama. Meskipun demikian, di atas, kami telah mengutip data untuk beberapa uyezd yang sepenuhnya telah membantahnya. [68]
[20] Perbandingan dari 24 rumah tangga yang khas dengan kategori-kategori tanah pertanian untuk seluruh uyezd itu telah dibuat dengan metode yang sama dengan yang digunakan oleh Tuan Shcherbina untuk membandingkan rata-rata 24 tanah pertanian dengan kelompok-kelompok yang didasarkan pada ukuran besarnya jatah tanah.
[21] Dan bahkan hal ini akan nyaris menjadi tidak benar, karena kemerosotan itu menunjukkan hilangnya stabilitas dengan begitu saja untuk sementara, sedangkan para petani menengah, seperti yang telah kita lihat, selalu ada dalam keadaan tidak stabil, dan di ambang kehancuran.
[22] Perhitungan yang cukup kompleks diperlukan untuk sampai pada pendapatan berupa uang dari bidang pertanian (yang tidak diberikan oleh Shcherbina). Dalam hal ini, yang perlu dikeluarkan dari seluruh pendapatan dari panen itu adalah pendapatan yang berasal dari jerami dan sekam atau dedak, yang menurut pengarang kita digunakan sebagai makanan ternak. Pengarang kita sendiri juga mengeluarkannya dalam Bab XVIII, tetapi hanya untuk angka-angka keseluruhan dari uyezd itu, dan bukannya untuk 24 rumah tangga yang diberikan. Dengan mengambil angka-angkanya secara keseluruhan, maka saya dapat menentukan perbandingan pendapatan dari biji-bijian (yang dibandingkan dengan seluruh pendapatan dari tanaman pangan, yaitu, baik dari biji-bijian maupun dari jerami dan sekam atau dedak) dan dengan dasar ini saya juga mengeluarkan jerami dan sekam atau dedak itu untuk kasus yang sekarang ini. Perbandingan ini adalah sbb.: untuk gandum hitam 78.98%, untuk gandum 72.67%, untuk oat (havermout) dan barley (gerst) 73.32% dan untuk jawawut dan sorgum 77.78%. Jumlah biji-bijian yang dijual pada waktu itu ditentukan dengan mengeluarkan jumlah yang dikonsumsi di tanah pertanian itu sendiri.
[23] "Pekerja harus dibayar murah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya," kata Tuan Krivenko secara sangat tepat dalam bagian tulisannya yang sama.
[24] Tuan Yuzhakov, bagaimana ini! Inilah rekan Anda yang mengatakan bahwa "orang-orang yang berbakat" menjadi "para pengisap darah," sedangkan Anda telah berusaha untuk meyakinkan kami bahwa orang dapat menjadi demikian hanya karena mereka mempunyai "pikiran yang tidak kritis." Itu tidak akan bisa, Tuan-Tuan, mengkontradiksikan satu sama lain seperti ini dalam satu majalah yang sama!
[25] Kalau saja para pekerja pabrik masih belum mampu memahami ide tentang perjuangan kelas proletariat melawan borjuasi, sementara para buruh tani yang "berhati sederhana dan berpikiran sederhana" di daerah pedesaan itu, yaitu, rakyat yang benar-benar telah kehilangan kualitas mempesona yang begitu erat terikat dengan "basis yang sudah ada sejak dulu kala" dan "jiwa serta semangat masyarakat," ternyata juga masih belum mampu — maka hal itu hanyalah membuktikan kebenaran teori kaum Sosial Demokrat tentang peranan yang progresif dan revolusioner dari kapitalisme Rusia.
[26] Belum lagi kalau disebutkan tentang kemustahilan ide yang menyatakan bahwa para petani dengan jatah tanah yang sama itu juga sama dan tidak terbagi menjadi "para pengisap darah" dan "para buruh tani."
[66] Yuridichesky Vestnik (Utusan Resmi) — yaitu, majalah bulanan, dengan kecenderungan borjuis-liberal, diterbitkan di Moskow dari tahun 1867 sampai 1892.
[67] Manifesto yang menghapuskan perhambaan di Rusia ditandatangani oleh Kaisar Alexander II tanggal 19 Pebruari 1861.
[68] Data untuk beberapa uyezd, yang berkenaan dengan diferensiasi kaum tani, dan yang disebutkan oleh V. I. Lenin, telah dimasukkan ke dalam bagian kedua dari Siapa "Sahabat Rakyat" (yang sayangnya, masih juga belum ditemukan sampai sekarang ini).
Dalam tulisannya, Perkembangan Kapitalisme di Rusia, Lenin mengupas persoalan ini secara rinci terutama dalam bab dua: "Diferensiasi Kaum Tani."
[69] Para petani tanah negara dengan kepemilikan tanah seperempat — yaitu, nama yang diberikan di Rusia jaman kaisar untuk kategori bekas petani tanah negara, keturunan tentara dengan pangkat rendah yang dalam abad ke-16 sampai ke-17 tinggal secara menetap di tanah perbatasan negara bagian Muscovy. Atas pengabdian mereka dalam menjaga daerah perbatasan negara itu, para pemukim ini (baik dari suku Kozak, dari pasukan senapan, dari perajurit biasa, dsb.) diberi hak memanfaatkan petak-petak tanah kecil, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya. Luas petak tanah semacam itu besarnya disebut seperempat [11,35 acre/45.933,45 m2/4,5 hektar]. Sejak tahun 1719, para pemukim seperti itu disebut odnodvortsi [yaitu, mereka yang hanya memiliki tanah dan rumahnya]. Dulu, mereka menikmati berbagai macam hak istimewa dan berhak untuk memiliki petani-petaninya sendiri. Tetapi, selama abad ke-16, mereka berangsur-angsur kehilangan hak-hak ini, sehingga mereka pun kemudian merosot kedudukannya menjadi petani biasa. Melalui peraturan tahun 1876, petak-petak tanah seperempat ini diakui sebagai hak milik perseorangan dari para bekas odnodvortsi (petani dengan petak tanah seperempat) beserta keturunannya.
[70] Di sini, dan di bagian lain dari jilid yang sekarang ini, V. I. Lenin mengutip dari karya I. A. Hourwich, Ekonomi Desa Rusia, yang diterbitkan di New York tahun 1892. Terjemahannya dalam bahasa Rusia dari buku ini muncul tahun 1896. Lenin sangat menghargai buku Hourwich ini yang berisi bahan faktual yang tak ternilai harganya.
[71] Kolupayev dan Derunov — yaitu, jenis-jenis kapitalis buas yang dilukiskan dalam karya pengarang satire Rusia, M. Y. Saltykov-Shchedrin.
[72] V. I. Lenin mengutip dari karya Karl Marx, Kritik terhadap Filsafat Hukum Hegel (Lihat Marx-Engels, Gesamtausgabe, Bd. I, Abt. 1, Erster Halbband, S. 608 2 bas.)