Sumber: Bintang Merah Nomor Spesial, "Maju Terus" Jilid I. Kongres Nasional Ke-VII (Luar Biasa) Partai Komunis Indonesia. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1963.
Kongres yang mulia, kawan-kawan yang tercinta,
Saya menyatakan persetujuan sepenuhnya terhadap Laporan Umum Kawan Ketua D.N. Aidit, terhadap pidato pengantar Kawan Wakil Ketua I, M.H. Lukman, dan pidato pengantar Kawan Wakil Ketua II, Njoto.
Kongres kita ini dinamakan Kongres Luar Biasa oleh karena berlangsung lebih cepat daripada penetapan Konstitusi; tetapi dalam jangka waktu 2½ tahun ini terdapat banyak kejadian di dalam maupun di luar negeri, di dalam maupun di luar Partai, yang tidak pula kurang luar biasanya kalau ditinjau dari sudut perjuangan yang dilakukan oleh Partai kita untuk melaksanakan putusan-putusan Kongres Nasional ke-6 yang jaya. (Tepuk tangan). Dengan tepat Laporan Umum menyimpulkan bahwa achievement atau prestasi yang paling berharga yang diperoleh kaum Komunis Indonesia selama periode itu ialah:
PKI tetap tegak dan makin besar! (“Hidup!” Tepuk tangan).
Penyimpulan ini menggambarkan betapa sengitnya pergulatan yang dialami Partai selama waktu yang ditinjau.
Kawan-kawan!
Saya yakin kawan-kawan semua akan sependapat dengan saya jika pada prestasi itu ditambahkan prestasi lain, yaitu: Dengan pimpinan yang teguh, bijaksana dan fleksibel dari CC yang diketuai oleh Kawan D.N. Aidit PKI membela dengan gemilang panji-panji Marxisme-Leninisme dalam melaksanakan tugas-tugas sejarahnya baik secara nasional maupun secara internasional! (“Acc!” Tepuk tangan). Prestasi-prestasi yang telah dicapai oleh Partai kita selama 2½ tahun ini mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan Marxisme-Leninisme di tanah air kita.
Di dalam negeri, bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan demokratis lainnya. Partai kita telah terus-menerus melakukan ofensif-Manipol yang membikin kucar-kacir pertahanan kaum reaksi, sehingga lebih memperkuat kedudukan berinisiatif Partai, memperbesar kepercayaan massa rakyat dan mempertinggi kemampuan memimpin dari Partai.
Mengenai Gerakan Buruh Internasional dan Gerakan Komunis Internasional kaum kapitalis monopoli internasional yang makin mendongkol melihat kemenangan-kemenangan Sosialisme, berusaha keras memberikan tekanan-tekanan yang semakin berat, tidak hanya di lapangan politik, ekonomi, dan militer, tapi juga di lapangan ideologi untuk memperbudak rakyat pekerja. Partai kita selama ini telah mengambil bagian secara aktif dalam perjuangan di front ideologi, berjuang untuk membebaskan massa dari pengaruh revisionisme modern Yugoslavia yang jahat dan membela dengan sekuat tenaga persatupaduan Partai-Partai Komunis dan Partai Buruh berdasarkan Marxisme-Leninisme, berdasarkan solidaritas internasionalisme proletar. (Tepuk tangan).
Kongres yang mulia!
Akibat dari lebih intensifnya pendidikan Marxisme-Leninisme di dalam Partai, maka taraf teori dan ideologi Partai telah dipertinggi dan diperkuat, demikian Laporan Umum. Apakah yang diartikan dengan mengintensifkan pendidikan Marxisme-Leninisme? Mengintensifkan pendidikan Marxisme-Leninisme tidak hanya meratakan ajaran-ajaran fundamental Marxisme-Leninisme yang selama ini dikenal dengan mata pelajaran-mata pelajaran Filsafat Marxis, Ekonomi Politik Marxis, dan GBI (Gerakan Buruh Internasional), tetapi terutama sekali, lebih mengenakan ajaran-ajaran teori itu kepada sasarannya, yaitu kepada praktek Revolusi Indonesia. Dengan demikian menjadi jelas pulalah kedudukan yang menentukan dari mata pelajaran SRI. Jika pada periode Plan 3 Tahun Pertama, di Sekolah-Sekolah Partai diberikan hanya Soal-Soal Pokok Revolusi, maka pada Plan 3 Tahun Kedua mata pelajaran ini di tingkat Sekolah-Sekolah Central telah diperluas menjadi pelajaran Soal-Soal Revolusi Indonesia, jadi tidak hanya pokok-pokoknya saja lagi. Ini merupakan suatu kemajuan, yang sesuai dengan kebutuhan praktek revolusi kita, sesuai pula dengan bertambahnya kemampuan Partai menguasai masalah-masalah yang pelik dari revolusi kita.
Pengertian yang lebih luas dan mendalam dari sasaran pendidikan dan pelajaran itu, sudah dengan sendirinya mendorong seluruh pelajaran teori mata pelajaran-mata pelajaran lainnya mengikuti jejak SRI itu, artinya makin luas dan makin dalam.
Saya kira, tidaklah mengherankan bahwa PKI-lah yang harus paling menguasai soal-soal revolusi Indonesia, sebab dari semua kelas dan golongan yang paling berkepentingan untuk memenangkan revolusi Indonesia adalah kaum buruh dan tani. Itulah sebabnya mengapa PKI tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap macam-macam pandangan sosialis yang tersebar tahun-tahun belakangan ini di tanah air kita. Pandangan sosialisme yang beraneka ragam itu, tidak hanya banyak yang tidak ilmiah, bahkan ada yang beracun, tetapi di lain pihak tidak sedikit juga yang mengandung unsur-unsur positif sebagai akibat kemajuan-kemajuan yang diperoleh Sosialisme-ilmu di tanah air kita dan di seluruh dunia. Dengan adanya kuliah umum Kawan D.N. Aidit di depan Akademi Ilmu Sosial Aliarcham yang berbunyi “Sosialisme Indonesia dan Syarat-Syarat Pelaksanaannya” – teks kuliah umum itu sekarang sudah dibukukan – PKI secara ilmiah mengupas masalah Sosialisme Indonesia, sehingga massa rakyat dapat menarik garis pemisah yang tegas antara Sosialisme yang ilmiah dan bukan ilmiah, antara Sosialisme yang progresif dan yang reaksioner. Ini adalah suatu hasil besar dari Partai kita di front ideologi, merupakan pukulan berat bagi tukang-tukang jual obat ideologi (tawa…… tepuk tangan) dari kaum borjuis dan feodal dalam usaha-usahanya untuk merusak ideologi proletar dengan menjajakan berbagai macam “Sosialisme” yang palsu.
Tetapi kita tidak boleh berhenti sampai di sini, sebab berhenti berarti lepas dari perkembangan. Sedang perkembangan keadaan di negeri kita berlangsung sangat cepat. Hari-hari ini umpamanya, kita saksikan pelaksanaan secara berangsur-angsur dari tuntutan rakyat untuk ikut serta di bidang produksi dan distribusi, dan dengan pembentukan Dewan-Dewan Perusahaan, Dewan-Dewan Produksi Pertanian dan Dewan-Dewan Pengawas Distribusi, di mana diikutsertakan wakil-wakil dari organisasi-organisasi buruh, tani, dan ormas-ormas rakyat lainnya. Kemenangan-kemenangan baru itu menghadapkan kelas buruh Indonesia di bidang pendidikan pada kewajiban-kewajiban baru yang 2 tahun yang lalu sudah digambarkan oleh Sidang Pleno ke-2 CC, yaitu mendidik ahli-ahli di berbagai bidang, mencetak dalam jumlah yang besar ahli-ahli dalam filsafat, sosial-politik, soal nasion dan suku bangsa, sejarah, pendidikan, hukum, soal-soal internasional, dan lain-lain. (Tepuk tangan). Lihatlah betapa banyaknya yang masih harus kita kerjakan untuk menyesuaikan organisasi kita dengan perkembangan situasi.
Dalam pada itu Laporan Umum Kawan Ketua D.N. Aidit mensinyalir tentang terdapatnya kekurangan serius di bidang pelaksanaan plan pendidikan Partai, yaitu bahwa di tiap tingkat Comite, kita ketinggalan dalam memproduksi tenaga-tenaga Guru Sekolah Partai. Kawan Aidit menekankan, bahwa kunci daripada kunci “Gerakan 4 Meningkat” dalam melaksanakan bagian terakhir Plan 3 Tahun Kedua adalah meratakan SP dan KR. Untuk itu kita memerlukan ratusan atau ribuan tenaga Guru. Tanpa Guru-Guru, Sekolah-Sekolah Partai akan macet, sedang hanya dengan berbasiskan pendidikan Partai itu sajalah dapat dicetak ahli-ahli Partai dalam bermacam-macam jurusan yang berjiwa sosialis.
Oleh sebab itu, tidak ada jalan lain, kecuali Comite-Comite dan Fraksi-Fraksi harus benar-benar lebih berani mempromosikan kader supaya dengan demikian dapat mengkhususkan lebih banyak tenaga di bidang pendidikan. Sekali lagi saya ingin menekankan tentang mendesaknya tugas ini.
Kawan-kawan!
Laporan Umum dalam mengupas pelaksanaan Plan menarik suatu pelajaran yang amat penting, yaitu, bahwa di mana “Kader-kader bersikap benar, aktif, dan ofensif dalam ideologi”, di sana Plan berjalan baik dan kesulitan-kesulitan dapat diatasi pada waktunya; di sana kesulitan hidup dan kekangan demokrasi tidak menjadi momok yang menakut-nakutkan, melainkan menjadi cambuk untuk terus maju dan tidak tidak menyerah. (Tepuk tangan). “Kader-kader bersikap benar, aktif, dan ofensif dalam ideologi” atau semboyan “5 Lebih” dengan tepat sekali menggambarkan militansi dari moral Komunis. Inilah yang mematahkan semangat pengikut-pengikut PRRI-Permesta di Sumatera dan di Sulawesi, inilah yang membikin takut setengah mati kekuatan reaksi di Nusa Tenggara dan di mana-mana di seluruh tanah air; inilah yang menggagalkan “eksperimen tiga Selatan”; inilah kuncinya mengapa PKI di seluruh tanah air tetap tegak dan makin besar! (Tepuk tangan). Saya kira ini adalah pembuktian tentang benarnya garis ideologi dan tentang berkuasanya ideologi yang benar itu di dalam Partai kita.
Sikap ofensif di dalam front ideologi itu juga membantu Partai kita dalam melaksanakan tugas-tugas internasionalnya. Pernyataan 81 Partai Komunis dan Partai Buruh di Moskow bulan November 1960 mengingatkan kaum Komunis seluruh dunia, bahwa “kelas pengisap berikhtiar melawan sukses-sukses Sosialisme dengan memberikan tekanan ideologi yang semakin besar pada rakyat, dalam usahanya supaya massa tetap diperbudak secara spiritual oleh ideologi borjuis. Kaum Komunis menganggap sebagai tugas ideologi, berjuang untuk membebaskan massa rakyat dari segala macam dan bentuk belenggu spiritual ideologi borjuis, termasuk pengaruh reformasi yang jahat”.
Perjuangan kaum Komunis di front ideologi itu telah melahirkan gerakan anti-imperialisme yang makin luas dan makin kuat di tanah air kita dan di seluruh dunia, dan telah dimahkotai oleh Konferensi A-A pada tahun 1955 di Bandung dan oleh KTT non-blok pada tahun 1961. Seperti diketahui, di dalam KTT non-blok itu terdapat pertarungan yang sengit antara berbagai ideologi, yaitu antara ideologi borjuis yang tidak hendak mempersoalkan gerakan kemerdekaan nasional dan mempunyai konsepsi untuk melempangkan jalan bagi perkembangan politik neo-kolonialisme, revisionisme modern yang memimpikan lahirnya suatu blok … di bawah pimpinannya dan dengan begitu hendak memutuskan hubungan antara gerakan kemerdekaan nasional dengan kubu sosialis, dan ide-ide yang maju, demokratis dan cinta kemerdekaan yang dijurubicarai oleh delegasi Indonesia di bawah pimpinan Presiden Sukarno yang melancarkan ofensif dengan bertolak dari kerangka ke-3 Manipol. Kesudahannya ialah, konsepsi pencipta-pencipta “perang dingin” dan neo-kolonialisme mengalami kegagalan total, (tepuk tangan) sedang mimpi dari kaum revisionisme modern tinggal mimpi terus. (Tepuk tangan). Setelah melalui pertempuran yang cukup sengit, akhirnya konferensi non-blok menerima ide-ide maju yang melengkapi “prinsip-prinsip Bandung” dan berkumandanglah seruan yang penuh semangat, seruan kebangkitan dari “new emerging forces” untuk melawan “the old established forces” (tepuk tangan) yang mengingatkan kita kaum Komunis Indonesia pada salah satu semboyan baku Kongres Nasional ke-6, yaitu “Perkuat front internasional anti-kolonial dan cinta damai”, dan mengingatkan kaum Komunis di seluruh dunia pada semangat Pernyataan 81 Partai Komunis dan Buruh tahun 1960. Ini adalah hasil ofensif-Manipol, ini adalah hasil kesetiaan kaum Komunis Indonesia melaksanakan putusan Kongres Nasional ke-6, ini adalah kemenangan dari ofensif Marxisme-Leninisme dan suatu pukulan yang hebat bagi kaum revisionis modern! (Tepuk tangan). Sebab itu kita harus berpegang teguh pada “kader-kader bersikap benar, aktif, dan ofensif dalam ideologi”.
Kawan-kawan yang tercinta!
Laporan Umum Kawan D.N. Aidit juga menarik perhatian kita betapa tepatnya masalah tak terpisahkannya teori dengan ideologi. Laporan Umum itu menjelaskan “……… lebih intensifnya pendidikan Marxisme-Leninisme di dalam Partai dan diratakannya pelajaran filsafat, telah sangat memperkuat ideologi Partai”. Jadi teori dan ideologi tidaklah merupakan dua persoalan yang berlainan, lebih-lebih tidak merupakan dua soal yang lepas satu sama lain. Apa yang diartikan dengan ideologi Partai yang kuat? Laporan itu menjelaskan: bertambah kuatnya disiplin Partai, lebih mungkin mencegah penyelewengan-penyelewengan dari garis massa di lapangan politik, tidak menempatkan kepentingan diri di atas kepentingan rakyat dan Partai, meresapnya garis politik front nasional, keluwesan (fleksibelitas) yang tinggi dalam menjaga kebebasan Partai dan makin kuatnya persatuan di dalam Partai. Inilah tanda-tanda dari ideologi Partai yang kuat, yang menurut Laporan itu, hanya dapat diperoleh dengan intensitas yang meninggi dari pelajaran teori-teori Partai. Hal ini perlu diperhatikan, sebab masih ada pendapat yang keliru yang tidak hanya tidak melihat hubungan melainkan cenderung memisahkan teori dan ideologi. Seolah-olah bisa terjadi seorang kader kuat dalam teori tetapi bersamaan dengan itu ia lemah dalam ideologi, dan seolah-olah bisa seorang anggota kuat dalam ideologi tetapi lemah di dalam teori. Ada pula kecenderungan yang membikin ideologi Partai pertama-tama milik dari anggota-anggota yang berasal dari buruh, sedang teori Partai pertama-tama menjadi urusan dari anggota-anggota yang berasal dari kaum intelektual. Pendapat yang sedemikian adalah keliru dan akan membawa cara pengurusan kader yang tidak mungkin tepat. Pandangan yang keliru dalam hal ini bisa menjadi sumber liberalisme dalam pengurusan kader, yaitu, bagi kader-kader yang berasal dari buruh kurang diurus ideologi mereka, sebab dianggap ideologi mereka sudah cukup atau memadai; bagi kader-kader intelektual kurang diurus pendidikan teorinya, sebab dianggap taraf teori mereka sudah cukup dengan sendirinya; atau terhadap kader-kader buruh bersikap liberal dalam pendidikan teori – memaafkan mereka jika tidak giat belajar, jika tidak mengikuti literatur Partai –; dan terhadap kader-kader intelektual bersikap liberal dalam pendidikan ideologi – memaafkan mereka kalau kurang gigih melaksanakan putusan-putusan Partai atau jika lemah dalam moral! Sekali lagi, teori dan ideologi adalah dua hal yang berpangkal sama dan bertujuan sama, dua segi dari satu kesatuan. Seseorang hanya bisa kuat ideologi jika ia dengan penuh kesadaran melakukan semua pekerjaan Partai dan memahami dasar-dasar teori dari semua aktivitasnya selaku anggota. Seseorang tidak mungkin kuat dalam teori jika ia terlepas dari praktek revolusioner, sebab tak akan mungkin menangkap atau merasakan secara mendalam hakikat dari sesuatu masalah jika tidak melalui latihan-latihan ideologi yang berkali-kali.
Kawan-kawan yang tercinta! Kongres yang mulia!
Laporan Umum Kawan D.N. Aidit memperkaya perbendaharaan Marxisme-Leninisme dengan mengetengahkan suatu problem teoretis yang sekaligus dengan tepat sekali memberikan pemecahannya. Laporan itu mempersoalkan bagaimana semestinya sikap kelas proletar terhadap suatu pemerintahan yang bukan pemerintahan kelasnya yang ternyata tidak mampu memecahkan kesulitan-kesulitan ekonomi, tetapi bersamaan dengan itu, pemerintah dalam batas-batas tertentu menjalankan politik yang anti-imperialis dan membatasi kekuasaan tuan tanah. Laporan itu memberikan kesimpulan sebagai berikut: “Kaum Komunis tidak boleh bersikap pasif melihat kemerosotan di bidang ekonomi sebab kapan saja dan di mana saja kaum Komunis tidak mungkin membiarkan penderitaan rakyat terus memuncak. Sebab itu kaum Komunis aktif mengajukan kritik-kritik bersahabat disertai dengan usul-usul yang konstruktif. Tidak hanya itu, kaum Komunis juga melancarkan berbagai macam gerakan untuk mengatasi kesulitan di bidang produksi dan distribusi. Ini semua dilakukan karena Pemerintah Indonesia, terutama Presiden Sukarno sebagai kepalanya melawan imperialisme. Sikap ini sekali-kali tidak berarti bahwa PKI turut bertanggung jawab terhadap semua tindakan Pemerintah dan terutama terhadap ketidakmampuannya untuk memecahkan kesulitan-kesulitan ekonomi. Selanjutnya kaum Komunis tidak boleh berterus-terang kepada rakyat dan harus menjelas-jelaskan sumber-sumber pokok dari ketidakmampuan Pemerintah itu. Harus makin diyakini rakyat bahwa jalan untuk mengatasi kesulitan itu ialah pembentukan Kabinet Gotong-Royong yang menjalankan politik anti-imperialisme dan anti-feodalisme yang konsekuen”. Ini adalah perumusan yang jernih tentang sikap proletariat Indonesia dalam menghadapi situasi rumit seperti sekarang ini.
Dalam hubungan ini ada baiknya kita menarik pelajaran dari pandangan yang keliru yang pernah terdapat di kalangan sementara kader yang sekarang telah dilempangkan. Kawan-kawan itu berpendapat, bahwa Partai kitalah yang harus bertanggung jawab atas kemerosotan tingkat hidup rakyat dewasa ini. Partai disalahkan terlampau mengalah dalam menjalankan politik front persatuan nasional dan sudah semakin jauh dari massa; bahkan penyesalan terhadap Partai itu demikian besarnya, sehingga menempatkan Partai dalam bangku pesakitan. (Tawa). Di manakah letak kekeliruan pandangan ini? Mereka mengertikan secara keliru pendirian Partai, yaitu “Nasib rakyat adalah nasib kaum Komunis”, dan bahwa, “kaum Komunis itu harus berani bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang menyangkut urusan rakyat”, mereka itu mengertikan secara keliru mengenai “berdiri di barisan depan dalam membela tuntutan-tuntutan sosial, ekonomi, politik, dan kultural daripada rakyat”. Bahkan beberapa kader yang pada saat sama amat tingginya harga beras yang memang sangat menyinggung perasaan rakyat, beranggapan bahwa Partai disebabkan politik front persatuan nasionalnya telah kehilangan kebebasannya, sedangkan massa rakyat sudah hendak mengambil tindakan-tindakan sendiri. Apakah benar pandangan ini? Memang sudah menjadi tugas kita untuk di dalam keadaan yang sulit seperti sekarang lebih giat dan tak henti-hentinya mencari dan menjalankan bentuk-bentuk perjuangan guna meringankan beban rakyat. Tetapi dalam pada itu adalah keliru untuk menilai situasi revolusi hanya dari rasa gelisah rakyat, betapapun juga dalamnya rasa gelisahnya itu. Yang terpenting ialah agar massa rakyat mempunyai kesadaran politik yang setinggi-tingginya untuk dapat memahami seluk-beluk situasi pada setiap saat, dapat selalu membedakan dengan tegas lawan dan kawan. Tindakan-tindakan yang hanya dibimbing oleh perasaan, akan mengakibatkan kawan yang jauh menjadi makin jauh, kawan yang dekat menjadi ragu-ragu. Pandangan yang hanya terpancang pada kesedihan penghidupan rakyat yang hanya melihat bagian luar dari persoalan, dan lantaran itu menyiksa dirinya dan menyesalkan Partai, adalah bersumber pada pendapat yang salah, seolah-olah pemecahan kesulitan-kesulitan hidup rakyat adalah terpisah dari revolusi, seakan-akan dapat dilaksanakan perbaikan fundamental dalam tingkat hidup rakyat tanpa melaksanakan revolusi. Pandangan itu tidak bisa lain adalah pandangan reformis, walaupun disertai dengan usul-usul supaya melakukan aksi-aksi yang hebat dan yang berat untuk menggantikan aksi-aksi “kecil hasil” yang meriskir tatktik fundamental dari Partai, yaitu merusak sama sekali front persatuan nasional untuk memenuhi tuntutan yang bersifat sementara. Ini sungguh-sungguh berarti mengorbankan revolusi untuk mencapai reform. Seperti diterangkan di atas, pendapat itu telah dilempangkan, dan rakyat kita sekarang ini jika ditanya mengapa terus merosot tingkat hidupnya, dan mengapa harga bahan-bahan kebutuhan sehari-hari membumbung tinggi, pada umumnya jawabnya sudah tidak keliru, malahan sudah tepat sekali. Sebab itu, kawan-kawan, situasi sekarang ini memang adalah baik. Rakyat kita telah mengetahui di mana dia berdiri dan bagaimana posisinya.
Kawan-kawan yang tercinta!
Laporan Umum menjelaskan bahwa “……… kaum kanan baru dalam waktu yang tidak begitu lama, hanya kira-kira dua tahun, sudah bukan baru lagi”. Persatuan mereka dengan kaum kanan lama sudah mulai mesra. Keadaan yang sesungguhnya memang demikianlah. Sekarang bisa timbul pertanyaan: Bagaimana keterangannya, dalam 2 tahun saja yang baru sudah begitu cepatnya matang dan dewasa? Apakah kejadian itu tidak mengandung ancaman yang baru yang lebih berbahaya bagi keutuhan kesatuan dan bagi eksistensi republik kita? Pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran itu perlu mendapat pembahasan.
Pertama sekali perlu dipahami bahwa tidak semua penyatuan dan persatuan mengandung tambahan kekuatan seperti halnya tidak semua perpecahan mengandung kelemahan. Persatuan antara kekuatan progresif dengan kekuatan tengah seperti di tanah air kita sekarang ini, itu pasti mengandung tambahan kekuatan, yang jika diumpamakan dengan ilmu hitung tidak akan sama seperti 3 + 2 = 5, tetapi pasti lebih dari 5. Sebaliknya, perpecahan seperti yang dialami Partainya Lenin pada tahun 1912 pada Konferensinya yang ke-6 di Praha yang bersejarah itu di mana kaum Mensyewiki formal dikeluarkan dari Partai, terbukti perpecahan itu tidaklah mengurangi kekuatan revolusioner, tidak sama dengan umpamanya 2 – 1 = 1, melainkan kekuatan revolusioner proletariat Rusia sesudah itu menjadi naik 2-3 kali lipat. Dalam pada itu saya yakin kawan-kawan sependapat dengan saya, bahwa persatuan antara kanan baru dan kanan lama di negeri kita sekarang ini, walaupun nampaknya mesra, jika diumpamakan dengan ilmu hitung kira-kira tidak akan lebih dari 2 + 2 = 4, dan saya yakin bahwa, jika rakyat kita meneruskan ofensif-manipolisnya, dengan semangat yang tinggi seperti sekarang ini, penggabungan kembali kaum kanan baru dan kaum kanan lama pasti tidak menambah kekuatan reaksi, melainkan akan ternyata semakin retak, (tepuk tangan) akan memaksa mereka turun panggung tanpa permisi dan akhirnya akan tidak muncul lagi. (Tepuk tangan).
Apa yang membikin kekuatan kanan baru kini menjadi tidak baru lagi? Jawabnya ialah: Oleh karena mereka sudah menelanjangi dirinya dengan perbuatan-perbuatannya yang merugikan rakyat, oleh karena kebusukan dan kejahatannya sudah cukup dikenal oleh massa luas. Ini adalah satu faktor, faktor yang amat penting untuk diperhatikan terutama oleh kaum reaksioner, yaitu bahwa kecerdasan politik rakyat Indonesia sudah demikian tingginya sehingga tidak seorang kaum reaksi yang lolos dari pengamat-pengamatannya. (Tepuk tangan). Faktor kedua ialah masih adanya imperialisme, khususnya imperialis Amerika Serikat dan dengan masih adanya SEATO, sebagai alat pemukul di tangan imperialis AS terhadap bangsa-bangsa Asia Tenggara. Kita tahu bahwa, di dalam rangka persiapan perangnya, AS sampai sekarang masih belum melepaskan hasratnya yang jahat untuk memasukkan Indonesia ke garis pertahanannya. Oleh sebab itu, jika kita tidak hendak mengalami pemberontakan-pemberontakan separatis lagi semacam PRRI/Permesta dulu, satu-satunya sikap yang paling tepat ialah terus-menerus memupuk semangat revolusioner, semangat anti-imperialisme, khususnya imperialis Amerika Serikat. Pengalaman revolusioner kita selama ini membuktikan bahwa rasa mencurigai kaum imperialis sepenuhnya beralasan. Oleh sebab itu mencurigai AS, mencurigai imperialis, adalah tetap benar, adalah sama dengan memupuk dan mengokohkan kekuatan nasional kita, tidaklah bertentangan dengan moral Komunis.
Faktor lain yang mempertemukan kanan baru dan lama ialah masih bercokolnya feodalisme di negeri kita sehingga pemerintah tidak akan mungkin menemukan jalan keluar dari kekalutan ekonomi negeri kita dewasa ini. Sebab itu lebih cepat melaksanakan UU Bagi Hasil dan UU Perubahan Agraria adalah langkah-langkah yang baik untuk mencegah timbulnya kembali aksi-aksi separatis, adalah baik sekali untuk menjaga keutuhan Republik Kesatuan. Di sini menjadi lebih jelas pula betapa pentingnya peranan gerakan tani revolusioner tidak hanya untuk melawan feodalisme tetapi juga sebagai jaminan untuk menjaga keutuhan Republik Persatuan. Feodalisme adalah sumber dari segala yang jahat dan busuk, sumber perpecahan nasional; feodalisme mempertemukan kembali kanan baru dan kanan lama, dan oleh karena itu fisik dan ideologi harus kita pergiat perlawanan terhadapnya. Ringkasnya jika kita lebih setia pada perjuangan anti-imperialisme, khususnya imperialisme Belanda dan AS, dan lebih setia kepada perlawanan terhadap feodalisme, persatuan kembali dari segala kanan tidak akan membahayakan, malahan akan memudahkan perjuangan rakyat sebab dengan demikian sasaran makin mengumpul dan memukulnya pun akan lebih gampang. (Tepuk tangan).
Akhirnya, saya ingin menyinggung sedikit tentang situasi Gerakan Komunis Internasional. Kita kaum Komunis Indonesia bersama-sama dengan kaum Komunis di seluruh dunia sangat berprihatin dengan terdapatnya gangguan-gangguan tertentu di dalam GKI. Kaum reaksi telah dengan sia-sia berusaha menggunakan kejadian itu untuk memecah-belah barisan kita, tetapi sebaliknya persatuan di barisan GKI makin kuat dan terbajakan. Seruan abadi dari Guru-Guru Besar kita Marx dan Engels: “Kaum buruh semua negeri bersatulah!” lebih kuat dari yang sudah-sudah mengetok hati kaum Komunis Indonesia. Keinginan keras untuk memenuhi panggilan suci ini menyebabkan kita jauh lebih dekat pada kaum Komunis dan Partai-Partai Komunis sekawan di seluruh dunia. (Tepuk tangan).
Terdengarlah kembali lebih nyaring dan lebih meyakinkan kata-kata dari Guru Besar kita Karl Marx ketika ia menghadapi kekalahan Komune Paris dan menghadapi kenyataan yang tak dapat dielakkan lagi tentang bubarnya Internasionale ke-1, yang dia sendiri mengasuhnya dan membesarkannya itu: “Tanah dari mana dia (Internasionale ke-1) tumbuh adalah masyarakat modern itu sendiri. Dia tak bisa dilenyapkan dengan penyembelihan besar-besaran. Untuk melenyapkannya, pemerintah-pemerintah harus melenyapkan despotisme dari modal atas tenaga buruh – melenyapkan syarat-syarat hidup mereka sendiri yang parasiter” (Marx-Engels, Sel. Works Vol. I, hal. 542). Teringat pula kita pada kata-kata Lenin yang besar, pada kata-katanya yang tanpa keragu-raguan sedikit pun ketika ia sendiri menyimpulkan bahwa di dalam kamp Sosialisme, yaitu di dalam Internasionale ke-2 telah menjadi kenyataan adanya perpecahan: “……… Proletariat adalah anak daripada kapitalisme, dari kapitalisme dunia, dan tidak hanya dari kapitalisme Eropa atau kapitalisme imperialis. Dalam ukuran dunia – 50 tahun lebih dulu atau lebih lama ditinjau dari sudut ini adalah suatu yang tidak terlalu penting; proletariat pasti ‘akan’ menjadi satu dan di dalam proletariat itu Sosial-Demokrasi yang revolusioner tidak boleh tidak akan memperoleh kemenangan”. Demikian Lenin. Dan dengan menandaskan bahwa kaum pemecah-belah pasti akan dikalahkan – yang dimaksud pada waktu itu ialah kaum revisionis Kautsky – Lenin melanjutkan: “……… Kemenangan Sosialisme-revolusioner dalam ukuran dunia sama sekali tidaklah dapat dielakkan; dia sedang bergerak dan akan terus bergerak, dia sedang berjalan maju dan akan terus berjalan maju menentang kamu, dan dia menjadi suatu kemenangan terhadap kamu” (V.I. Lenin: “Against Revisionism”, hal. 336). Demikian kata-kata yang penuh keyakinan dari Lenin.
Kawan-kawan!
Kata-kata yang amat sederhana dari Laporan Umum Kawan Aidit sepenuhnya mencerminkan keteguhan keyakinan kaum Komunis Indonesia, yaitu “keretakan yang ada dalam gerakan Komunis sedunia sekarang, dalam waktu yang tidak lama akan dapat diatasi”. (Tepuk tangan). Seperti Kawan Ketua menegaskan “Langit tidak akan ambruk” – kita kaum Komunis berkeyakinan teguh sekarang, besok, dan untuk seterusnya Gerakan Komunis Internasional tidak akan hancur!
Kawan-kawan, tegakkanlah kepala; lihat, langit sudah makin cerah.
Maju, majulah Marxisme-Leninisme!
Maju, majulah PKI yang kita cintai! (“Hidup!” Tepuk tangan lama).