MIA > Bahasa Indonesia > Karya Marxis > Trotsky
Ditulis pada tanggal 4 November 1935. Pertama kali diterbitkan di New Militant [New York], 30 November, 1935
Penerjemah: Ted Sprague (9 November 2009)
Sumber: Lessons of October, Leon Trotsky Internet Archive
Saya menerima dengan siap sedia tawaran Fred Zeller untuk menulis sebuah artikel untuk koran Revolution pada ulang tahun ke-18 Revolusi Oktober. Benar, Revolution bukanlah sebuah koran harian yang “besar”; ia masih mencoba untuk menjadi koran mingguan. Kaum birokrat di tempat tinggi mungkin akan memandang rendah koran ini. Tetapi saya sudah pernah menyaksikan berkali-kali bagaimana organisasi yang “kuat” dengan pers yang “kuat” hancur menjadi debu karena dihantam oleh kejadian yang besar, dan bagaimana di pihak yang lain organisasi kecil dengan pers yang lemah dalam waktu pendek berubah menjadi kekuatan historis. Marilah kita berharap bahwa nasib inilah yang tersimpan untuk koran dan organisasi kalian.
Pada tahun 1917, Rusia melewati krisis sosial yang paling besar. Akan tetapi, kita dapat mengatakan dengan penuh kepastian berdasarkan pelajaran-pelajaran sejarah bahwa bila saja saat itu tidak ada Partai Bolshevik maka enerji revolusioner massa yang tak terukur ini akan habis sia-sia di dalam ledakan-ledakan yang sporadik, dan pemberontakan-pemberontakan yang besar akan berakhir dengan kediktaturan konter-revolusioner yang paling buruk. Perjuangan kelas adalah penggerak utama sejarah. Perjuangan kelas membutuhkan sebuah program yang tepat, sebuah partai yang kuat, sebuah kepemimpinan yang dapat dipercaya dan berani – bukan pahlawan-pahlawan di ruang gambar dan pahlawan-pahlawan yang penuh dengan retorika revolusioner, tetapi kaum revolusioner yang siap untuk berjuang sampai garis akhir. Ini adalah pelajaran utama dari Revolusi Oktober.
Walaupun demikian, kita harus ingat bahwa pada permulaan tahun 1917 Partai Bolshevik hanya memimpin sejumlah kecil rakyat pekerja. Bukan hanya di soviet-soviet tentara tetapi juga di soviet-soviet buruh, faksi Bolshevik biasanya hanya sebesar 1 sampai 2 persen, paling besar 5 persen. Partai-partai demokrasi borjuis-kecil yang memimpin (Menshevik dan Sosial Revolusioner) memiliki pendukung setidaknya 95% dari buruh, tentara, dan petani yang berpartisipasi di dalam perjuangan. Para pemimpin dari partai-partai ini menuduh kaum Bolshevik pertama sebagai sektarian dan lalu ... agen Jerman. Tetapi tidak, kaum Bolshevik bukanlah sektarian! Seluruh perhatian mereka ditujukan kepada massa, dan terlebih lagi bukan kepada lapisan atas massa, tetapi kepada jutaan dan puluhan juta massa yang paling bawah dan tertindas yang biasanya dilupakan oleh para penceloteh di parlemen. Justru untuk memimpin kaum proletar dan semi-proletar di kota dan desa, kaum Bolshevik merasa perlu untuk membedakan diri mereka secara tajam dari seluruh faksi dan kelompok borjuis, dimulai dari kaum “sosialis” gadungan ini yang sebenarnya adalah agen kaum borjuis.
Patriotisme adalah bagian utama dari ideologi yang digunakan oleh kaum borjuis untuk meracuni kesadaran kelas kaum yang tertindas dan melumpuhkan semangat revolusioner mereka, karena patriotisme berarti penundukan kaum proletar kepada “bangsa”, dimana di atasnya duduk kaum borjuis. Kaum Menshevik dan Sosial Revolusioner adalah patriot: sampai pada Revolusi Februari mereka setengah terbuka; setelah Februari, secara terbuka dan tanpa malu-malu. Mereka mengatakan: “Sekarang kita memiliki sebuah republik, republik yang paling merdeka di dunia; bahkan tentara-tentara kita terorganisir di dalam soviet-soviet; kita harus mempertahankan republik ini dari militerisme Jerman.” Kaum Bolshevik membalas: “Tidak diragukan lagi bahwa republik Rusia sekarang adalah republik yang paling demokratis; tetapi politik demokrasi yang dangkal ini dapat remuk menjadi debu karena ia bersandar pada sebuah pondasi kapitalis. Selama rakyat pekerja, di bawah kepemimpinan kaum proletar, tidak mengekspropriasi pemilik tanah dan kapitalis dan tidak merobek perjanjian dengan para perampok Entente [Entente adalah pihak sekutu di perang dunia pertama, yang terdiri dari Prancis, Inggris, AS, Itali, dan Kanada - penerjemah], maka kami tidak dapat menganggap Rusia sebagai tanah air kami dan tidak dapat membelanya.” Musuh-musuh kami menjadi marah. “Bila demikian, kalian bukan hanya sektarian, kalian adalah agen-agen Hohenzollern [kekaisaran Jerman – Penerjemah]. Kalian mengkhianati demokrasi Rusia, Prancis, Inggris, dan AS!” Tetapi kekuatan Bolshevisme terletak di dalam kemampuannya untuk mengutuk argumen-argumen keliru dari “kaum demokrat” penakut yang memanggil diri mereka sendiri Sosialis tetapi sebenarnya bertekuk lutut di hadapan kapitalis.
Hakim dari perseteruan ini adalah rakyat pekerja; seiring waktu berlalu opini mereka semakin mendukung kaum Bolshevik. Dan tentu saja. Pada saat itu soviet-soviet menyatukan semua kaum proletar, tentara, dan petani yang terbangun untuk berjuang dan nasib bangsa ini tergantung pada mereka. “Front Persatuan” Menshevik dan Sosial Revolusioner mendominasi soviet-soviet dan sesungguhnya memiliki kekuasaan di tangannya. Kaum borjuis lumpuh secara politik karena 10 juta tentara, yang letih karena perang, berdiri bersenjatakan di sisi kaum buruh dan tani. Tetapi yang paling ditakuti oleh para pemimpin “front persatuan” ini adalah “menakuti” kaum borjuis, “mendorongnya” ke kamp reaksi. Front persatuan tidak berani menyentuh perang imperialis, atau bank-bank, atau kepemilikan tanah feodal, atau pabrik-pabrik. Mereka hanya menunggu tanpa melakukan apapun dan menyemburkan retorika-retorika umum, sedangkan rakyat kehilangan kesabaran. Lebih dari itu: kaum Menshevik dan Sosial Revolusioner secara langsung mentransfer kekuasaan ke partai Cadet yang ditolak dan dibenci oleh rakyat pekerja. Partai Cadet mewakilkan sebuah partai borjuis imperialis, yang mendasarkan diri mereka pada lapisan atas “kelas menengah” tetapi mewakilkan secara penuh kepentingan kaum pemilik modal “liberal” dalam segala hal yang fundamental. Kaum Cadet dapat dibandingkan dengan kaum Radikal Prancis [Partai Radikal Prancis adalah sebuah partai borjuis liberal yang dibentuk pada tahun 1901 - Penerjemah]: basis sosial yang sama, yakni “kelas menengah”; sama-sama menidurkan rakyat dengan retorika-retorika kosong; dan sama-sama melayani dengan setia kepentingan imperialisme. Seperti halnya dengan kaum Radikal, partai Cadet memiliki sayap kiri dan sayap kanan mereka: sayap kiri untuk membingungkan rakyat; sayap kanan untuk melakukan politik yang “serius”. Menshevik dan Sosial Revolusioner mengharapkan untuk mendapat dukungan dari kelas menengah dengan membuat aliansi dengan Cadet, yakni, dengan kaum penindas dan penipu. Dengan ini, para patriot sosial ini menandatangani akta kematian mereka sendiri.
Mengikat diri mereka secara sukarela pada kereta kaum borjuis, para pemimpin Menshevik dan Sosial Revolusioner mencoba untuk membujuk rakyat pekerja untuk menunda ekspropriasi pemilik modal ke masa depan, dan untuk sementara ... mati di garis depan peperangan untuk “demokrasi”; yakni, untuk kepentingan kaum borjuis. “Kita tidak boleh mendorong Cadet ke kamp reaksi,” kaum oportunis mengulang-ulang kalimat ini, seperti burung kakak tua, di banyak pertemuan. Tetapi rakyat tidak dapat dan tidak ingin mengerti mereka. Rakyat telah memberikan seluruh kepercayaan mereka kepada front persatuan Menshevik dan Sosial Revolusioner dan siap untuk mempertahankan front ini setiap saat dengan senjata di tangan melawan kaum borjuis. Tetapi setelah memperoleh kepercayaan rakyat, partai-partai front persatuan ini mendorong partai borjuis ke tampuk kekuasaan dan bersembunyi di baliknya. Rakyat revolusioner yang terbangunkan tidak pernah memaafkan para pengecut dan pengkhianat. Pertama, para buruh Petersburg, dan setelah mereka, kaum proletar seluruh negeri; setelah kaum proletar, para tentara; dan setelah para tentara, para petani, menjadi yakin setelah pengalaman mereka bahwa kaum Bolshevik adalah benar. Maka, dalam waktu beberapa bulan saja, segelintir “kaum sektarian”, “avonturis”, “konspirator”, “agen Jerman” dsb. dsb., berubah menjadi partai yang memimpin jutaan rakyat. Kesetiaan pada program revolusioner, permusuhan yang tidak terdamaikan terhadap kaum borjuis, perpecahan yang jelas dengan kaum patriot sosial, kepercayaan yang dalam terhadap kekuatan revolusioner rakyat – semua ini adalah pelajaran utama dari Revolusi Oktober.
Semua pers, termasuk koran-koran Menshevik dan Sosial Revolusioner, meluncurkan sebuah kampanye yang luar biasa besar melawan kaum Bolshevik. Ribuan dan ribuan ton koran dipenuhi dengan laporan-laporan bahwa kaum Bolshevik mempunyai hubungan dengan polisi Tsar, bahwa mereka menerima bertruk-truk emas dari Jerman, bahwa Lenin bersembunyi di dalam pesawat Jerman, dsb., dsb. Para kelasi dan tentara mengancam lebih dari sekali untuk membunuh Lenin dan para pemimpin Bolshevik. Pada bulan Juli 1917, kampanye fitnah ini mencapai titik tertingginya. Banyak kaum kiri dan semi-kiri yang simpatik, terutama di antara kaum intelektual, yang menjadi takut karena tekanan opini publik borjuis. Mereka berkata: “Tentu kaum Bolshevik bukanlah agen Jerman, tetapi mereka adalah sektarian, mereka tidak sopan, mereka memprovokasi partai-partai demokratik; mustahil untuk bekerja sama dengan mereka.” Ini adalah nada yang memenuhi koran harian besar Maxim Gorky, yang di sekelilingnya dipenuhi segala macam kaum sentris, semi-Boshevik, semi-Menshevik, yang secara teori sangat kiri tetapi sangat takut untuk pecah dengan Menshevik dan Sosial Revolusioner. Tetapi adalah sebuah hukum bahwa siapapun yang takut untuk pecah dengan kaum patriot sosial secara tidak terelakkan akan menjadi agen-agen mereka.
Sementara itu sebuah proses yang berlawanan sedang terjadi di antara massa. Semakin mereka kecewa dengan kaum patriot sosial yang telah mengkhianati kepentingan rakyat demi persahabatan dengan Cadet, semakin penuh perhatian mereka mendengar pidato-pidato kaum Bolshevik, dan semakin yakin mereka akan kebenaran kaum Bolshevik. Bagi para buruh di pabrik, para tentara di parit, para petani yang kelaparan, menjadi jelas bagi mereka bahwa kaum kapitalis dan kacung-kacung mereka memfitnah kaum Bolshevik karena mereka setia pada kepentingan rakyat yang tertindas. Kebencian para tentara dan kelasi terhadap Bolshevik yang kemarin berubah menjadi kesetiaan dan kesediaan untuk mengikuti mereka sampai garis akhir. Dan, di pihak yang lain, kebencian massa terhadap partai Cadet secara tak terelakkan pindah ke sekutu-sekutunya, yakni Menshevik dan Sosial Revolusioner. Kaum patriot sosial tidak menyelamatkan Cadet, tetapi mereka sendiri musnah. Perubahan akhir di dalam mood rakyat, yang terjadi dalam dua atau tiga bulan (Agustus-September), membuat kemenangan Revolusi Oktober mungkin. Bolshevik mengambil alih soviet dan soviet merebut kekuasaan.
Tuan-tuan yang skeptis mungkin akan berkata: tetapi pada akhirnya Revolusi Oktober membawa kemenangan kaum birokrasi. Apakah Revolusi Oktober ini bermakna untuk dilakukan? Sebuah artikel yang terpisah atau mungkin dua harus ditulis untuk menjawab pertanyaan ini. Disini biarkan saya katakan dengan singkat: sejarah bergerak maju bukan dalam satu garis yang lurus tetapi melalui garis yang berkelok-kelok; setelah sebuah lompatan yang besar akan diikuti, seperti halnya setelah sebuah tembakan tembakan, sebuah kemunduran. Walaupun demikian sejarah akan bergerak maju. Tidak diragukan, birokratisme Soviet adalah sebuah borok yang buruk, yang mengancam pencapaian Revolusi Oktober dan proletar dunia. Tetapi Uni Soviet memiliki sesuatu selain absolutisme birokratis: alat produksi yang ternasionalisasi, ekonomi terencana, kolektivisasi pertanian, yang walaupun dirusak oleh birokratisme, dapat mendorong maju negara ini dalam hal ekonomi dan kebudayaan sementara negara-negara kapitalis bergerak mundur. Revolusi Oktober dapat dibebaskan dari racun birokratisme hanya dengan perkembangan revolusi internasional, yang kemenangannya akan memastikan pembangunan sebuah masyarakat sosialis.
Akhirnya – dan ini tidaklah kecil – Revolusi Oktober juga penting karena ia memberikan kelas pekerja internasional sejumlah pelajaran yang tidak ternilai harganya. Biarlah kaum proletar revolusioner di Prancis mempelajarinya dan mereka akan menjadi tak terkalahkan.
4 November, 1935