MIA > Bahasa Indonesia > Karya Marxis > Trotsky
Sumber: On Optimism and Pessimism: On the 20th Century and on Many Other Issues. Trotsky Internet Archive
Penerjemah: Ted Sprague (Januari 2022)
Dum spiro spero! [Di mana ada kehidupan, di sana ada harapan!] … Bila aku adalah salah satu benda langit, aku akan memandang tak acuh bola debu dan kotoran yang menyedihkan ini … Saya akan menyinari yang baik dan yang buruk dengan sama rata … Tetapi aku manusia. Sejarah dunia yang bagi kalian, pelahap ilmu pengetahuan yang masa bodoh, yang bagi kalian, penjaga buku keabadian, tampak seperti momen tak berarti dalam keseimbangan waktu, adalah segalanya bagiku! Selama aku masih bernafas, aku akan berjuang demi masa depan, masa depan yang cerah di mana manusia, yang perkasa dan elok, akan menjadi tuan atas arus sejarahnya sendiri dan akan mengarahkannya ke ufuk langit keindahan, kegembiraan, dan kebahagiaan yang tidak ada batasnya! …
Abad ke-19 sudah dalam banyak cara memuaskan dan bahkan dalam lebih banyak cara lagi telah menghancurkan harapan sang optimis … Abad ke-19 telah memaksanya untuk memindahkan kebanyakan harapannya ke abad ke-20. Setiap kali sang optimis dihadapkan dengan fakta yang keji, dia berseru: Apa, dan ini bisa terjadi di ambang abad ke-20! Ketika dia melukis gambaran indah tentang masa depan yang harmonis, dia menempatkannya di abad ke-20.
Dan sekarang abad tersebut telah tiba! Apa yang dibawanya sedari awal?
Di Prancis, busa beracun kebencian rasial [1]; di Austria – konflik nasionalis …; di Afrika Selatan – kesengsaraan orang-orang kecil yang dibantai secara massal [2]; di pulau yang ‘bebas’ itu sendiri – nyanyian himne kemenangan untuk keserakahan kaum sauvinis; ‘komplikasi’ dramatis di timur; pemberontakan rakyat yang lapar di Italia, Bulgaria, Rumania … Kebencian dan pembunuhan, kelaparan dan pertumpahan darah …
Sepertinya abad yang baru ini, tamu besar ini, sejak kehadirannya berusaha keras mendorong sang optimis ke dalam pesimisme absolut.
“Matilah Utopia! Matilah kepercayaan! Matilah cinta! Matilah harapan!” seru abad ke-20 dalam gemuruh kobaran api dan letupan senjata.
“Menyerahlah kau pemimpi yang menyedihkan. Inilah aku, abad ke-20 yang telah lama kamu tunggu, ‘masa depan’mu.”
Tidak, balas sang optimis yang tidak menyerah. Kau, kau hanyalah masa kini.
Catatan:
[1] Skandal Dreyfus
[2] Perang Boer