1) Massa Kritis
Di mana seseorang akan merasa lebih betah
Daripada di lingkungan keluarga?[52]
Dalam keberadaannya yang Mutlak sebagai Herr Bruno, Kritik Kritis telah menyatakan keseluruhan kemanusiaan tidak-Kritis , massa kemanusiaan, menjadi lawan/sasaran pokoknya; esensial, karena massa itu ada ad majorem gloriam dei,[53] kejayaan Kritik, kejayaan Spirit itu; obyeknya, karena ia hanyalah materi yang di atasnya Kritik Kritis beroperasi. Kritik Kritis memproklamasikan hubungannya dengan massa itu sebagai suatu hubungan dunia-historik zaman sekarang.
Namun tiada terbentuk oposisi dunia-historik oleh pernyataan bahwa seseorang beroposisi terhadap seluruh dunia. Seseorang dapat membayangkan bahwa seseorang adalah sebuah batu-penarung bagi dunia karena seseorang itu cukup kagok untuk tersandung di mana saja. Tetapi bagi suatu oposisi dunia-historik tidaklah cukup bagiku untuk menyatakan dunia sebagai lawanku; dunia juga mesti menyatakan diriku lawannya yang esensial, dan mesti seperti itu memperlakukan dan
mengakui diriku. Kritik Kritis menjamin pengakuan ini bagi dirinya dengan persesuaiannya/korespondensinya, yang ditakdirkan untuk bersaksi pada dunia mengenai fungsi juru-selamatnya yang Kritis dan demi kejengkelan umum dunia terhadap injil Kritis. Kritik Kritis merupakan suatu sasaran bagi dirinya sendiri sebagai suatu sasaran dunia.Korespondensinya dimaksud untuk menunjukkannya seperti itu, sebagai kepentingan dunia sekarang.
Kritik Kritis di matanya sendiri adalah Subyek Mutlak. Subyek Mutlak memerlukan suatu kultus. Kultus sesungguhnya memerlukan individu-individu yang setia/percaya. Itulah sebabnya mengapa Keluarga Suci dari Charlottenburg menerima dari para korespondennya kultus yang menjadi haknya. Para koresponden itu mengatakan padanya apa dirinya dan apa yang bukan diri lawannya, massa itu.
Namun, Kritik terjerumus dalam suatu ketidak-tetapan karena dengan demikian menjadikan pendapatnya tentang dirinya sendiri dinyatakan sebagai pendapat dunia dan dengan mengubah konsepnya menjadi kenyataan. Pembentukan sejenis massa berlangsung di dalam Kritik sendirinya, pembentukan suatu massa Kritis yang fungsi sederhananya adalah tidak-henti-hentinya mengumandangkan orakel-orakel Kritik. Demi keberkanjangan, ketidak-berkanjangan ini dapat dimaafkan. Tidak merasa betah di dalam dunia yang penuh-dosa, Kritik Kritis mesti mendirikan suatu dunia yang penuh dosa di dalam rumahnya sendiri.
Jalan koresponden Kritik Kritis, anggota dari massa Kritis, tidaklah sebuah jalan yang bertabur bunga. Ia sulit dan berduri; ia adalah sebuah jalanan Kritis. Kritik Kritis merupakan seorang guru spiritualistik, spontanitas semurninya, actus purus itu, yang tidak menenggangi setiap pengaruh dari luar. Koresponden itu karenanya dapat seorang subyek hanya dalam penampilan, hanya dapat memperlihatkan ketidaktergantungan pada Kritik Kritis, keinginan untuk mengomunikasikan sesuatu yang baru dan dari dirinya sendiri pada Kritik Kritis. Di dalam realitas ia adalah buatan Kritik Kritis sendiri, ia adalah peringatan pada suaranya yang untuk sesaat dibuat obyektif dan swa-berada.
Itulah sebabnya mengapa para koresponden itu tidak terus-menerus gagal menandaskan bahwa Kritik Kritis sendiri mengetahui, menyadari, mengerti, memahami, dan mengalami yang pada saat yang sama dikomunikasikan padanya demi untuk penampilan. Demi-kianlah Zerrleder memakai ungkapan-ungkapan: “Anda memahami-nya? Anda mengetahui. Anda mengetahui untuk kedua dan ketiga kalinya. Mungkin anda telah mendengar secukupnya untuk dapat melihatnya sendiri.”
Demikian juga koresponden Breslau, Fleischhammer, mengatakan:
“Tetapi itu, dsb., akan sama-sama tidak merupakan sebuah teka-teki bagimu seperti bagiku.” Atau koresponden Zurich Hirzel: Boleh jadi anda akan mengetahuinya sendiri. Koresponden yang Kritis itu mempunyai hormat yang begitu memprihatinkan akan pemahaman Kritik Kritis secara sepenuhnya, sehingga ia mengatributkan pemahaman padanya bahkan di mana mutlak tiada apapun untuk dimengerti. Misalnya, Fleischhammer mengatakan:
“Anda akan mengerti (!) dengan sempurna (!) jika aku memberitahu pada anda, bahwa seseorang nyaris tidak dapat keluar tanpa bertemu dengan pendeta-pendeta Katholik muda dalam jubah-panjang dan mantel hitam mereka.”
Memang, di dalam ketakutan mereka para koresponden mendengar Kritik Kritis berkata, menjawab, berseru, mengejek dengan suara lantang
Zerrleder, misalnya, berkata: “Tetapi – anda berkata. Baik, dengarkan.” Dan Fleischhammer: “Ya, aku mendengar yang ada katakan; – aku hanya maksudkan bahwa ... dan Hirzel: Edelmann, anda akan berseru!” Dan koresponden Tübingen: “Jangan menertawakan diriku!”
Para koresponden itu, oleh karenanya, juga menggunakan ungkapan-ungkapan seakan-akan mereka itu mengomunikasikan fakta pada Kritik Kritis dan mengharapkan penafsiran spiritual darinya, mereka memberikan padanya dasar-dasar pikiran dan menyerahkan penyimpulannya kepadanya, atau mereka bahkan meminta maaf karena mengulang-ulang hal-hal yang sudah lama diketahui oleh Kritik.
Zerrleder, misalnya, berkata:
“Para koresponden anda hanya dapat memberikan suatu gambaran, suatu penjelasan mengenai fakta itu. Spirit itu, yang menghidupkan hal-hal ini pasti tidak asing bagi anda.” Atau: “Anda tentu akan menarik kesimpulan bagi diri anda sendiri.”
Dan “Hirzel” berkata: “Aku kira aku tidak mengambil waktu anda dengan usulan spekulkatif bahwa setiap ciptaan memulai dari yang ekstrem dari lawannya.”
Kadang-kadang yang diamati para koresponden itu hanyalah “penggenapan-penggenapan” dan “penguatan nubuat-nubuat” Kritik.
“Fleischhammer,” misalnya, berkata: “Ramalan anda telah menjadi kenyataan.” Dan Zerrleder: “Jauh daripada mencelakakan, kecenderungan- kecenderungan yang kugambarkan padamu mencapai jangkauan yang semakin besar di Swiss, dan sangat mujur; mereka hanya menguatkan pikiran yang begitu kerap anda nyatakan,” dst.
Kritik Kritis; kadang-kadang merasa terdorong untuk menyatakan sikap merendahkan diri yang dilihatnya dalam persesuaiannya dan memotivasinya dengan kenyataan bahwa sang koresponden telah dengan berhasil menunaikan sesuatu tugas. Demikianlah Herr Bruno menulis pada koresponden Tübingen itu: Sungguh-sungguh tidak konsisten dari pihakku untuk menjawab suratmu – Di lain pihak, anda telah mengemukakan lagi suatu pernyataan yang begitu kena sehingga aku ... tidak dapat menolak (memberi) penjelasan yang anda butuhkan.
Kritik Kritis telah menulis surat-surat kepadanya dari provinsi-provinsi: bukan provinsi-provinsi dalam pengertian politik, yang, sebagaimana kita ketahui, tidak ada di mana pun di Jerman, tetapi dari provinsi-provinsi Kritis yang ibukotanya adalah Berlin, Berlin, tempatnya patriark-patriark Kritis dan Keluarga Kritis yang Keramat sedangkan provinsi-provinsi adalah di mana Massa Kritis tinggal. Provinsial-provinsial Kritis tidak berani melibatkan perhatian otoritas Kritis yang tertinggi tanpa jurahan-jurahan dan permintaan-permintaan maaf.
Demikian, seseorang menulis secara anonim pada Herr Edgar, yang, sebagai seorang anggota dari Keluarga Suci, juga seorang yang sangat terhormat dari pangkat superior:
Paduka yang terhormat, saya harap anda akan memaafkan tulisan ini atas dasar bahwa pemuda suka bergabung atas nama hasrat-hasrat bersama (tiada lebih dari dua tahun perbedaan dalam usia-usia kami ).
Kompanyon dalam usia Herr Edgar ini melukiskan dirinya sendiri secara kebetulan sebagai esensi dari filsafat terakhir. Tidakkah cukup wajar bagi Kritik untuk bersesuaian dengan hakekat filsafat? Jika kompanyon Herr Edgar dalam usia menegaskan bahwa ia sudah kehilangan giginya, itu hanyalah suatu sindiran pada hakekat alegoriknya. Esensi filsafat terakhir ini, “belajar dari Feuerbach untuk menempatkan saat pendidikan dalam pandangan obyektif.” Ia seketika memberikan sebuah contoh dari pendidikan dan pandangannya dengan memastikan pada Herr Edgar bahwa ia telah memperoleh suatu pandangan keseluruhan dari kisahnya, Hidup Asas-asas yang Kokoh! Pada waktu bersamaan ia secara terbuka mengakui bahwa titik pandangan Herr Edgar sama sekali tidakklah jelas baginya dan akhirnya tidak-menyahihkan jaminan bahwa ia telah memperoleh suatu pandangan menyeluruh dengan pertanyaan: “Ataukah, aku telah secara menyeluruh salah-memahami anda?”
Setelah contoh ini akan dianggap normal sekali bahwa hakekat dari filsafat terakhir itu, dengan merujuk pada massa itu, mestinya berkata: “Kita semestinya paling kurang mrendahkan diri untuk memeriksa dan melepas simpul gaib yang menghadang jalan-masuk pada luapan pikiran yang tidak terbatas pada nalar umum manusiawi.”
Untuk memperoleh suatu pandangan lengkap dari massa Kritis, orang mesti membaca korespondensi Herr Hirzel dari Zurich, (No. V). Laki-laki yang malang ini melibatkan orakel-orakel Kritik pada memorinya yang terpuji dengan kepatuhan yang sungguh-sungguh mengharukan, tanpa meniadakan kalimat-kalimat kegemaran Herr Bruno tentang pertempuran-pertempuran yang telah dilakukannya dan kampanye-kampanye yang telah direncanakan dan dipimpinnya. Tetapi Herr Hirzel menjalankan profesinya sebagai anggota dari massa Kritis khususnya dengan menyerbu massa duniawi itu dan sikapnya terhadap Kritik Kritis.
Ia berbicara tentang massa yang mengklaim suatu peranan dalam sejarah, “tentang massa semurninya,” tentang “kritik semurninya,” tentang “kemurnian kontradiksi ini – suatu kontradiksi yang lebih murni daripada yang diberikan oleh sejarah apapun,” tentang “keberadaan yang tidak puas,” tentang “kehampaan sempurna, perangai buruk, penolakan, ketiadaan hatinurani, ketakutan, amarah dan kegetiran Massa terhadap Kritik; tentang Massa yang hanya ada demi perlawanannya menjadikan Kritik lebih tajam dan lebih waspada.” Ia berbicara tentang penciptaan dari keekstreman yang berlawanan, tentang bagaimana Kritik berada diatas kebencian dan sentimen-sentimen duniawi yang serupa. Segala yang diberikan Herr Hirzel pada Literatur-Zeitung tersimpul dalam kelimpahan orakel-orakel Kritik. Sambil menegur Massa itu karena telah puas dengan sekedar disposisi itu, iktikad baik, kalimat itu, kepercyaan, dsb., ia sendiri, sebagai anggota dari massa Kritis, puas
dengan kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan mengenai disposisinya yang kritis, kepercayaan kritis-nya, iktikad baik-nya dan menyerahkan aksi, kerja, perjuangan dan karya-karya pada Herr Bruno dan Kawan-kawan
Sekalipun adanya gambaran mengerikan dari ketegangan dunia historis antara dunia profan dan Kritik Kritis yang didenahkan para anggota massa Kritis, kenyataan kasus itu, kenyataan ketegangan dunia historic ini bahkan tidak dinyatakan, setidak-tidaknya bagi yang tidak percaya. Pengulangan yang patuh dan tidak-Kritis dari imajinasi-imajinasi dan pretensi-pretensi Kritik ini oleh para koresponden hanya membuktikan bahwa gagasan-gagasan yang terpancang dari sang guru adalah gagasan-gagasan terpancang dari sang pelayan juga. Anggaplah benar, bahwa salah-seorang dari para koresponden itu melakukan suatu usaha pada sebuah kenyataan yang berdasarkan bukti.
Anda lihat, demikian ia menulis pada Keluarga Suci, “bahwa Literatur-Zeitung sedang memenuhi tujuannya, yaitu, bahwa ia tidak menemui persetujuan. Ia hanya dapat memperoleh persetujuan jika ia terdengar dalam kesatuan dengan ketiadaan-pemikiran, jika anda melangkah di depannya dengan genta-genta pernyataan-pernyataan dari segerombolan penuh penjaga kategori-kategori mutakhir.”
Genta-genta pernyataan-pernyataan dari segerombolan penuh penjaga kategori-kategori mutakhir! Terbukti sekali bahwa koresponden Kritik itu berbuat sebaik-baiknya untuk ikut lari-berderap bersama non pernyataan mutakhir.Penjelasannya mengenai kenyataan bahwa Literatur-Zeitung tidak mendapatkan persetujuan mesti ditolak sebagai semurninya apologetik. Kenyataan ini dapat dijelaskan justru dengan cara sebaliknya dengan mengatakan bahwa Kritik Kritis berada dalam kesatuan dengan massabesar, untuk tepatnya, massa besar para juru tulis yang tidak memperoleh persetujuan.
Oleh karenanya tidaklah cukup bagi sang koresponden Kritis dengan menujukan pernyataan-pernyataan Kritik pada Keluarga Keramat itu sebagai doa-doa dan pada saat bersamaan pada massa sebagai kutukan-kutukan. Yang dibutuhkan adalah para koresponden yang tidak-Kritis serba-massal, utusan-utusan sesunggguhnya dari Massa pada Kritik Kritis, untuk menunjukkan ketegangan sesungguhnya antara Massa itu dan Kritik.
Itulah sebabnya mengapa Kritik Kritis juga menentukan suatu tempat pada “Massa yang tidak -Kritis.” Ia membuat para wakil yang tidak memihak dari yang tersebut terakhir itu bersesuaian dengannya, mengakui pertentangan dengan dirinya, Kritik, sepenting dan sepenuhnya suatu jeritan mengerikan akan penebusan dari oposisi itu.
2) Massa Tidak-kritis dan Kritik Kritis
a) Massa yang Bandel dan Massa yang Tidak-Puas
Kekerasan hati, kebandelan dan ketidak-percayaan buta dari Massa itu mempunyai seorang wakil yang agak tegas. Wakil ini berbicaramengenai pendidikan filosofi yang khusus Hegelian dari Berlin Couleur.[54]
“Satu-satunya kemajuan sesungguhnya yang dapat kita buat,” demikian ia berkata, “terletak dalam pengakuan realitas. Tetapi dari anda kita mengetahui bahwa pengetahuan kita bukanlah pengetahuan mengenai realitas tetapi mengenai sesuatu yang tidak-nyata.”
Ia menamakan “ilmu-pengetahuan alam” dasarnya filsafat.
“Seorang naturealis yang baik berada dalam hubungan yang sama dengan sang filsuf, seperti sang filsuf dengan sang teologian.”
Selanjutnya ia membuat pengamatan berikut ini mengenai Berlin Couleur:
“Aku pikir tidak akan terlalu berlebihan untuk mencoba menjelaskan keadaan orang-orang ini dengan mengatakan bahwa mereka telah mengalami pergantian kulit mereka, tetapi masih belum sepenuhnya terlepas dari kulit lama mereka untuk dapat menyerap unsur-unsur renovasi dan peremajaan kembali.Kita masih mesti mengasimilasi pengetahuan (ilmu-pengetahuan alam dan industri) ini. Pengetahuan tentang dunia dan tentang manusia yang paling kita perlukan, tidak dapat diperoleh hanya dengan ketajaman pikiran; semua indera mesti bekerjasama dan semua bakat manusia mesti diterapkan sebagai alat-alat yang harus ada; kalau tidak perenungan dan pengetahuan akan selalu tetap cacat – dan akan membawa/mengakibatkan kematian moral.”
Tetapi koresponden ini menyepuh yang diserahkannya pada Kritik Kritis. Ia membuat kata-kata Bauer menemukan penerapan mereka yang tepat, ia telah mengikuti pikiran Bauer, ia telah sepakat bahwa Bauer telah mengatakan yang sebenarnya, dan akhirnya ia agaknya telah berpolemik, tidak terhadap Kritik itu sendiri, tetapi terhadap Berlin Couleur yang adalah berbeda darinya.
Kritik Kritis, merasa dirinya terpukul dan, di samping itu, sama pekanya seperti seorang perawan tua dalam semua urusan kepercayaan, tidak terpancing oleh semua perbedaan dan setengah-cumbuan ini.
“Anda salah, ia menjawab, jika anda menjadikan pihak/partai yang anda terangkan di awal surat anda sebagai lawan anda. Lebih baik mengakui” (dan kini sampailah laknat menghancurkan itu) “bahwa anda adalah suatu lawan dari Kritik itu sendiri!” Yang malang itu! Orang yang serba-padat itu! Lawan Kritik “itu sendiri!” Tetapi sejauh yang menyangkut isi polemiknya “yang serba-padat” itu, Kritik Kritis menyatakan hormatnya bagi sikap Kritisnya pada “ilmu-alam dan industri.”
“Segala kehormatan bagi ilmu-pengetahuan alam! Segala kehormatan bagi James Watt dan [sebuah putar-balik yang sungguh-sungguh mulia!] tiada penghormatan sama sekali bagi yang berjuta-juta yang dibuatnyabagi kerabat-kerabatnya!”
Segala kehormatan bagi kehormatan Kritik Kritis! Dalam surat yang sama yang di dalamnya Kritik Kritis menyesalkan Berlin Couleur tersebut di atas karena terlalu gampang mengirimkan karya-karya yang padat dan pintar tanpa mempelajarinya dan dengan menyelesaikan suatu pekerjaan ketika mereka hanya sekedar menyatakan bahwa itu adalah membuat-sejarah, dsb. –dalam surat yang sama itu Kritik itu sendiri mengirimkan ilmu alam dan industri dengan sekedar menyatakan penghormatannya terhadap mereka. Pasal yang dijadikannya ketergantungan pernyataan kehormatannya bagi ilmu alam mengingatkan orang pada kecaman-kecaman pertama dari ksatria Krug yang sudah meninggal terhadap filsafat alam.
“Alam bukan satu-satunya realitas karena kita memakan dan meminumnya dalam produk-produk individualnya.”
Kritik Kritis mengetahui sebanyak ini tentang produk-produk individual alam yang kita makan dan minum. Segala penghormatan bagi ilmu pengetahuan alam Kritik Kritis!
Kritik lebih berkanjang dengan cara ia membalas tuntutan tidak mengena yang memalukan pada studi alam dan industri dengan seruan retorikal berikut, yang tidak-disangkal lagi kejenakaannya:
“Atau (!) anda beranggapan bahwa pengetahuan mengenai realitas historik itu sudah lengkap?
Atau (!) anda mengetahui tentang sesuatu periode tunggal dalam sejarah yang sudah secara aktual diketahui?”
Atau barangkali Kritik Kritis percaya bahwa bahkan telah didapatnya permulaan pengetahuan mengenai realitas historik selagi ia masih meniadakan dari gerak historik itu hubungan-hubungan teori dan praktek dari manusia dengan alam, ilmu pengetahuan alam dan industri? Atau ia mengira bahwa ia secara aktual mengetahui sesuatu periode tanpa mempunyai pengetahuan, misalnya, tentang industri pada periode itu, cara produksi langsung dari kehidupan itu sendiri. Sudah tentu, Kritik Kritis teologi, yang spiritualistik hanya mengetahui (setidak-tidaknya ia membayangkan mengetahui) tindakan-tindakan yang terutama teologi, literer dan politik dari sejarah. Tepat sebagaimana ia memisahkan pikiran dan indera-indera, roh dari tubuh dan dirinya sendiri dari dunia, ia juga memisahkan sejarah dari ilmu-alam dan industri dan tidak melihat asal-usul sejarah dari produksi material yang kasar di atas bumi, tetapi dalam awan-awan langit yang menguap.
Para wakil massa yang bandel dan keras-hati dengan teguran-teguran dan nasehat-nasehatnya yang tepat telah dibahas sebagai suatu materialis yang serba-massal. Seorang koresponden lain, yang tidak begitu dengki atau serba-massal, yang menempatkan harapan-harapannya pada Kritik Kritis tetapi telah dikecewakan, tidak diperlakukan dengan lebih baik. Wakil dari massa yang tidak puas menulis: “Betapapun aku mesti mengakui bahwa nomor pertama penerbitan anda sama sekali tidak memuaskan. Kami mengharapkan sesuatu yang lain.”
Patriark Kritis itu secara pribadi menjawab: “Aku mengetahui di muka bahwa ia tidak akan memuaskan harapan-harapan, karena aku dapat lebih mudah membayangkan harapan-harapan itu.Orang telah begitu terkuras habis sehingga orang berkeinginan untuk mendapatkan segala sesuatunya seketika itu juga. Segala sesuatu? Tidak! Kalau dapat, segala sesuatu dan sama sekali tiada sekaligus.Sesuatu segala-galanya yang tidak berbiaya beban, sesuatu segala-galanya yang dapat diserap tanpa menjalani sesuatu perkembangan, sesuatu segala-galanya yang mengandung semuanya dalam satu kata.”
Dalam kekesalannya pada tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal dari Massa yang menuntut sesuatu, sesungguhnya segala-galanya dari Kritik, yang berdasar asas dan wataknya tiada memberikan apapun, patriark Kritis itu menceritakan sebuah anekdot mengikuti gaya para orang tua. Belum lama berselang seorang kenalan (dari) Berlin dengan getir mengeluhkan rincian karya-karyanya yang menjelimet dan berjibun – Herr Bruno terkenal membuat karya-karya bertebal-tebal dari dalih terkecil nsesuatu pikiran. Ia dihibur dengan janji pengiriman padanya tinta yang diperlukan bagi pencetakan buku itu dalam suatu butir kecil agar ia dapat dengan mudah menyerapnya. Sang Patriark itu menjelaskan panjangnya karya-karyanya dengan buruknya tebaran tinta itu, sebagaimana ia menjelaskan kehampaan Literatur-Zeitung-nya dengan kekosongan massa profan yang hendak menelan Segala-sesuatu dan Ketiadaan sekaligus agar menjadi penuh.
Karena sulit sekali untuk mengingkari arti-pentingnya segala yang sejauh ini telah dikemukakan, adalah juga sulit untuk melihat suatu kontradiksi dunia-historik pada kenyataan bahwa suatu kenalan yang serba-massal dari Kritik Kritis memandang Kritik hampa, sedangkan Kritik sebaliknya menyatakannya sebagai tidak-Kritis; bahwa suatu kenalan kedua tidak menganggap Literatur-Zeitung memenuhi harapan-harapannya dan bahwa suatu kenalan ketiga dan sobat keluarga menganggap karya Kritik terlalu mengambil banyak tempat. Namun, kenalan No.2 yang mempunyai harapan-harapan, dan sobat keluarga No.3 yang setidak-tidaknya ingin mengetahui rahasia-rahasia Kritik Kritis, merupakan peralihan pada suatu hubungan yang lebih substansial dan lembut antara Kritik dan Massa tidak-Kritis.Betapapun kejamnya Kritik pada Massa yang berkeras-hati yang hanya mempunyai nalar vulgar manusia, kita akan menda-patinya merendahkan-diri pada Massa yang mendambahkan penyelamatan dari kontradiksi. Massa yang mendekati Kritik dengan hati yang penuh-sesal, suatu semangat penyesalan dan suatu pikiran rendah-hati akan diberi pahala untuk usahanya jang jujur dengan kata-kata nubuatan yang terukur-baik dan berbobot.
b) Massa yang Lunak-Hati Mendambahkan Penyelamatan
Wakil Massa lunak-hati yang sentimental, yang mendambahkan penyelamatan, merasa ngeri dan memohon sepatah kata yangmeneduhkan dengan curahan-curahan hati, jura-jura dalam dan bola–mata yang berputar-putar dari Kritik, sebagai berikut:
Mengapa aku menulis ini padamu? Mengapa aku membenarkan diriku di hadapanmu? Karena aku menghormati-mu dan oleh karenanya menghasratkan hormat-mu; karena aku secara tak-terhingga berhutang padamu untuk perkembanganku dan oleh karenanya menyintai-mu. Hatiku menekan aku agar membenarkan diriku sendiri di hadapanmu ... yang telah membesarkan diriku ... Biar dijauhkanlah aku untuk mendesakkan diriku padamu; menilai sendiri, aku mengira bahwa kau mungkin senang mendapatkan bukti akan simpati seseorang yang tidak banyak mengetahui mengenai dirinya. Aku sama-sekali tidak mengklaim agar kau menjawab suratku: aku juga tidak ingin mengambil waktumu,yang tentu saja kau perlukan untuk hal-hal lebih penting, ataupun menjengkelkanmu, maupun mengekspos diriku pada aib melihat sesuatu yang kuharapkan tetap tidak terpenuhi. Kau mungkin menafsirkan suratku sebagai sentimental, mendesak-desak, sombong (!) atau sesukamulah; kau dapat menjawab atau tidak menjawabku, aku tidak dapat melawan impuls (dorongan hati) untuk mengirim surat ini dan aku hanya berharap bahwa kau akan menyadari rasa-persahabatan yang mengilhaminya (!!).”
Sebagaimana Tuhan sejak awal bermurah-hati pada kaum miskin dalam spirit, koresponden yang serba-massal tetapi rendah-hati ini, yangmerengek akan kemurahan-hati Kritik Kritis, juga tidak-terpenuhi keinginannya. Kritik Kritis memberikan suatu jawaban yangmeneduhkan padanya. Lebih daripada itu! Ia memberikan kepadanyapenjelasan-penjelasan yang paling mendalam mengenai obyek-obyekkeingintahuannya.
Dua tahun yang lalu, demikian Kritik Kritis mengajarkan, “tepat sekali untuk mengingat Pencerahan orang Perancis pada abad ke delapan belas agar juga dapat memanfaatkan pasukan-pasukan ringan itu di suatu tempat dalam pertempuran yang sedang berlangsung.Situasinya sekarang sangat berbeda. Kebenaran-kebenaran sekarang sangat cepat berubah. Yang ketika itu kekebetulan adalah sekarang suatu kesalahan.”
Sudah tentu hanyalah suatu kesalahan juga, tetapi sebuah kesalahan yang kebetulan, ketika Kritik Mutlak yang Maha-tinggi itu sendiri (cf. Anekdota, Bujku II, hal. 89)[55] menyebutkan pasukan-pasukan ringan itupasukan-pasukan suci kita, nabi-nabi kita, patriarki-patriarki kita, dsb.Siapakah akan menyebut pasukan-pasukan ringan sebuah pasukan parapatriark? Adalah sebuah kesalahan kebetulan.
Untuk berbicasa dengan antusiasme energi dan inspirasi moral, yang mengingkari diri, yang dengannya pasukan-pasukan ringan itu berpikir, bekerja dan belajar selama hidup mereka untuk kebenaran. Adalah suatu kesalahan ketika, dalam prakata pada Das entdeckte Christenthum, dinyatakan bahwa pasukan-pasukan ringan itu “tampak tidak-terkalahkan dan setiap orang yang sangat dibekali informasi akan bertaruh bahwa mereka akan merobek-robek dunia hingga berkeping-keping” dan bahwa “tampak tidak menyangsikan lagi bahwa mereka akan berhasil dalam memberikan suatu bentuk baru pada dunia. Pasukan-pasukan ringan itu?”
Kritik Kritis berlanjut mengajarkan wakil massa yang ramah itu: “Apabila merupakan suatu jasa historik baru dari orang Perancis untuk mencoba membangun sebuah teori sosial, mereka sekarang ini sama-sama kehabisan tenaga; teori baru mereka masih belum murni, fantasi-fantasi sosial mereka, demokrasi damai mereka sama sekali tidak bebas dari perkiraan-perkiraan sistem lama.”
Di sini Kritik berbicara tentang Fourierisme –kalau pun benar– dan khususnya mengenai Fourierisme sebagai yang diuraikan oleh Démocratie Pasifique.[56] Tetapi ini jauh daripada menjadi teori social orang Perancis. Orang Perancis mempunyai teori-teori sosial, tetapi tidak suatu teori sosial; Fourierisme yang dicairkan yang dikhotbahkan Démodratie Pasifique tidak-lain-dan-tidak-bukan adalah doktrin social dari suatu bagian borjuasi filantropik. Rakyat itu komunistik, dan, sesungguhnya terpecah menjadi sejumlah kelompok berbeda-beda; gerakan sesungguhnya dan penguraian berbagai corak sosial ini tidak saja belum tuntas, ia sesungguhnya barulah dimulai. Tetapi ia tidak akan berakhir dalam teori yang semurninya, yaitu, yang abstrak sebagaimana yang dikehendaki Kritik Kritis; ia akan berakhir dalam suatu praktek yang sangat praktis yang sama sekali tidak akan mempersoalkan kategori-kategori Kritik secara kategorik.
“Tiada nasion,” celoteh Kritik selanjutnya, “yang sudah mempunyai sesuatu kelebihan atas nasion lainnya ... Jika suatu nasion dapat memenangkan sesuatu keunggulan spiritual atas suatu nasion lainnya, ia akan menjadi nasion yang berada dalam kedudukan untuk mengritik dirinya sendiri dan yang lain-lainnya dan mengungkapkan sebab-sebab dari pembusukan universal itu.”
Setiap nasion sejauh ini mempunyai beberapa kelebihan atas nasion lainnya. Tetapi apabila nubuat Kritis itu benar, maka tiada nasion akanmempunyai sesuatu kelebihan atas nasion lain karena semua rakyatberadab dari Eropa, yang Inggris, yang Jerman dan yang Perancis kinimengritik diri mereka sendiri dan yang lain-lainnya dan berada dalamsuatu kedudukan untuk mengungkapkan sebab-sebab dari pembusukanuniversal itu. Akhirnya, adalah suatu tautologi yang bernada-tinggiuntuk mengatakan bahwa aktivitas-aktivitas mengritik, mengungkapkan, yaitu, aktivitas-aktivitas spiritual, memberikan suatukeunggulan spiritual; dan Kritik, yang dalam kesadaran-dirinya yangtak-terbatas menempatkan dirinya di atas nasion-nasion dan mengharapmereka itu berlutut di kakinya dan memohon akan pencerahan, hanyamembuktikan bahwa ia masih hingga lehernya berada di dalam sampahnasionalisme Jerman.
Kritik Perancis dan Inggris bukan suatu personalitas abstrak, personalitas abnormal di luar umat-manusia; ia adalah aktivitas manusia sesungguhnya dari individu-individu yang adalah anggota-anggota aktif dari masyarakat dan yang menderita, merasa, berpikir dan berbuat sebagai makhluk-makhluk manusia.
Itulah sebabnya mengapa kritik mereka pada waktu bersamaan adalah praktis, komunisme mereka suatu sosialisme yang memberikan ukuran-ukuran praktis, konkrit dan di mana mereka tidak hanya berpkir tetapi berbuat bahkan lebih banyak, ia adalah kritik sesungguhnya yang hidup dari masyarakat yang ada, pengungkapan sebab-sebab dari pembusukan itu.
Sesudah penjelasan-penjelasan Kritik bagi anggota massa yang banyak-bertanya itu, ia berhak berkata tentang Literatur-Zeitung-nya:
“Di sinilah kritik yang relevan, yang nyata, yang murni yang menambahkan bahwa tiada apapun yang dipraktekkan.”
Di sini “tiada yang swa-berada yang ditentukan”; di sini sama-sekali tiada yang ditentukan kecuali Kritik yang tidak memberikan apapun,yaitu, Kritik yang telah berkembang hingga non-kritik yang ekstrem. Kritik telah menggaris-bawahi pasase-pasase yang dicetak dan mencapaikemekarannya yang penuh dalam kutipan-kutipan. Wolfgang Menzel dan Bruno Bauer saling mengulurkan tangan yang bersaudara satu samalain dan di mana filsafat identitas berdiri di awal abad ini, ketika Schelling memrotes terhadap anggapan yang serba-massal bahwa iahendak memberikan sesuatu, apa saja kecuali filsafat filosofi yang sepenuhnya murni, berdirilah Kritik Kritis.
c) Rakhmat Dilimpahkan pada Massa
Koresponden yang lembut-hati yang pendidikannya baru saja kita hadiri berada dalam suatu hubungan yang menyenangkan dengan Kritik. Pada dirinya hanya terdapat suatu isyarat sederhana dan menarik dari tegangan antara Massa dan Kritik. Kedua sisi dari kontradiksi dunia historik berkelakuan ramah dansopan, dan karenanya esotorik, satu sama lain.
Kritik Kritis, dalam pengaruhnya yang tidak-sehat, yang memporakporandakan jiwa atas Massa, mula-mula tampak pada seorang koresponden yang sebelah kakinya dalam Kritik dan sebelah kaki lainnya masih dalam dunia profan. Ia menyajikan Massa itu dalam perjuangan interiornya dengan Kritik.
Kadang-kadang tampak baginya “bahwa Herr Bruno dan teman-temannya tidak memahami umat-manusia,” bahwa mereka benar-benar dibutakan. Kemudian, seketika ia mengoreksi dirinya sendiri:
“Ya, adalah seterang terang-hari bagiku bahwa and benar dan bahwa pikiran-pikiran anda memang benar; tetapi maafkan aku, rakyat itu juga tidak salah ... Sudah tentu, rakyat itu benar! ... Aku tidak dapat mengingkari bahwa anda benar ... Aku sungguh-sungguh tidak mengetahui ke mana semua ini akan menuju: anda akan berkata ... yah, tinggal saja di rumah ... Ah! Aku justru tidak dapat ... Ah! Orang pada akhirnya akan menjadi gila ... Tolonglah menerima ... Percayalah aku, pengetahuan yang diperoleh kadang-kadang membuatku merasa setolol seakan-akani sebuah roda-pabrik berputar dalam kepala.”
Seorang koresponden lain juga menulis bahwa dirinya kadang-kadang merasa cemas. Orang dapat melihat bahwa Kemurahan Kritis sedang bekerja mengalir melimpahi koresponden yang serba-massal ini. Kasianyang malang itu! Massa yasng berdosa itu menarik-narik dirinya di satusisi dan Kritik Kritis di sisi lainnya. Bukan pengetahuan yangdiperolehnya yang mengherankan katekumi dari Kritik Kritis ini; yangmengherankan adalah persoalan: kepercayaan dan hati-nurani, KristusKritis atau rakyat, Tuhan atau dunia, Bruno Bauer dan teman-temannyaatau Massa profan itu! Tetapi selagi siraman kemurahanilahi didahuluioleh keheranan yang tidak ketolongan lagi dari pihak sang pedosa,kemurahan Kritis didahului oleh suatu keheranan yang menghancurkan.Dan ketika kemurahan Kritis pada akhirnya menerobos, yang terpilihitu tidak saja kehilangan ketololan tetapi kesadaran akan ketololan itu.
3) Massa Kritis yang Tidak-Kritis atau Kritisisme dan Warna/Corak Berlin
Kritik Kritis tidak berhasil dalam menyajikan dirinya sendiri sebagai lawan esensial, dan karenanya pada saat bersamaan sebagai obyek esensial, dari massa kemanusiaan. Wakil massa yang membandel menegur Kritik Kritis atas ketiadaan-sasarannya dan membuatnya mengerti dengan cara yang sesopan mungkin bahwa ia belum menjalani pergantian kulit-nya dan pertama-tama sekali mesti mendapatkan pengetahuan yang kokoh.Di samping dirinya terdapatlah sang koresponden yang lembut-hati itu. Ia sama sekali bukan lawan, tetapi kemudian, sebab sesungguhnya bagi pendekatannya pada Kritik Kritis adalah suatu pendekatan yang semurninya bersifat pribadi. Sebagaimana dapat kita lihat dengan lebih lanjut membaca suratnya, ia sungguh-sungguh hanya ingin mendamaikan pengabdian diri bagi Herr Arnold Ruge dengan pengabdian dirinya pada Herr Bruno Bauer.
Usaha pendamaian ini merupakan kredit bagi baik-hatinya, tetapi sama sekali tidak merupakan suatu kepentingan yang serba-massal. Akhirnya, koresponden terakhir yang kita lihat tidak lagi seorang anggota sungguh-sungguh dari Massa, ia hanyalah seorang katekumi Kritik Kritis.
Pada umumnya, massa itu hanyalah suatu sasaran tidak-tertentu dan oleh karena tidak dapat melaksanakan suatu aksi tertentu ataupun memasuki suatu hubungan tertentu. Massa itu, sebagai sasaran Kritik Kritis, tidak mempunyai kesamaan apapun dengan massa sesungguhnya yang, pada gilirannya, membentuk kontradiksi-kontradiksi yang sangat serba-massal di antara mereka sendiri. Massa Kritik Kritis adalah dibuat olehnya sendiri, sebagaimana halnya seorang naturalis yang, gantinya berbicara mengenai kelas-kelas tertentu, membedakan Kelas itu dengan dirinya sendiri.
Karenanya, untuk mendapat suatu kontradiksi yang sungguh-sungguh serba-massal, Kritik Kritis membutuhkan, di samping massa abstrak ini, yang adalah khayalan dari otaknya sendiri, suatu massa tertentu yang dapat secara empirik dibuktikan dan tidak hanya diperkirakan. Pada Kritik Kritis massa ini mesti melihat baik esensi maupun pemusnahan esensinya. Ia mesti berkeinginan menjadi Kritik Kritis, non-Massa, tanpa berkemampuan begitu. Massa tidak-Kritis yang Kritis ini adalah Berlin Couleur (Warna/Corak Berlin) yang tersebut di atas itu . Massa Kemanusiaan yang secara serius terlibat dalam Kritik Kritis dibatasi pada suatu Berlin Couleur.
Berlin Couleur, obyek esensial Kritik Kritis, yang selalu dipikirkannya dan yang, demikian dibayangkan Kritik Kritis, selalu memikirkan Kritik Kritis, sejauh yang kita ketahui terdiri atas beberapa ci-devant[57] Hegelian muda yang ditandaskan oleh Kritik Kritis telah sebagian diilhaminya dengan horror vacui[58] sebagian lagi dengan suatu perasaan ketiadaan. Kita tidak menyelidiki kenyataan-kenyataan aktual,
kita bersandarkan pada yang dikatakan oleh Kritik.
Korespondensi terutama dimaksudkan untuk menguraikan secara panjang-lebar hubungan historik Kritik dengan Berlin Couleur ini pada publik, mengungkapkan maknanya yang paling dalam, untuk menunjukkan mengapa Kritik mesti kejam terhadap Massa ini, dan akhirnya menampilkan bahwa seluruh dunia berada dalam pergolakan menakutkan karena kontradiksi ini dan sebentar mendukung, sebentar lagi menentang aksi Kritik. Misalnya, Kritik Mutlak menulis pada seorang koresponden yang berpihak pada Berlin Couleur:
“Aku telah begitu sering mendengar hal-hal seperti itu sehingga aku memutuskan untuk sama sekali tidak memperhatikannya lagi.”
Dunia tidak bisa membayangkan betapa kerapnya ia mesti berurusan dengan hal-hal kritis seperti itu.
Mari kita sekarang mendengarkan yang dilaporkan oleh seorang anggota dari massa Kritis tentang Berlin Couleur itu:
“Siapa saja yang mengenali keluarga Bauer [Keluarga Suci selalu mesti diakui kacau-balau], ia memulai jawabannya, akulah orangnya. Tetapi Literatur-Zeitung! Bagi masing-nasing orang yang menjadi haknya. Sungguh menarik bagiku untuk mendengar yang dianggapnya oleh salah seorang dari kaum radikal itu, orang-orang pintar dari anno 42 itu ... tentang diri anda ...”
Koresponden itu selanjutnya mengatakan bahwa orang yang malang itu mempunyai berbagai keluhan terhadap Literatur-Zeitung.
Kisah Herr Edgar, The Three Good Fellows (Tiga Laki-laki Baik), pikirnya, kekurangan pemolesan dan terlalu dilebih-lebihkan. Ia tidak dapat memahami bahwa sensor tidak lebih merupakan pertempuran orang melawan orang, suatu pertempuran eksternal, daripada sebuah pertempuran internal. Mereka tidak repot-repot dengan menahan diri mereka dan menggantikan ungkapan: sensor berkeberatan untuk dengan suatu pikiran Kritis yang diucapkan secara pintar dan yang dikembangkan secara tuntas. Ia menganggap esai Herr Edgar mengenai Béraud kekurangan penuntasan. Reporter Kritis beranggapan sebaliknya. Ia mengakui sendiri: “Aku belum membaca buku Béraud.” Tetapi ia percaya bahwa Herr Edgar telah berhasil, dsb. dan kepercayaan, kita tahu, adalah kebahagiaan. Pada umumnya, demikian orang yang percaya Kritis itu melanjutkan, ia (yang dari Berlin Couleur itu) “sama sekali tidak puas dengan karya-karya Herr Edgar.” Ia juga mendapatkan bahwa “Proudhon tidak dibahas secara cukup tuntas.” Dan di sini sang reporter memberikan kredit pada Herr Edgar:
“Aku mengakui bahwa aku mengenal (?!) Proudhon, aku mengetahui bahwa penyajian Edgar mengambil hal-hal karakteristik-nya dari Proudhon dan jelas-jelas menyusunnya menjadi satu.”
Satu-satunya sebab mengapa kritik Herr Edgar yang sangat bagus mengenai Proudhon itu tidak disukai, kata reporter itu, tentunya karena Herr Edgar tidak mengecam keras terhadap kepemilikan. Dan bayangkan saja, sang oponen menganggap esai Herr Edgar tentang Union Ouvrière tidak mempunyai arti-penting.
Untuk menghibur Herr Edgar, reporter itu mengatakan: “Dengan sendirinya ia tidak memberikan sesuatu yang bermuatan-sendiri, dan orang-orang ini telah sungguh-sungguh balik pada titik-pandang Gruppe, yang, memang, telah selalu mereka pertahankan. Kritik mesti memberi, memberi dan memberi!”
Seakan-akan Kritik tidak memberikan penemuan-penemuan ekonomi-politik dan yuridisial, filosofik, historik, linguistik yang baru sekali! Dan ia telah begitu rendah-hati untuk dikatakan bahwa ia tidak memberikan apapun yangbermuatan-sendiri! Bahkan koresponden kita yang Kritis memberikan kepada mekanika sesuatu yang tidak diketahuinya ketika ia membuat orang balik/kembali pada titik-pandang yang selalu telah mereka pertahankan. Sungguh ganjil untuk mengingat kembali titik-pandang Gruppe. Dalam pamfletnya, yang sebenarnya jelek sekali dan tidak layak disebut, ia bertanya pada Herr Bruno kritik apa yang dapat diberikannya mengenai logika spekulatif. Herr Bruno merujuknya pada generasi-generasi masa depan dan –
“... seorang tolol sedang menantikan sebuah jawaban.”[59]
Sebagaimana Tuhan menghukum Pharao yang tidak-percaya dengan mengeraskan hatinya dan “tidak menganggap bahwa ia layak” dicerahkan, demikian sang reporter menegaskan: “Mereka, oleh karenanya, sama sekali tidak layak melihat atau mengakui isi Literatur-Zeitung anda.”
Dan gantinya menganjurkan pada Edgar, temannya agar mendapatkan pikiran-pikiran dan pengetahuan, ia memberikan nasehat berikut ini padanya: “Biar Edgar mendapatkan sekarung frase dan dengan matatertutup (membuta) mengambil dari karung itu tatkala ia menulis esaiesai di masa mendatang, agar memperoleh suatu gaya yang serasi dengan publik.”
Di samping jaminan-jaminan akan “suatu amarah tertentu, ketidaksenangan, kehampaan, tiadanya pikiran, dugaan-dugaan mengenai hal-hal yang tidak mampu mereka sentuh hingga ke dasarnya dan suatu perasaan ketiadaan,” (kesemuanya julukan yang berlaku, dengan sendirinya, pada Berlin Couleur) kata-kata pujian seperti yang berikut ini yang dialamatkan pada Keluarga Suci:
“Keringanan perlakuan yang meresapi masalah itu, penguasaan kategori-kategori, wawasan yang diperolah dari studi, singkatnya, penguasaan obyek-obyeknya. Ia (dari Berlin Couleur) menggampangkan hal itu, anda membuat hal itu mudah. Atau: dalam Literatur-Zeitung kritik anda murni, nyata dan relevan.”
Di bagian akhir kita membaca: “Telah kutulis kesemuanya itu padamu dengan begitu berkepanjangan karena aku mengetahui bahwa aku akan membangkitkan kesenangan anda dengan melaporkan pendapat-pendapat temanku. Dari sini akan anda melihat bahwa Literatur-Zeitung sedang menunaikan tujuannya.”
Tujuannya adalah oposisi terhadap Berlin Couleur. Sebagaimana baru saja kita saksikan, polemik Berlin Couleur terhadap Kritik Kritis dan celaan yang diperolehnya, kita sekarang akan mempunyai suatu gambaran rangkap dari usaha-usahanya untuk memperoleh kemurahanhati Kritik Kritis.
Seorang koresponden menulis: “Kenalan-kenalanku di Berlin memberitahukan padaku ketika berada di sana pada awal tahun, bahwa anda menolak semua dan mengambil jarak darinya; bahwa anda menyendiri dan tidak membiarkan seorangpun mendekati anda, dengan sengaja menghindari semua pergaulan. Aku, tentu saja, tidak dapat mengatakan pihak mana yang mesti dipersalahkan.”
Kritik Mutlak menjawab: “Kritik tidak membentuk partai apapun dan tidak akan mempunyai sebuah partainya sendiri”: ia “menyendiri” karena ia tercebur dalam “obyeknya (!) dan menentangnya. Ia mengisolasi dirinya dari segala-sesuatu.”
Kritik Kritis menganggap dirinya berada di atas semua kontradiksi dogmatik dengan menggantikan kontradiksi imajiner di antara dirinya sendiri dan dunia, di antara Roh Kudus dan Massa profan untuk kontradiksi-kontradiksi yang sesungguhnya . Secara sama ia menganggap- dirinya berada di atas partai-partai/pihak-pihak dengan jatuh di bawah titik-pandang partai, dengan menentang dirinya sendiri sebagai sebuah partai terhadap selebihnya kemanusiaan dan memusatkan semua kepentingannya dalam person Herr Bruno dan Kawan-kawan. Kebenaran pengakuan Kritik bahwa ia merajai kesunyian abstraksi, bahkan ketika ia tampaknya terlibat dengan sesuatu obyek ia tidak keluar dari kesunyian yang tak-bersasaran menjadi sesuatu hubungan social yang sesungguhnya bagi sesuatu obyek sesungguhnya, karena obyeknya merupakan obyek dari imajinasinya, hanya sebuah obyek imajiner – kebenaran semua ini membuktikan keseluruhan argumen kita. Sama tepatnya adalah definisinya mengenai abstraksinya sebagai abstraksi mutlak, dalam arti bahwa ia mengucilkan dirinya dari segala sesuatu, dan tepat dalam cara yang sama isolasi ketiadaan dari segala sesuatu, dari semua pikiran, perenungan, dsb. adalah omong-kosong mutlak. Sambil lalu, kesunyian yang dicapainya dengan mengisolasi dan mengabstraksi dirinya dari segala sesuatu tidaklah lebih bebas dari obyek yang darinya ia mengabstraksi dirinya daripada Origenes dari organ genital yang telah dipotong dari dirinya sendiri.
Seorang koresponden lain memulai dengan menggambarkan seorang anggota dari Berlin Couleur yang “dilihatnya dan yang dengannya dirinya berbicara,” sebagai “bermuram-durja, tertekan, tidak mampu lagi untuk membuka mulutnya” (sekalipun ia sebelumnya “selalu siap dengan sepatah kata yang lancang sekali), dan sangat sedih.” Anggota Berlin Couleur ini mengisahkan yang berikut ini kepada koresponden itu, yang pada gilirannya melaporkannya pada Kritik:
“Ia tidak dapat memahami bagaimana orang seperti kalian berdua, yang sedianya menghormati asas kemanusiaan, dapat berkelakuan dengan suatu cara yang begitu menyegankan, menjijikkan dan bahkan congkak.” Ia tidak mengetahui “mengapa terdapat sejumlah orang yang, tampaknya, dengan sengaja menimbulkan suatu perpecahan. Tidakkah kita semua menyatakan hormat pada yang ekstrem, pada kritik? Tidakkah kita semuanya mampu, kalaupun tidak memproduksi, sekurang-kurangnya memahami dan menerapkan suatu pikiran ekstrem?” Ia “menganggap perpecahan ini dimotivasi oleh azas yang tidak lain dan tidak bukan adalah egotisme dan kecongkakan.”
Kemudian koresponden itu mengemukakan kata-kata yang meneduhkan:
“Tidakkah sekurang-kurangnya beberapa dari teman kita memahami Kritik, atau barangkali iktikad baik dari Kritik ... ut desint vires tamen est laudanda voluntas.”[60]
Kritik menjawab dengan antitesis-antitesis antara dirinya sendiri dan Berlin Couleur berikut ini :
“Terdapat berbagai pendirian mengenai kritik.” Para anggota “Berlin Couleur, bahwa mereka sudah mengantongi kritik dalam saku mereka,” tetapi Kritik “benar-benar mengetahui dan menerapkan kekuatan kritik,” yaitu, tidak menyimpannya di dalam sakunya. Bagi yang tersebut terdahulu, kritik adalah bentuk murni, sedangkan bagi Kritik ia adalah “yang paling substansial” atau lebih tepatnya, “satu-satunya yang substansial.” Bagaimana Pikiran Mutlak itu bagi dirinya sendiri adalah keseluruhan realitas, “demikian pula” dengan Kritik Kritis. Itulah sebabnya ia tidak melihat isi/kandungan “di luar dirinya sendiri” dan karenanya bukan kritik mengenai obyek-obyek “yang sesungguhnya” yang terletak di luar subyek kritis; sebaliknya, iayang membuat obyek itu, ia adalah Subyek- Obyek Mutlak itu. Selanjutnya. “Jenis kritik yang pertama mengatasi segala sesuatu dan mengatasi penyelidikan hal-hal ikhwal dengan frase-frase (ungkapan-ungkapan). Yang kedua mengisolasi dirinya darisegala sesuatu dengan frase-frase. Yang pertama adalah pintar dalam ketidak-tahuannya, yang kedua adalah belajar. Yang kedua, sambil-lalu, tidak pintar, ia berlajar par ça, par la,”[61] tetapi hanya tampaknya saja, hanya untuk dapat menyambitkan kembali yang secara dangkal dipelajarinya dari massa dalam bentuk sebuah motto, sebagai kebijakan yang telah ditemukannya sendiri, dan untuk mengubahnya menjadi omong-kosong Kritik Kritis.
Bagi yang pertama, kata-kata seperti “ekstrem, memulai, tidak cukup jauh” adalah penting dan ada kategori-kategori yang paling terpuji; yang tersebut terakhir “menyuarakan titik-titik pandang” dan tidak menerapkan padanya “ukuran-ukuran” kategori-kategori abstrak itu.
Seruan-seruan Kritik No. 2 bahwa ia tidak lagi merupakan sebuah masalah politik, bahwa filsafat disingkirkan dengan cara ia menyingkirkan sistem-sistem sosial dan perkembangan dengan katakata seperti “fantastik,” “utopi,” dsb. – apakah semua itu kalau bukannya suatu “versi yang telah direvisi secara Kritis” dan yang “tidak cukup jauh” dari “prosedur/proses” itu ? Dan tidakkah ukuran-ukurannya, seperti “sejarah, kritik, menjumlahkan obyek-obyek, yang lama dan yang baru, kritik dan massa, pemeriksaan pendirian-pendirian” – singkat kata, semua mottonya, ukuran-ukuran kategorik dan ukuran-ukuran kategorik secara abstrak juga?
“Yang terdahulu adalah teologi, berdengki, cemburu, kerdil, sombong, yang terakhir adalah lawan dari semua itu.”
Setelah memuji dirinya sendiri selosin kali dalam setarikan nafas dan menjulukkan pada dirinya sendiri semua yang tidak dimiliki Berlin Couleur, sebagaimana Tuhan adalah segala-galanya dan manusia tidak, Kritik memberi kesaksian pada dirinya bahwa: “Ia telah mencapai suatu kejernihan, suatu kedahagaan akan pengetahuan, suatu ketenangan yang di dalamnya itu ia tidak dapat disangkal dan tidak terkalahkan.”
Karenanya, ia dapat “paling-paling memperlakukan lawannya, Berlin Couleur itu, dengan tawa Olimpik.” Tawa ini –ia menjelaskan denganketuntutasan seperti biasanya apakah ia itu dan apakah yang ia bukan–“tawa ini bukanlah arogansi.” Sama sekali bukan! Ia adalah negasi darinegasi itu. Ia adalah “hanya proses yang mesti diterapkan oleh sang pengritik dalam segala ketenangan dan kesejukan hati terhadap suatu pendirian yang subordinat yang menganggap dirinya sama/sederajat dengannya.” (Betapa congkaknya!) Tatkala Pengritik “itu” tertawa, olehkarenanya, ia sedang “menerapkan suatu proses!” Dan “dalam segalakesejukan hati” ia menerapkan “proses ketawa” tidak terhadap “person-person,” tetapi “terhadap suatu pendirian!” Bahkan “ketawa” merupakansuatu kategori yang diberlakukannya dan bahkan “mesti” berlaku!
Kritik “ekstra-duniawi” bukan suatu “aktivitas esensial” dari “subyek manusia sesungguhnya” yang, karena nyata, hidup dan menderita dalam masyarakat sekarang, berbagi dalam derita-derita dan kesenangan-kesenangannya. Individu “sesungguhnya” hanya suatu “kekebetulan,” sebuah wahana dari Kritik Kritis yang mengungkapkan dirinya di dalamnya sebagai substansi abadi. Subyeknya bukan kritik manusia individual itu, tetapi individual non-manusia dari Kritik. Kritik bukan sebuah manifestasi manusia, tetapi manusia adalah suatu alienasi dari Kritik, dan itulah sebabnya mengapa sang pengritik sepenuhnya hidup di luar masyarakat.
“Dapatkah sang pengritik hidup di dalam masyarakat yang dikritiknya?”
Semestinya: Tidakkah ia mesti hidup dalam masyarakat itu? Tidakkah dirinya sendiri merupakan suatu manifestasi dari kehidupan masyarakat itu? Mengapa pengritik itu menjual produk pikirannya, karena dengan begitu ia membuat hukum terburuk dari masyarakat dewasa ini menjadi hukumnya sendiri?
“Sang Pengritik bahkan tidak berani berbaur secara pribadi dengan masyarakat.”
Itulah sebabnya mengapa ia membangun bagi dirinya sendiri sebuah keluarga suci, tepat sebagaimana Tuhan yang terpencil berusaha menyingkirkan isolasinya dari masyarakat dalam Keluarga Keramat yang menjemukan itu Jika sang pengritik mau membebaskan dirinya dari masyarakat yang buruk, maka ia pertama-tama sekali mesti membebaskan dirinya dari masyarakatnya sendiri.
“Demikian sang pengritik melepaskan semua kesenangan masyarakat itu, tetapi “penderitaan-penderitaannya juga” dijauhkan dari dirinya. Iatidak mengenal persahatan (kecuali persahabatan Kritis) maupun kasih (kecuali cinta-diri) tetapi malapetaka adalah tidak berdaya terhadapdirinya; kejengkelan dan kesedihan merupakan “perasaan-perasaan yangasing” bagi dirinya.”
Singkatnya, sang Pengritik itu bebas dari semua nafsu manusia, ia adalah suatu “pribadi ilahi”; ia dapat memberlakukan pada dirinya sendiri lagu sang biarawati:
Aku tidak memikirkan seorang kekasih,
Aku tidak memikirkan seorang suami,
Aku berpikir akan Tuhan Bapak,
Karena dia yang memberkahi hidupku.[62]
Kritik Kritis tidak dapat menulis tentang sesuatu apapun tanpa berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Demikianlah ia akhirnya mengatakan pada kita bahwa “Filistinisme yang mengecam (‘melempari dengan batu’) sang pengritik” (ia mesti dikecam secara analog dengan kitab injil) “yang salah-menilai dirinya dan menjulukkan motif-motif tidak-murni padanya” – menjulukkan motif-motif “tidak-murni” pada Kritik yang “murni! – untuk membuat- nya sama dengan dirinya” (kesombongan persamaan yang dicela di atas) “:yang tidak ditertawakan olehnya, karena itu tidak layak baginya; tetapi telah terungkap dan dengan diam-diam dipindahkan pada maknanya sendiri yang tidak-berarti.”
Sebelumnya Pengritik itu “harus” memberlakukan “proses ketawa” itu pada “pendirian subordinat yang menganggap dirinya sama/sederajat dengannya.” Ketidak-pastian Kritik Kritis tentang cara yang dengannya ia mesti berurusan dengan Massa yang tidak-bertuhan kelihatannya hampir mengindikasikan kejengkelan interior, semacam empedu yang baginya perasaan-perasaan bukannya “tidak-diketahui/dikenal.”
Jangan salah mengenai hal ini. Setelah melakukan suatu perjuangan herkulian untuk membebaskan dirinya dari “Massa duniawi” yang tidak-Kritis dan “segala-sesuatu.” Pada akhirnya Kritik Kritis telah dengan gembira membahas keberadaannya “yang mutlak, puas-diri, dewata, kesepian.” Apabila dalam dalam pengumuman-peng-umumannya pertama pada tahap baru-nya ini, dunia lama dari “perasaan-perasaan” berdosa ini masih tampak mempunyai sesuatu kekuasaan atasnya, sekarang akan melihat Kritik mendapatkan penyegaran estetik dan “transfigurasi” dalam suatu “bentuk artistik” dan melengkapkan “penebusan dosa”-nya sehingga ia akhirnya dapat melaksanakan “pengadilan Kritis terakhir” bagaikan “Kristus” kedua yang menang, dan, setelah mengalahkan sang naga, dengan tenang naik ke surga.